Kesempurnaan ilmu dengan BERAMAL SHALEH (ACTION) tanpa henti yang menjadikan dunia lebih baik.

Hubungi 081310737352 untuk pelatihan spiritual gratis inhouse atau organisasi/arisan/keluarga,

Friday, March 15, 2013

Bersyukur 10, Sudahkan kita mensyukuri nikmat iman ??

Tak disadari bahwa bersyukur itu menjadi biasa untuk menunggu nikmat yang datang dulu, makna lain yang tersirat adalah kita belum mampu melihat dan memahami nikmat yang ada pada diri kita. Yuuk kita melihat nikmat itu dengan jelas, apakah sudah mampu bersyukur ?
1. Nikmat iman ... tidak semua orang mendapatkannya karena iman itu terjadi siizin Allah, artinya kita menjadi muslim saat ini karena pemberian Allah swt. Kalau ini sudah kita pahami maka tanyakan pada diri kita ini apakah kita sudah bersyukur ? Secara lisan sudah kita lakukan, tapi kan tidak semudah itu bersyukur yang dimaksud oleh Allah.
a. Kalaulah iman itu kita mau syukuri, apakah iman kita telah bertambah seiring waktu ? atau bisa jadi dari sudut pandangan lain ujian yang kita terima semakin besar ? Kalau iya maka bisa jadi kita sudah berada dalam track yang benar dalam bersyukur terhadap iman
b. pernahkah kita memikirkan untuk meningkatkan iman kita dengan berbagai cara yang didasarkan proses belajar dan praktek yang disengaja ? Sepertinya hal ini tidak kita lakukan dan semua berjalan seperti biasa saja. Bila ada kejadian khusus yang cenderung memberikan efek buruk pada kita, maka kita pun hanya mengembalikan keimanan itu sendiri dengan menambah kuantitas dan kualitas yang pernah kita lakukan, setelah kejadian itu berlalu maka kita pun seakan lupa lagi dengan iman itu untuk disyukuri.
c. bisa jadi kita hanya TAHU iman itu sebagai percaya kepada Allah dan "tidak tahu" cabang iman itu sendiri sehingga kita pun memang kita bisa meningkatkan iman karena tidak tahu pula apa yang harus diperbuat. Maka seringkali kita percaya tapi tidak menunjukkan sikap dan perilaku orang yang beriman. Bahkan seringkali kita melihat pada diri kita sendiri atau orang lain DENGAN SHALAT atau IBADAH lainnya pun kok kita tidak seperti orang beriman, karena banyak hal yang merendahkan iman itu sendiri,"sudah shalat kok masih ini dan itu". Padahal dalam Al Qur'an dikatakan bahwa shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar.
d. Kita pun jarang mau melihat potensi atau nikmat yang kita miliki untuk DIMANFAATkan agar memperoleh NILAI TAMBAH sebagai bentuk kesadaran diri untuk bersyukur. Yang ada adalah kita MELAKUKAN/MENGERJAKAN sesuatu agar kita menjadi lebih kaya untuk MEMENUHI kehidupan kita yang lebih BAIK. Potensi/nikmat itu tertutupi oleh KEINGINAN kita yang berorientasi DUNIA/MATERI atau UANG, yang membuat kita selalu berdoa pada HASIL dengan memohon diberikan rezeki, kebahagian dan kesuksesan. Salahkah ini ? Tidak, tapi mejadi lebih pantas dengan menjadikan kita orang yanng bersyukur maka Allah CUKUPkan kehidupan kita dengan nikmat atau kebaikan dari apa yang kita lakukan.
e. Bersyukur hanya "citra diri" saja maka kita pun hanya mengandalkan bersyukur dalam lisan dengan ucapan khsuyuk,"Alhamdulillahi rabbil alamin" saat kita menerima sesuatu dari orang lain. Bisa jadi kita tak pernah mengucapkan "Alhamdulillahi rabbila alamin" setelah mampu beribadah dan membantu orang lain atau dimudahkan dalam suatu urusan.
f. dan banyak lagi hal yang bisa jadi belum terpikir oleh kami TAPI Anda pikirkan .. BUkankah ini juga  ????

Kita hanya melihat satu aspek bersyukur atas iman kita yang menjadi dasar dalam kehidupan kita di dunia ini. Sepertinya memang kita cenderung memisahkan urusan dunia dengan kualitas iman kita untuk disyukuri, "iman bisa naik tapi keduniaan kitapun naik"
Alhamdulillahi rabbil alamin .... Insya Allah tulisan kami ini mampu menjadikan kami semakin baik dalam bersyukur atas iman yang telah ENGKAU berikan/izinkan. Amin

Thursday, March 14, 2013

Penyakit = Tindakan Buruk = DOsa

Berpikir tentang dosa, ya sesuatu yang dilarang kita langgar. Hanya itu, tapi juga ada balasan atas dosa itu. Dan seiring waktu dosa itu sudah menjadi biasa dan kita tidak meras berbuat dosa lagi yang faktanya kita telah berbuat dosa.

Terus apa hubungannya dosa dan penyakit ? Penyakit merupakan respon tubuh terhadap ketidakseimbangan dalam metabolisme tubuh. Salah satu contoh adalah mata yang merah karena kelelahan yang seharusnya kita istirahat. Bila kondisi ini kita teruskan maka mata kita menjadi bengkak. penyakit yang kita bilang sebagai penyakit adalah pikiran yang menyuruh untuk terus bekerja melawan tubuh memerlukan istirahat. Sesuatu yang dipaksakan yang menyebabkan tubuh merasakan sakit. sakit yang dirasakan sedikit demi sedikit ini sepanjang hidup kita membuat gejala fisik (sakit) dan juga membuat perubahan perilaku akibat fisik yang berubah. sebagai contoh berbohong adalah penyakit yang memaksakan mulut berbicara negatif yang membuat mulut berbicara sesuai rekayasa pikiran ... membentuk mulut tersenyum tidak alami yang selanjutnya membuat perilaku kita menjadi suka bohong karena terbentuknya mulut. Contoh lainnya adalah tubuh yang tiduran sedang membaca pun cenderung membuat tubuh malas sehingga kita tertidur.

Berbuat dosa adalah perbuatan buruk DAN perbuatan melawan energi kebaikan yang datangnya dari Allah. Kok bisa ? Mari kita telusuri, tubuh ini terdiri dari kumpulan organ tubuh (tangan, otak, kaki dan sebagainya. Organ tubuh itu terbentuk dari jutaan jaringan yang terdiri pula dari kumpulan molekul. Setiap molekul terdiri dari aton dan yang juga merupakan kumpulan quark (ukuran atom terkecil). nah mulai dari atom terkecil inilah Allah menghidupi kita yaitu setiap atom bergerak selama 24 jam (selama kita bernyawa) yang akhirnya membuat stand by organ tubuh untuk siap melakukan sesuatu, artinya pergerakan dari Allah adalah energi Allah yang berlaku sunatullah untuk berbuat kebaikan. energi kebaikan bila kita diam atau melawan energi kebaikan dengan keinginan (berasal dari pikiran) yang cenderung buruk maka tubuh merasakan sakit akibat konflik tersebut. keinginan itu yang cenderung buruk sebagai energi buruk bila sedang menurun dan tidak ada maka saat itulah energi kebaikan itu bisa terjadi, sebagai contoh kebohongan itu terungkap saat kita tidak SIAP lagi untuk berekayasa mengalihkan/melawan energi kebaikan, yang ada kejujuran. Dalam kehidupan sehari-hari ... bila sama anak kita,"bilang sama si A ayah tidak di rumah" dan si anak yang masih mempunyai energi kebaikan menjawab,"kok ayah bohong"  lalu kita pun bisa urung untuk berbohong karena malu (energi kebaikan) dari anak kta. Atau yang terjadi anak kita ikut berbohong, maka energi kebaikan dari anak kita pun kalah dengan energi rekayasa dari kita. dan di lain waktu kita lupa dengan berbohong (tidak fokus lagi dengan kebohongan tadi) maka kita bisa berbicara yang benar sebagai energi kebaikan yang tidak bisa ditahan terungkap lewat pembicaraan kita kepada si A, "oh ya kemarin saya ada di rumah kok".

Sekuat apapun keinginan kita yang kita rekayasa untuk melawan atau mengalihkan atau membelokkan energi kebaikan yang datangnya dari Allah, PASTILAH kita kalah. Bayangkan karena keinginan kita untuk mencari uang dengan tidak tidur semalaman, maka kita pun kalah menjadi smekain lemah dan tertidur juga dan sisa kekuatan kita melawan selalu berbuah kesakitan. Maka boleh jadi penyakit itu memberikan sinyal kepada kita :
1. Peringatan bahwa kita itu mempunyai energi yang salah/buruk.
2. Bisa jadi keinginan itu BAIK atau energi yang baik, tapi karena caranya yang belum tepat, maka membuka mata kita untuk belajar lebih baik lagi.
3. Hal lain bisa juga Allah ingin memberikan kita obat (solusi atasa kesalahan daroi energi buruk) untuk mengobati orang lain lewat kita yang mengalaminya.
4. Dijadikan kita sebagai orang yang diwakilkan Allah untuk dijadikan cermin buat orang lain yang mampu merubah orang lain menjadi baik.
5. Bisa jadi hal lain yang belum terpikir oleh kita dan kita ketahui setelah melewatinya (mengambil hikmah dari kejadian kita sendiri).
Alhamdulillah ya Allah hanya karena Engakau saya dapat menuangkan tulisan ini agar saya menjadi lebih baik lagi dan bisa menjadi wawasan atau inspirasi bagi yang membaca. Amin



   

Sunday, March 10, 2013

Bersyukur 9, Tawar nenawar ??

Tanpa kita sadari bahwa bersyukur seperti halnya jual-beli. Kok bisa ? Ada ungkapan yang pernah kita ucapkan tanpa sadar,"kalau ada saya tambah bersyukur". Sekilas tidak ada yang salah. BUt bila kita renungkan lebih dalam, maka kita seperti menawar kalau Allah kasih saya lebih maka saya mau bersyukur lebih berkualitas (lebih banyak). apa yang terjadi ? Kita berkomunikasi dengan Allah, kalau Allah kasih maka kita baru mau. Posisi bargaining ini tidak pantas bagi kita sebagai hamba Allah, dimana memang kita bisa berkehendak tapi hal itu jadi kesalahan fatal. Allahlah yang berkehendak bahwa bila hambaNYA bersyukur maka Aku tambahkan nikmat.
lalu apa ynng harus kita lakukan ? memohon maaf an ampun kepada Allah atas sikap dan perilaku kita tersebut di atas. Dan yang pantas dan seharusnya kita lakukan adalah benar-benar bersyukur atas nikmat yang telah diberikan dan kalau tidak bersyukur kitapun memperoleh balasanNYA. Dan jangan sampai pula bahwa kita sudah berharap balasan nikmatNYA atas apa yang kita lakukan daam bersyukur. Balasan itu HAK Allah dan kita hanya berhak memohon agar apa yang kita inginkan sesuai dengan apa yang Allah berikan sebagai balasanNYA.
Semoga penjelasan ini dapat menjadi inspirasi kita dalam memperbaiki sikap dan cara kita bersyukur. Ya, Allah janjiMU benar, maka ajari dan mampukan kami untuk bersyukur dan hanya bersyukur. Amin

Friday, March 1, 2013

Syukur 8, Rekayasa syukur ?

Rasa syukur pasti menghasilkan kebaikan dan kalaupun belum kita peroleh kebaikan itu maka kita bisa menjadi sabar. dan sabar itu buah dari kebaikan.

Tuesday, February 26, 2013

Syukur 6, karyawan bersyukur 1

Menerapkan bersyukur sebagai karyawan dimulai dari :
1. Menerima dengan ikhlas "sewaktu" kita diterima sebagai katyawan pertama kali di perusahaan kita sekarang dan akibatnya bersyukur (rasa terima kasih) itu membuat kita ingin membalas semua dengan pekerjaan yang membuat perusahaan semakin meningkat
2. Sadari bahwa sebelum kita masuk kerja di perusahaan sekarang, dulunya kemampuan kita tidak seberapa dan sekarang kita sudah bisa ini dan sudah bisa itu. Maka bersyukurlah dengan kemampuan kita yang sudah berkembang itu untuk dipraktekkan di perusahaan kita sekarang
3. Dan bersyukur pula kalau kita menjadi "trouble maker" yang membuat perusahaan yang lambat berkembang dengan cara "keluar" dari perusahaan.
Mari kita perhatikan keterkaitan antara kita, perusahaan dan apakah kita sudah bersyukur ??
Apakah perusahaan menjadi semakin berkembang yang juga membawa kita kepada karir yang lebih baik ?? Bila ya, maka apa yang kita kerjakan atau team kerjakan membawa keberkahan bagi banyak orang (perusahaan). Dan bila terjadi salah satu menjadi lebih baik :
a. Diri kita semakin baik dalam karir tapi belum mampu membawa perubahan bagi perusahaan, maka kebersyukuran itu masih dalam lingkup personal. Lalu apa yang mesti kita lakukan ? Membawa banyak orang dalam visi yang sama dalam bersyukur.
b. dan sebaliknya, bila perusahaan menjadi semakin hebat (berkembang), tapi kita masih seperti itu-itu saja. Hal ini menunjukkan kita tertinggal dari gerbong (perusahaan), kita sendiri belum bersyukur .
c. Dan dapat kita ukur pula kualitatif, apakah ilmu, cara kerja, ketenangan hati, banyaknya rekan dan sebagainya ? kalau tidak bertambah, maka bersyukurnya kita masih rendah dan tidak bertambah. Sebaliknya  bila ya, maka teruskanlah cara yang sudah kita lakukan semakin baik lagi secara kualitas maupun kuantitas.

Sunday, February 24, 2013

mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran/kekuasaan Allah?

Dalam keseharian, kita tidak merasakan dan memandang bahwa kita ini mengakui (percaya) kepada kebesaran dan kekuasaan Allah, TAPI bila ditanya kita percaya pada kebesaran/kekuasaan Allah ? Jawabannya adalah SAYA PERCAYA. lalu bila kita membaca ayat 13 Surah Nuh ini, apa yang terpikir oleh kita ?


$¨B ö/ä3s9 Ÿw tbqã_ös? ¬! #Y$s%ur ÇÊÌÈ  
13. mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran/kekuasaan Allah?

dalami lebih lanjut pertanyaan dari ayat di atas adalah mempertanyakan apa yang sebenarnya yang kita percayai ? Hanya lisan dan pemahaman saja tanpa mempraktekkannya.
Coba kita renungkan :
Kita percaya kebesaran/kekuasaan Allah ... misalkan Allah menciptakan malam dan siang seperti pada ayat berikut ini masih dalam surah NUh

Ÿ@yèy_ur tyJs)ø9$# £`ÍkŽÏù #YqçR Ÿ@yèy_ur }§ôJ¤±9$# %[`#uŽÅ  ÇÊÏÈ  
16. dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita?

Kita masih percaya di lisan dan pemahaman saja tanpa mengamalkannya. bagaimana keimanan itu terwujud dalam tindakan (amal shaleh).
1. Kita mesti mampu mengatur aktivitas kita agar tibanya malam kita sudah siap memasuki suasana malam. Maka bila waktu itu tidak cukup pada siang hari, maka dapat dilanjutkan keesokan hari tanpa memaksa untuk mengerjakannya di malam hari yang telah menyita haknya tubuh dalam beristirahat. lalu agar kita mampu mengelola itu semua dengan cara menambah ilmu agar apa yang kita kerjakan dap[at dikerjakan lebih cepat dan lebih berkualitas.
2. Kita menanti malam dengan senang hati BUKAN merasa capek/terpaksa sehingga malam itu tidak dapat kita nikmati (berjalan seperti apa adanya). Bukankah dengan adanya malam membuat kita dimampukan oleh Allah di pagi hari dengan kondisi yang lebih baik. Kitakah yang berkuasa melakukannya ? Tidak, maka dari itu sambutlah malam sebagai bekal kita untuk bekerja di siang hari.
3, Kita pun mesti mampu melihat, menyadari, merasakan dan mengakui semua dibalik kekuasaan Allah dalam menciptakan siang dan malam yang terjadi berulang-ulang dan diatur secara harmonis. maka tidak mengeluh kita berhenti bekerja karena datangnya malam dan mengeluh datangnya siang karena waktu istirahat kita tidak cukup.
4. dan banyak hal lain yang mampu kita sikapi dan kerjakan dalam MEMPERCAYAI KEKUASAAN ALLAH.

dengan penjelasan di atas, semoga menjadi wawasan ilmu yang mampu meningkatkan keimanan kita kepada Allah swt. 




Saturday, February 23, 2013

Syukur 5, syukur vs mimpi

Telur dan ayam, mana yang lebih dulu ? Banyak mengatakan semaunya kita, kalau kita bilang ayam ya benar dan bila kita bilang telur ya benar juga. Mengacu pada penciptaan manusia, maka bisa jadi ayam yang lebih dulu. Analog dengan cerita ayam dan telur, mana yang lebih penting ... bersyukur dapat nikmat atau memimpi kan nikmat baru bersyukur.
Mari kita selami makna, bermimpi yang mendorong kita bekerja (bersyukur) dengan memanfaatkan apa yang kita miliki. Dalam banyak kasus seringkali kondisi menimbulkan tekanan pada diri manusia karena harus mengejar mimpi itu, kalau tercapai ya bagus (tapi kita sudah mengalami perubahan fisik dan psikis karena tekanan) dan kalau tidak tercapai semakin membuat kita sangat tertekan atau bisa juga semakin mendorong untuk mencapainya (tapi kondisi tubuh semakin tertekan).
Sebaliknya bila kita bersyukur dengan niat selalu melakukan perubahan untuk menjadi lebih baik berdasarkan apa yang kita miliki, di saat itulah kita mampu memprediksi apa yang ingin kita capai (bisa juga berupa mimpi kita tapi bisa juga tidak). Kondisi ini kita bekerja tanpa beban dan dilingkupi perasaan senang.  hal ini mampu memberikan atau mengoptimalkan kinerja kerja kita, dimana bila tercapai apa yang kita prediksi (kita inginkan) maka muncul kebaikan berupa ungkapan rasa syukur yang luar biasa yang tertuju kepada Allah (sang Pencipta). Dan sebagai rasa syukur, kita pun terpancing untuk berbagi atas nikmat yang kita terima.
dari penjelasan di atas, boleh-boleh saja kita bermimpi tinggi lalu jangan sampai menjadi beban yang memberatkan sehingga tubuh menjadi tidak sehat. Kalaupun kita ingin bermimpi, maka buatlah mimpi itu menjadi realistik dengan apa yang kita miliki. Maka jauh lebih penting bagi kita saat ini, menyadari apa yang kita miliki dan kemampuan apa yang kita bisa daripada kita membuat mimpi yang tidak berakar atas nikmat yang kita miliki.

Syukur 4, Sudahkah kita bersyukur ?

Ada banyak hal yang kita temukan, dan hampir 99% menyatakan sudah bersyukur dan bahkan disetiap penceramah mengawali pesan ceramahnya untuk bersyukur. menurut kami apa yang dibilang bersyukur itu baru ada di lisan saja, yang tidak didasari iman dan Action (bekerja teru-menerus memperbaiki).
1. Seorang karyawan bilang, "bersyukur aja dengan gaji yang kita terima" dan setiap menerima gaji mengucapkan,"Alhamdulillah". dan karyawan ini setiap tahun pendapatannya biasa-biasa hanya naik karena naiknya gaji tahunan. Orang inipun masih mengerjakan pekerjaan yang sama dan cara yang sama. Dan apa yang dilakukannya ? Mengurangi pengeluaran, misalkan makan yang lebih murah yang tadinya nasi padang sekarang makan nasi warteg, mengeluarkan uang yang perlu-perlu saja. Apa yang dilakukan untuk menurupi kekurangannya ? Biasanya banyak karyawan pindah perusahaan.              
2. Dalam keluarga, suami-isteri mensyukuri pendapatan yang diterima dengan menghemat pengeluaran, meminimal makan dan tidak banyak neko-neko. bagi beberapa orang mereka mampu mengolah bahan makanan yang  murah untuk dimakan dan bisa jadi enak.
Dari dua contoh di atas, yang pasti bahasa bersyukurnya seperti terpaksa (menerima keadaan saja) karena memang sudah begitu dan menganggap semua pendapatan itu bergantung kepada orang lain (yang memberi) sehingga memaksa dia menggunakan saja apa yang ada (pendapatan yang diterima). dan biasanya kondisi ini tidak membuat orang itu untuk memperbaiki keadaaan tersebut. Dan seringkali mereka ini suka mengeluh dan curhat ke teman dengan "menuduh" orang yang memberi itu "pelitlah".
bagaimana mengukur syukur kita ?
a. mampukah kita melihat potensi yang ada pada diri kita sebagai pemberian Allah sebagai bentuk iman kita kepada Allah ? 
b. apakah lisan bersyukur ("Alhamdulillah") itu sudah terucap dari iman yang benar ? Kita sudah menganggap bahwa apa yng kita terima itu berasal dari Allah lewat perantara orang lain. Sehingga lisan terima kasih itu betul-betul kepada Allah dan tentunya kepada orang yang memberi kepada kita.
c. sebagai bentuk terima kasih kita dengan menerima sesuatu (pendapatan) dari orang lain, maka kita pun melakukan perbuatan yang menyenangkan orang tersebut dan tentunya dengan lebih baik. Sebagai karyawan berarti kita mesti belajar untuk melakukan pekerjaan kita dengan lebih baik lagi, secara kualitas dan kuantitas. Mengerjakan dengan cara yang hebat (yang pasti lebih cepat dan lebih baik hasilnya) dan mengerjakan dengan frekuensi yang banyak. Selain itu balasan yang lebih baik itu pun kita tingkatkan dengan meningkatkan ibadah kepada Allah dengan frekuensi yang lebih banyak dan semakin khsuyuk.
Ketiga indikator ini bisa membantu kita mengukur kualitas syukur kita ?? Ketiganya mesti saling terkait dan tidak bisa hanya mengukur 1 point saja.
Sebenarnya bersyukur pun "tidak perlu" mengumbar bahwa "saya sudah bersyukur", tapi jauh lebih baik kita tunjukkan dengan perbuatan. Bisa jadi saat kita berucap "sudah bersyukur" itulah cara sikap untuk "menutupi" bahwa kita belum mampu bersyukur dalam hati, lisn dan tindakan, alias kita tidak berdaya atau terpaksa menerima keadaan.



Friday, February 22, 2013

Syukur 3, NATO Belum Syukur

NATO yang dimaksud adalah No Action Talk Only, apakah hanya berterima kasih cukup disebut bersyukur ? Mari kita pahami penjelasan berikut ini, Dalam literatur agama dikatakan bahwa syukur itu terdiri dari 3 unsur yaitu :
1. Diawali keyakinan dalam hari - syukur untuk diyakini sebagai langkah keimanan kepada Allah. Karena kita tahu dan paham bahwa nikmat yang kita terima dari Allah dan kebaikan Allah, maka muncullah iman itu yang membuat kita bersyukur dengan hati.
2. Terucap dalam lisan sebagai bentuk ungkapan kepada Allah dan sekaligus kepada perantara (orang lain), mengucapkan terima kasih kepada orang yang telah membantu kita. Dengan iman yang sudah ada di hati mampu mendorong kita untuk memuji dan berterima kasih atas apa yang kita yakini datangnya dari Allah.
3. Melakukan aktivitas yang memberi nilai tambah (keberkahan) bagi kita dan orang sekitar kita. Tak lengkap syukur itu hanya sebatas lisan saja.
Pengertian syukur di atas merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, Tidak ada bersyukur hanya lisan saja (mengucapkan "terima kasih atau Alhamdulillah saja") tanpa Amal Shaleh atau Action.
Mengacu dari tafsiran syukur sebelum, syukur adalah bekerja yang bermnafaat sehingga memberi nilai lebih dari hasilnya (ditambahnya nikmat oleh Allah). maka dapat kita rumuskan bahwa jika kita bersyukur adalah ada keyakinan (iman) kepada Allah terhadap nikmat yang kita terima yang memunculkan niat baik untuk beramal shaleh (Action) yang seiring dengan perkataan yang baik.
dalam kata "terima kasih" dapat dimaknai bahwa "terima" merupakan apa yang kita terima dari Allah berupa nikmat yang langsung maupun lewat perantara orang lain dan kata "kasih" dimaknai sebagai bentuk balasan atas apa yang kita terima dengan amal shaleh (action).
Demikian juga kami memaknai kata "thanks you" merupakan ungkapan terima kasih kepada "you" yang ditafsirkan kepada Anda, Anda dan Anda ... orang yang memberi kebaikan kepada kita dan memberikan balsan kepada siapa pun kepada orang di sekitar kita.
Selain itu SYUKUR tidak bisa kita baca tanpa "U" (dibaca you), artinya mempunyai nilai sosial bahwa tidak terjadi sykur itu tanpa ada orang lain (you "U"), maka syukur mengjaari kita untuk bermasyarakat yang saling menguntungkan.

Thursday, February 21, 2013

Syukur 2, apa itu syukur ?

Kami memberanikan untuk menafsirkan kata syukur dari ayat Ibrahim : 7, "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."
1. Ada dua tipe orang yaitu yang bersyukur dan ada pula yang tidak bersyukur
2. Jika kamu bersyukur ... bersyukur tehadap apa ? terhadap nikmat yang telah diberikan. Artinya kita ini sudah diberikan nikmat atau modal baik berupa tubuh ini yang berisi mesin yang bisa digerakkan untuk mengolah nikmat lain di luar tubuh kita yaitu alam.
3. Orang yang bersyukur itu pasti mampu melihat, tahu dan memahami nikmatnya, orang yang tidak mampu melihat nikmat (kemampuannya) seperti kebanyakan orang yang suka mengeluh sehingga yang dilihat hanya keburukan dari apa yang dimilkinya. demikian juga ada orang yang tahu tapi tidak mau memanfaatkan (tidak ada Action atau Amal).
4. Bersyukur itu adalah bekerja dengan memaksimalkan pikiran, tubuh, perasaan sebagai mesin untuk memanfaatkan alam disekitar kita menjadi sesuatu yang punya nilai tambah yang memberi kebaikan. mengapa demikian ? Ada orang yang bekerja saja tanpa nilai kebaikan (tidak memberi kebaikan kepada orang di sekitarnya), maka bisa jadi kebaikan untuk dirinya sendiri pun tidak bertambah. maka bekerja itu mempunyai niat yang baik dan dikerjakan dengan cara yang baik pula. Tentu hasilnya pun baik berupa ditambahkan nikmat, artinya bekerja yang seperti itu bisa menambah kebaikan berupa tambah materi/untung, tambah sehat, tambah amalnya, tambah tenteram, tambah teman, tambah yang lainnya.
5. Apakah bersyukur mengenal batas waktu (selesai) ? Tidak ada, saat kita berhenti bersyukur berarti kita kufur (tidak bersyukur). maka yang kita peroleh adalah bersyukur terpenuhi nikmat lalu saat kufur nikmat itu bisa hilang. Tidak ada manusia yang seperti itu, maunya bertambah terus nikmatnya .. artinya bersyukur itu terus-menerus. Bekerja terus-menerus sudah bersyukur ? Belum tentu, bersyukur itu bekerja dari hari ke hari menunjukkan nilai tambah yang semakin meningkat. Misalkan bulan ini bisa membeli singkong, bulan besok bisa membeli dan mengolah jadi singkong goreng selanjut jadi keripik dan menjadi lagi keripik balado/pedas dan seterus mampu menjual dengan jaringan yang besar dan banyak. itulah yang dinamai improvement yang berkelanjutan seiring waktu yang dikenal dengan kaizen, PDCA, Six Sigma dan telah menjadi teori manajemen modern. dan semua manajemen modern menerapkan prinsip bersyukur. Organisasi yang sukses dan bertahan terus mempunyai misi atau niat yang baik dan dilakukan dengan cara yang  baik pula.
6. Tapi sebaliknya orang yang sudah diberikan nikmat lalu mengingkarinya, tidak mau bekerja dengan kebaikan (asal kerja saja), banyak mengeluh, diam menunggu kebaikan dari orang lain (meminta-minta), iri dan sejenisnya atau dengan kata lain tidak bersyukur seperti point di atas maka yang diperoleh adalah adzab yang merepresntasikan balasan yang buruk berupa penderitaan, kesengsaraan, kesusahan, kesulitan dan sebagainya.
7. HAnya Ada dua pilihan bersyukur atau kufur (tidak bersyukur), dengan kata lain ada yang sukses dan ada yang gagal.  
Nikmat awal = Apa yang ada pada diri kita dan alam sekitar kita
Bersyukur = Nikmat awal + nikmat baru
Tidak bersyukur = 0 bahkan Negatif (masuk neraka) atau meniadakan apa yang ada pada dirinya

Jadi perkara syukur bukan sekedar urusan agama yang mengajari kita berterima kasih, tapi mengajari kita banyal hal yang PASTI bermanfaat bagi kita. Sebenarnya tidak ada pilihan, karena kita tidak mau menderita (menerima adzab) maka kita memilih bersyukur. Bersyukur itu memerlukan proses dan waktu, maka mulailah dengan mencari tahu ilmunya dan mempraktekkannya, lalu mengevaluasi dan memperbaikinya.

Alhamdulillahi  rabbil alamin ... ilmuMU dapat kami peroleh dan semoga menjadi amalan kami dan bermanfaat bagi semua. Amin

Tuesday, February 19, 2013

Syukur 1, Memulai ...

Ada banyak hal yang ingin kita dapatkan dan ada banyak cara untuk mendapatkan, TAPI hanya ada satu semua itu terjadi dengan MEMULAI. Lalu apa ya ?
Keinginanku untuk menulis buku BUKAN hanya sekedar, saat keinginan itu menguat maka apapun sudah kulakukan. Ya menulis ... menguatkan niat setiap hari untuk menulis dan terjadi hanya sekian bulan lalu hilang .... juga sudah mencatat dalam buku impian .... ikut kursus menulis.... kerangka buku pun sudah dibuat .... dan banyak lagi BUT BUKU itu tak pernah ada.
Hari ini saya hanya ingin menjadikan semua itu terjadi, maka mulailah.
Ide buku yang ingin saya tulis adalah pengalaman dan pemahaman dalam hidup dan juga sebetulnya sebagai bentuk protes juga untuk mereka yang berlindung dari apa yang ingin saya tulis.
Materinya adalah SYUKUR atau bersyukur, maka muncullah ingin memberi judul Manajemen Syukur, Berani syukur SIAP KAYA, Kaizennya Islam .. bersyukur, Bersyukur siapa takut ?
keinginan ini merupakan ungkapan perasaan tentang syukur karena ada kekuatan untuk mewujudkan bahwa Islam itu mudah dan Islam itu Luar biasa. Mengapa syukur ? Kok nggak Sabar atau Ikhlas dan sebagainya ? Tidak ada jawaban yang pasti ... yang ada adalah semua yang ingin saya tulis ini merupakan sikap keinginan tahuan dan kok saya udah bersyukur tapi nggak sesuai hasilnya. Dan yang pasti semua yang kutulis hari ini adalah rahmat dari Allah.
Tak ingin meras lebih hebat, saya mulailah untuk mengutip ayat Ibrahim, 14 : 7. Bila kamu bersyukur maka AKU tambahkan nikmatKU dan bila kita tidak bersyukur maka tunggulah adzabKU". Pertanyaan menggelitik adalah semua orang sudah merasa bersyukur dan seharusnya mereka sudah memperoleh nikmat yang banyak ..tapi mengapa kita hanya seperti ini ??? Kurang iya, tapi lebih juga TIDAK. salahkah syukur kita ? Kita jawab kita sudah bersyukur kok dengan BENAR, " Alhamdulillahi rabbil alamin" menjadi ucapan wajib saat kita menerima sesuatu dan bahkan kita hidup dalam kesederhanaan (tidak boros) ATAU memang kita ini merasa pede bahwa kita sedang diuji oleh Allah swt dengan pemberian nikmat yang sedikit.
Tafsir lain dari ayat di atas adalah mau bersyukur berarti banyak nikmat (kaya), bisa kaya hati atau kaya kehidupan dunia ... ada ide judul BERANI SYUKUR SIAP KAYA. Kata berani sebagai bentuk kesengajaan yang didorong kekuatan yang luar biasa untuk menjalaninya dan hasilnya kita SIAP menerima nikmat. SIAP menunjukkan kita mempersiapkan kemampuan dan manajemen yang benar agar mampu menerima dan mengelola dengan ikhlas apapun nikmatnya.
Selain itu sampai hari ini saya sudah mempunyai materi pelatihan bersyukur dengan durasi 1 hari penuh agar pemahaman dari apa yang ingin saya tulis itu menjadi nyata dan mudah dipahami serta dipraktekkan oleh orang yang mengikutinya.
Yuuk berpikir bahwa tidak ada yang sempurna, maka saya menulis lagi untuk besok. Ditunggu ya komentarnya.

Sunday, February 17, 2013

Tidak ada yang sempurna

Seringkali kita mengatakan "tidak ada yang sempurna", tapi fakta berkata lain yaitu kita ingin sempurna. Dari hal yang sederhana sampai yang paling rumit. Soal makan saja, kita ingin yang paling enak, maka sikap yang baik adalah kita berusaha menemukan dan mencari makanan yang enak yang menyenangkan hati kita TANPA harus kecewa bila tidak mendapatkannya. Tapi sepanjang hidup kita ini ada kalanya enak dan banyak yang tidak enaknya. Yang jadi masalah adalah saat makan tidak enak kita menjadi kecewa dan protes sama yang masak atau makanan yang tidak bagus atau menyalahkan diri sendiri yang tak mampu membeli makanan yang enak dan sebagainya. Bukankah makan yang tidak enak itu merupakan perjalanan menuju kesempurnaan, artinya memang tidak ada makanan yang enak ("tidak ada yang sempurna"). kalau begitu mengapa kita mesti kecewa ? Karena kita telah membuat harapan atau angan-angan atau cita-cita yang disetting di kepala kita "saya mau makan enak" lalu pikiran itulah yang membuat kita kecewa karena  kenyataannya yang didapat tidak sesuai. Bisa jadi kekecewaan tersebut kita jadikan dorongan atau motivasi untuk menyempurnakannya untuk makan berikutnya. Baikkah itu ? Baik saja. Pola ini (pola harapan - kecewa - "sempurna" - harapan baru - kecewa lagi - "sempurna" dan seterusnya) membuat kesehatan terganggu secara psikis maupun fisik. Lalu bagaimana yang mesti kita lakukan atau bersikap ?
Oke, mari kita perhatikan sikap awal kita bahwa "tidak ada yang sempurna", maknanya 
1. Memang tidak ada yang sempurna (idealnya). makan yang enak itu yang kita sebut "sempurna" sebenarnya adalah ketidaksempurnaan, contoh saat kita makan enak, sebenarnya kita meniadakan atau tidak memperhatikan faktor lain, tempe yang kita makan di warung makan biasa menjadi enak karena kita tidak memperhatikan bahwa tempe itu sehat atau tidak. Mengapa begitu ? karena dilain waktu saat kita makan tempe dengan melihat cara mengolahnya (di warung itu) yang jorok, maka kitapun bilang,"iihh tempenya jijik dan ngga enak", padahal tempe yang sama pernah kita makan enak. Jadi "kesempurnaan" yang kita bilang itu adalah "ketidaksempurnaan" atau hanya sempurna dengan kondisi tertentu. Dengan kata lain kita mau menerima keadaaan (bersyukur) tertentu dengan "mengabaikan" hal lain .
2. Apa yang kita usahakan terus-menerus merupakan upaya kesempurnaan tiada akhir (sampai mati). Lalu mengapa kita mesti kecewa ? Maka sebenarnya hari demi hari yang kita lakukan adalah upaya perbaikan atau koreksi atas apa yang sudah kita lakukan, kondisi ini dikenal proses belajar. Proses belajar itu memberi suasana dan sikap menyenangkan. Inilah sikap yang mesti kita kembangkan terhadap apa yang sudah kita lakukan dan akan kita lakukan.
3. Kesempurnaan yang kita maksud adalah sempurna hanya faktor tertentu saja dengan mengabaikan faktor lain (alias "tidak ada yang sempurna"), artinya kita menetapkan suatu harapan pada faktor tertentu yang dibatasi waktu tertentu juga. yang menjadi pertanyaan adalah salahkah harapan itu ? atau salahkah waktu yang kita tetapkan itu ? Alangkah indahnya bila kita menetapkan target itu di ujung kematian kita dan menetapkan harapan yangsangat tinggi. maka kita terus berupaya mencapai itu semua sampai mati dan mengurangi kekecewaan yang seringkali membuat kita "bermasalah". Harapan yang tinggi dan waktu yang tidak pernah kita ketahui kapan terjadinya merupakan sebuah ketidakpastian yang mampu mendorong kita berusaha (motivator).
4. langkah lanjutan dari point 4 adalah kita mulai mengambangkan sikap menerima keadaan, menetapkan target-tagret hidup yang merupakan bagian dari tujuan hidup tertinggi yang kita inginkan dalam hidup ini, menerima kondisi waktu yang kita tetapkan agar mampu mendorong dan membuat kita fokus kepada apa yang kita kerjakan. Contoh nyata seperti keinginan bersilaturahmi dapat kita terjemahkan dan diwujudkan yang merupakan bagian dari silaturahmi yang sebenarnya dengan bertemu muka DENGAN menerima keadaan kita yang jauh dan hanya mempunyai handphone, maka untuk tetap bisa berkomunikasi (bagian dari silaturahmi) setiap hari atau setiap waktu yang kita inginkan (merupakan bagian dari waktu yang kita tetapkan untuk bersilaturahmi di hari Lebaran).
Terima kasih ya Allah yang telah memberiku pemahaman ini agar menjadi semakin baik dalam bertindak (beramal). semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita membacanya.

Saturday, January 5, 2013

Jika kesusahan, maka shalatlah

Al Qur'an memberi petunjuk atas persoalan kita atau petunjuk bagi kehidupan yang lebih baik. Kalau kita mengalami kesusahan, apa sih yang kita perbuat ?
Bisa jadi kita memikirkan persoalan itu dan mencari solusinya.
Bisa jadi kita meminta bantuan orang lain untuk membantu menyelesaikan persoalan kita
Bisa jadi kita merenungkan mengapa persoalan itu terjadi dengan mencari kesalahannya.
Bisa jadi kita menyalahkan orang lain atas apa yang kita alami.
Bisa jadi kita cuek dan larut rutinitas sehari-hari
Allah menuntun kita dalam surah Thahaa ayat 130 : 

130. Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang, (QS Thahaa, 20 : 130)

Langkah awal adalah bersabar dengan menenangkan diri kita atas persoalan yang kita hadapi (persoalan bisa terjadi karena perbuatan atau tindakan orang lain kepada kita, dimana kita tidak terima).
    
131. dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal (QS Thahaa, 20 : 131)
Persoalan atau kesusahan kita bisa juga disebabkan kita memfokuskan pandangan melihat kehidupan dunia yang menarik hati dari orang yang Allah lebihkan, sehingga kita memaksakan kehendak untuk memilikinya juga.


Dan selanjutnya kita bertasbih dengan memuji Allah lewat shalat.
   
132. dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa (QS Thahaa, 20 : 132)

Ibnu Hatim meriwayatkan dari Tsabit, dia mengatakan bahwa Rasulullahsaw, “apabila ditimpa suatu kesusahan, beliau memanggil keluarganya, seraya bersabda “Marilah shalat, marilah shalat” Tsabit berkata, “ Para nabi itu apabila ditimpa suatu kesulitan, mereka segera melaksanakan shalat”

Dan dalam bertasbih dan shalat mesti dilakukan dengan kesungguhan ;
Imam At Thirmidzi dan Ibnu Majah meriwayatkan sebuah hadist dari Abu Hurairah dari Nabi Saw bersabda,”Sesungguhnya Allah swt, curahkanlah segenap kemampuanmu untuk beribadah kepadaKU, niscaya Aku penuhi dadamu dengan rasa cukup dan aku tutupi kefakiranmu. Tetapi jika kamu tidak mengerjakannya Aku akan penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan aku tidak menutupi kefakiranmu.
Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, ia berkata “aku mendengar Nabi saw bersabda,”Barangsiapa yang menjadikan tujuannya hanya satu yaitu akhirat saja, niscaya Allah akan mencukupkan baginya kehidupan dunianya. Tetapi siapa yang tujuannya bercabang-cabang dalam urusan dunia saja, niscaya Allah tidak akan peduli kepadanya dilembah manapun dibumi ini dia binasa.

Dengan penjelasan di atas, mari kita meneladani nabi dan Rasul kita yaitu bila ada kesusahan maka mereka sabar dan shalat (bertasbih siang malam).



Thursday, January 3, 2013

Silaturahmi ...kok repot ??

Seringkali kita menterjemahkan silaturahmi itu lebih dekat dengan keluarga dan teman atau saudara jauh. Bahkan kita sering merencanakan untuk bersilaturahmi pada hari libur. Banyak hal yang menghambat kita mau bersilaturahmi, seperti kesibukan kantor dan kecapean. Kok jadi repotnya silaturahmi itu ? 
Terpikir oleh saya yang sedang mengikuti rapat atau meeting di kantor, dalam rapat itu kita bertemu dan berbagi dan tertawa serta menemukan solusi bersama. Kalau kita renungkan itulah silaturahmi yang sebenarnya. Mari kita selami beberapa hal berikut ini :
1. Silaturahmi itu merupakan pertemuan dengan niat baik, dan tidak ada kan dibatasi dengan siapa kita bertemu. Bisa dengan anak buah, teman atau bos atau bahkan konsumen, bisa berdua bisa bertiga dan seterusnya.
2. Silaturahmi itu aktivitas berkomunikasi yang positif kan, dan tidak ada batasan pembicaraan dalam silaturahmi.
3. Silaturahmu itu melakukan berbagi tawa, canda dan ilmu dan solusi dengan berempati. Bukankah dalam silaturahmi itu terjadi interaksi positif yang membuat semua merasa senang dengan pertemuan dan hasilnya.
4. Silaturahmi itu bisa terjadi kapan saja bUKAN. Saat briefing, memanggil bawah atau dipanggil atasan, bertanya kepada seseorang dan sebagainya. Itu kan terjadi setiap hari dalam pekerjaan kita.
5. Kalau sudah seperti di atas, bukankah kita sudah tidak membedakan ada urusan kantor dan ada urusan agama (akhirat). Artinya kita bekerja dilandasi niat ibadah, OK kan ?
Jadi mengapa mesti repot "ada silaturahmi ada meeting", ya meeting ya silaturahmi dan ya silaturahmi ya meeting.
Alhamdulillah saya diberi inspirasi dari apa yang saya lakukan dengan bimbingan Allah swt. Sepertinya mudahnya Islam itu untuk dijalankan. Silaturahmi itu bisa membuka pintu rezeki, berarti dalam bekerja hampir setiap hari kita mendapati pintu rezeki itu dan Insya Allah dengan usaha dan diizinkan Allah, rezeki itu mudah diraih.



Tuesday, November 27, 2012

Kalau berkehendak, maka kita hanya taat

Kultum Subuh hari ini, 17. Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu (QS Al An'aam, 6 : 17) .... Kalau memang kita hari ini belum dikabulkan doa terhadap apa yang kita inginkan atau kehidupan kita juga belum membaik, artinya semua itu memang sudah kehendak Allah dan tidak ada yang dapat menghalanginya. Maka dengan keimanan yang kita miliki mesti kita sadari bahwa semua datang dari Allah dan kembali kepadaNYA. Dan bila kita merubahnya keadaan tersebut, datanglah kepada Allah swt dan menjalankan syariatnya dengan penuh keikhlasan dan kesabaran .. Insya Allah janjiNYA benar dan datang kepada kita. Allah maha berkehendak, maka kita hanya mengimani lalu taat menjalankan syariatnya.
Ya Allah, ingatkan kami bila salah dan mampukan kami untuk merubahnya. Izinkan dan mampukan kami memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat.

Monday, November 26, 2012

Jalan itu terbuka kalau kita melangkah ...

Mengeluh dan saat kita merasa mendapat kesulitan membuat pikiran kita semakin semrawut. Sepertinya membuat kita tidak berpikir jernih lagi, yang ada adalah kita menuduh orang lain yang membuat kita seperti itu. Kondisi ini menjadikan kita tidak melakukan apapun (kebaikan) yang mengarahkan kita kepada solusi persoalan kita. Kita menjadi orang yang semakin mengeluh, menyalahkan orang lain dan lingkungan, semakin tak berdaya yang semua itu membuat kita DIAM.
Berada dalam kesulitan, membuat kita tidak mampu melihat solusi (keluar). Mari melihat keluar jendela hati kita ... ada orang di sana yang tidak seperti kita bisa menyenangkan tapi ada juga yang tidak menyenangkan. Lihatlah kedua kondisi itu dengan jendela hati kita, kalau ada yang menyenangkan ... kita berucap "mengapa saya tidak seperti itu, enak ya", maka inilah yang kita inginkan itu terjadi pada diri kita sendiri. Bagaimana dengan kondisi yang mirip kita atau bahkan yang lebih buruk ? Maka hati kecil kita merasa bersyukur kita tidak seperti itu dan ada keinginan untuk menghindari itu terjadi pada diri kita. Oleh sebab itu kita ingin bergerak dari kondisi kita saat ini menuju kondisi orang yang pertama. Begitulah solusi bisa kita dapatkan karena kita melihat dunia luar BUKAN terus bergelut dengan kesedihan/mengumpat/mengeluh dan sebagainya.
Bisa dibayangkan kalau kita tidak menggunakan jendela hati, yaitu jendela perasaan atau jendela pikiran. Jendela perasaan membuat kita iri kalau ada orang yang senang dan membuat kita sombong kalau ada orang yang lebih rendah. Jendela pikiran membuat kita cenderung mencela "terang saja dia bisa begitu karena ....." atau "saya kan memang lebih baik dari orang itu".
bandingkan jendela sebagai jalan keluar bagi persoalan kita lalu langkahkah kaki kita mengikuti arah yang telah terlihat oleh jendela hati kita. Maka kita menemukan kehidupan yang lebih baik.

Sunday, November 25, 2012

Menantang target besar, bersyukurkah ???

Seseorang yang dinilai baik dalam pekerjaannya, telah menjadi perhatian atasannya untuk memangku amanah yang lebih besar dengan pekerjaan yang lebih banyak/tinggi dan berkualitas. Ada dua hasil : Seseorang itu mampu melaksanakannya atau orang itu gagal.
Bagaimana hubungannya dengan mekanisme bersyukur ? amanah atau pekerjaan yang lebih tinggi yang diberikan adalah proses (bersyukur) yang menuju target kerja tertentu. Misalkan seorang manager yang tadi hanya sebagai staf yang hebat dibebankan untuk memimpin departemen dengan target sales 1 M.
Orang yang pertama, mengisi kegiatan hari-harinya dengan kesibukkan yang luar biasa dan bahkan memperpanjang jam kerjanya agar target itu tercapai. Orang ini bisa sukses, tapi bisa jadi telah "menelantarkan" kehidupan pribadinya dan keluarganya. Di Kantor meraih kesuksesan .... dan di rumah atau kehidupan pribadi dianggap sukses karena semua terpenuhi dengan menyediakan kehidupan pribadi dan keluarga dengan materi.
Orang yang kedua, mengisi kegiatan sehari-harinya dengan membangun jaringan kerja dan belajar memaksimalkan waktunya untuk mampu melaksanakan tugas mencapai target. Ada sebuah keyakinan bahwa semua itu mampu dilewatkan sebagai bentuk ujian yang diberikan Allah. Maka aktivitas spiritualpun menjadi fokus utamanya agar apa yang dikerjakannya di kantor diizinkan Allah untuk dicapai. Mengkayakan kehidupan pribadi (hobby dan kesenangan) dan keluarga sebagai bagian yang mampu mendorong pekerjaannya di kantor, paling tidak semua itu menjadi pendorong yang memberi semangat dan perasaan senang.
Kedua orang di atas dapat meraih kesuksesan HANYA karena Allah izinkan, maka kita hanya bisa melaksanakannya. Fakta orang pertama banyak yang sukses dan orang kedua yang sukses sangat sedikit. Mari dengan hati ini kita memahami kedua hal tersebut untuk kita jadikan referensi kita untuk menjadi yang terbaik sesuai kehendak Allah, yaitu bersyukur dengan memanfaatkan segala hal yang kita miliki untuk menjadi nilai tambah TANPA harus menelantarkan atau bahkan mengurangi/membuang apa yang sudah kita miliki.

Doa adalah sebuah keyakinan

Setiap hari kita berdoa ... berdoa untuk keselamatan dan kebaikan di dunia dan di akhirat. Dalam rutinitas kerja yang sudah membiasa doa menjadi biasa pula, seakan kita sudah hafal dan terucap secara otomatis dari mulut kita. Doa menjadi berbeda bila kita ada keperluan atau kesusahan/musibah, berbeda dalam cara berdoa, frekuensi dan isinya pun khusus. Dan bahkan membuat kita menangis dan terharu, dengan doa itu pun kita merasa plong seakan curhat kita kepada Allah telah banyak membantu meringankan penderitaan atau keinginan kita.
Ada banyak orang berdoa dengan menangis seolah-olah doanya khusyuk, tapi apakah perasaan dan keharuan dalam doa itu mempengaruhi nilai doa itu sendiri ? Sebenarnya TIDAK. Doa adalah sebuah KEYAKINAN atau KEIMANAN yang menjadi dasar kita memohon/berdzikir/mengingat (doa). Maka doa  keseharian kita merupakan wujud keimanan kita kepada Allah swt. Sedangkan isi doa ingin menunjukkan bahwa kita ini adalah makhluk Allah swt yang bergantung kepadaNYA dan oleh sebab itu selalu memohon diizinkan dan dimampukan untuk berbuat kebaikan. Selanjutnya sikap ini memberi KEYAKINAN kepada kita bahwa Allah swt itu SIAP dan MAU menjawab semua doa kita. Jika Allah itu MAHA MENDENGAR DAN MAHA MELIHAT saat kita berdoa dan MAHA MENGABULKAN DOA, maka Allah hanya menunggu kita ... Seriuskah (penuh keyakinan) dalam berdoa ??? Jawaban doa itu sangat tergantung dari nilai pertanyaan tersebut.
Karena doa itu sebuah keyakinan, maka setelah berdoa kita pun siap untuk mengerjakan segala sesuatu untuk menuju isi dari doa kita, artinya kitapun harus menyakinkan bahwa apa yang kita kerjakan sesuai dengan syariat Allah. Inilah yang disebut godaan yang merusak keyakinan kita dalam berdoa, dalam perjalanan doa itu kita sering dibisikkan oleh syetan (dan manusia) :
Apa iya doa kamu dikabulkan sedangkan kamu banyak dosa ? Apa mungkin doa saya dikabulkan ?? Buktinya sampai hari ini belum ada tanda-tanda doa itu dikabulkan. Untuk itu kita harus berperang melawan itu semua agar pikiran kita tidak terganggu yang dapat menganggu tindakan kita menjadi tidak sempurna atau menunda/malas/mengurangi/menghentikan tindakan kita. Kalau sudah demikian, maka kita pun semakin jauh dari memperoleh apa yang kita inginkan dalam doa (Bedoa tanpa Action).
Mari kita berpikir dan merenungkan hal di atas agar kita memperoleh berkah atas doa sebagai bentuk keimanan/keyakinan.


Thursday, November 15, 2012

Metabolisme tubuh ya juga metabolisme pikiran

Dalam kehidupan ini seringkali kita menganggap semua berjalan baik, sewaktu kita makan tentu ada metabolisme tubuh yang membuat apa yang kita makan dapat diolah oleh tubuh sehingga menghasilkan tenaga dan sisanya dibuang secara alamiah berupa cadangan tenaga, keringat dan buang air kecil dan buang air besar. Dalam kesibukan rutinitas sehari-hari, proses yang terjadi dalam tubuh tak pernah kita pikirkan. Semua berjalan begitu saja. Saat kita tidak buang air, barulah kita merasa ada yang tidak beres maka kita pun mencari solusi dengan berbagai cara. Begitulah metabolisme tubuh berjalan dari waktu ke waktu. Semua itu tanpa kuasa kita ... Siapa yang kuasa ? Allahlah yang mengatur semuanya. Sudahkah kita bersyukur ?
Hal yang sama dengan pikiran, apa yang kita peroleh dalam pikiran tentunya ada metabolisme pikiran. Pikiran diolah oleh manajemen pikiran sehingga kita mampu memahaminya. Lalu cukupkah sampai disini pemahaman tersebut ? tentunya tidak, maka semestinya metabolisme pikiran itu terus bekerja dengan mendorong untuk berbuat (amal shaleh/action) yang sepadan dengan tenaga pada pola makan dan sebagian lagi mengikuti pola pembuangan yang menuntut pemahaman yang kita peroleh itu mesti pula dibagikan (di share) dengan orang lain lewat mengajarkan atau membantu orang lain. Apa yang terjadi bila apa yang kita terima tidak diolah ? masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan. Dan apa yang terjadi bila kita menerima sesuatu (ilmu) tapi tidak dibagi atau tidak dipraktekkan ? mestinya hal inipun dapat merusak fisik kita, hal ini dapat ditunjukkan pikiran yang kita terima yang tidak tersalurkan dengan sikap sombong atau sikap minder. Sikap inilah yang membuat tubuh menjadi semakin buruk. Bukankah kita telah diajarkan Allah untuk mengerti metabolisme pikiran dengan mengajarkan kita untuk beriman dan beramal shaleh. Beriman berarti memahami apa yang kita dapatkan dan beramal shaleh yang menunjukkan kita untuk meneruskan metabolisme pikiran. mari kita merenungkan kejadian sehari-hari :
1. Saat kita punya banyak ilmu dan tidak mau di share ke semua orang, maka yang terjadi adalah sikap sombong kita dengan ilmu yang kita miliki dan orang lain merespon kita dengan tidak mau bersahabat. Dampaknya kita menjadi jarang dibantu orang dan sedikit silaturahmi, kalaupun ada silaturahmi lebih banyak atas kepentingan.
2. Saat kita tidak peduli dengan apa yang disampaikan orang lain dan kalau ditanya kita tidak mau paham, maka yang terjadi adalah kita tidak dipercaya orang. Maka kita termasuk orang yang tidak banyak aktivitas.
3. Saat kita menganggap bahwa apa yang kita terima itu baik (bisa berupa kebaikan maupun keburukan) tanpa memikirkan metabolisme pikiran yang sehat. Maka sebenarnya bisa membuat tubuh menjadi kurang enak setelahnya. Kalau pikiran yang baik, seringkali kita berbagi dengan senang tapi kalau keburukan seringkali pula kita berbagi berupa curhat atau keluhan atau kritik. Sehatkah metabolisme pikiran kita ? Sehat bila kita berbagi dengan orang yang tepat dan mendorong untuk melakukan solusi (amal shaleh).
4. Tanpa disadari kalau kita bermasalah kita anggap selesai dalam pikiran saja. Ternyata hal ini tidak selesai, mengapa ? Karena masalah itu tidak termetabolisme dengan baik/sehat. Maka masalah bisa muncul saat ada pemicunya. Maka saat punya masalah, mesti dicarikan jalan keluarnya minimal kita share dengan orang yang memahami (atau mau berempati) sehingga kita merasa ada dorongan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Semua metabolisme pikiran inipun tidak banyak dikendalikan oleh kita, Allahlah yang berkuasa.
Mari kita mau memahami metabolisme tubuh kita, baik itu makanan dan pikiran. Tidak lain agar kita menjadi orang yang bersyukur yang mampu menyehatkan tubuh kita dengan mendorong metabolisme kita berjalan dengan semestinya.




Saturday, November 10, 2012

Larut dalam rutinitas

Seringkali kita larut dalam rutinitas, kemarin hari ini dan besok. Kita masuk ke dalam aktivitas yang membuat kita tidak berdaya ... itulah rutinitas/kebiasaan kita. Bangun pagi, sarapan, ke kantor, makan siang dan seterusnya, tidak ada kekuatan apapun untuk mampu menolak itu semua. Selain itu ada aktivitas yang rutin yang lebih lama yaitu sebelum dan sesudah aktivitas rutinitas itu (mempersiapkan dan istirahat/menikmati)  Tidak bangun, tidak makan, tidak melakukan kebiasaan kita dan seterusnya membuat kita menjadi "bermasalah". Lalu masih berapa banyak waktu kita untuk hidup ? Tak banyak, bisa jadi hanya 1 jam, 2 jam .....
Lalu seringkali pula kita masih belum mau berbuat yang luar biasa dalam hidup ini. Berpikir masih ada waktu. Masih ada waktu ? Percayakah kita masih ada waktu itu ? Ternyata yang mampu menghentikan ketidakluarbiasaan kita adalah kematian dan waktu dimana kita tidak diberi lagi kesempatan.
Kematian tidak pernah kita tahu kapan datangnya ? Artinya bisa datang kapan saja, maka sudah seharusnya kita menjadi orang yang luar biasa
Waktu dimana kita tidak diberi kesempatan lagi, saat ada perpisahan seperti pemecatan saat bos tidak suka lagi dengan pekerjaan kita atau tidak memberikan nilai lebih bagi perusahaan. Putus silaturahmi saat teman merasa sebal dan kecewa dengan kita dan sebagainya.
Mari mengaktifkan sensor hati kita agar kita mau berubah seiring waktu. Kita hanya berkuasa atas sisa waktu dari rutinitas hidup kita, maka maksimalkan waktu di luar rutinitas dengan berbagai aktivitas yang menambah nilai tambah sehingga kita berbeda dan dilirik bahkan disenangi oleh orang di sekitar kita.

Wednesday, October 31, 2012

Hati penuntun arah ke jalan kebenaran

Dalam membuat keputusan, seringkali kita mendasarkan kepada ilmu (pikiran) atau emosional (perasaan) atau kombinasi keduanya. Tapi ada satu hal yang lagi yang bisa mempengaruhi keputusan adalah hati dan hati itu di(gerakkan) oleh Allah swt.
Sebagai contoh, saat kita melihat seseorang yang lemah, Apa yang kita putuskan (lakukan) ? Kalau hanya didasarkan perasaan, maka bisa saja yang terjadi kita cuek karena perasaan kita lagi cuek (nggak fokus) atau kesal melihat orang lemah karena kita bersemangat. Jika berpikir didasarkan pikiran, maka kita banyak bertanya mengapa dia lemah ? bila jawabannya sudah kita peroleh maka kita menasehatinya agar tidak begitu lagi dengan berbagai solusi yang kita miliki. 
Allah swt berfirman, agar kita tidak tersesat atau salah dalam mengambil keputusan, gunakan hati dalam mengambil keputusan. 
72. Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar). 
74. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka,  (QS Al Isra, 17 : 72,74)
Karena hati itu digerakkan oleh Allah swt, maka semestinya kita sangat dekat dengan Allah swt agar selalu dibimbingNYA dalam setiap tindakan. Paling tidak, kita bermohon dengan istifgar, zikir dan bismillahi rabbli alamin saat mengambil keputusan dengan memberi ruang tenang agar hati mampu mendorong pikiran menemukan solusi yang tepat.
Ya Allah ampuni dosa dan kesalahan kami yang selama ini tidak cenderung kepadaMU, dan izinkan dan mampukan hati ini selalu menjadi bagian utama kami dalam mengambil keputusan. Amin

Sunday, October 28, 2012

Penghidupan yang sempit ...

Allah swt berfirman ;
124. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." (QS Thaahaa, 20 : 124)

Ungkapan sederhana, penghidupan yang sempit berupa susah dan sulit dalam hidup. Hidup yang dipenuhi tidak adanya solusi dan sekalipun ada solusi menjadi berat dikerjakan. Seperti itukah gambaran hidup kita ? Mari berpikir dan merenungkan ayat di atas, penyebabnya adalah kita yang berpaling dari peringatan Allah swt, yaitu tidak tunduk kepada perintah dan larangannya.
Maka mulailah mengaitkan dan berpikir faktor kehidupan kita di dunia ini ada peran Allah swt yang sangat besar. Ingin sukses, simaklah peringatan Allah swt dengan sering mendengar nasehat ulama dan membaca Al Qur'an untuk dijalankan (amalkan) sehingga membuat kita YAKIN. Kondisi inilah yang membuat kita TIDAK BERPALING lagi kepada peringatan Allah.
Ya Allah, Engkau yang MAHA TAHU berikan kami ilmu untuk mampu menggerakkan kami menyimak dengan hati terhadap nasehat dan peringatanMU agar menjadi orang yang tunduk (beriman) kepadaMU. Amin

Kapan Allah menolong kita ?

Allah berfirman : 
160. Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal (QS Ali Imran, 3 : 160)

Kita sangat iingin ditolong oleh Allah swt, maka apa yang Allah kehendaki tak ada satupun yang bisa menghalangi. Kondisi inilah yang kita idamkan, terus yang jadi pertanyaan adalah kapan itu terjadi ? Jadikan kita sebagai hamba Allah swt yang selalu bertawakal.

Bertawakal menyerahkan diri kepada Allah swt apa yang kita lakukan dan hasilnya, menerima apapun yang menimpa kita dengan prasangka positif kepada Allah swt. Menyerahkan diri kepada Allah swt bermakna kita betul-betul YAKIN dengan Allah (maka kita beriman dengan sebenarnya). Keyakinan itu menuntun kita untuk mengenal Allah dengan benar. Dengan sangat mengenal Allah, bisa memunculkan KEYAKINAN yang tumbuh dalam hati, lalu kita tunduk dengan perintah dan laranganNYA.
Maka dapat disimpulkan, kapan pertolongan Allah itu datang ? Yang pasti pertolongan itu sesuai dengan kehendak Allah swt dengan tunduk atas perintah dan laranganNYA yang dilakukan dengan konsisten dan sabar.
Ya Allah, sinari dan bukalah hati kami untuk terus mengenalMU dengan benar yang mampu menyempurnakan iman ini dan mampukan kami untuk tunduk kepada perintah dan laranganMU. Amin



Thursday, October 18, 2012

Diam mengoptimalkan pendengaran dan kesabaran

Bicara itu mudah, IYA. Untuk mengerti apa yang kita bicarakan seringkali sulit dan orang lain yang menilai membuat kita tidak nyaman. Perhatikan apa yang kita bicarakan (lisan) ..... kita seringkali melebih-lebihkan yang kurang sempurna supaya terlihat jadi orang baik, orang penting atau terlihat orang pintar. Semakin lama bicara kita semakin lincah dan semakin banyak hal yang kita lisankan tidak sesuai dengan tindakan. Lalu ? Dengarkanlah apa yang kita bicarakan.
Kita dengan cepat dan mudah merespon apa yang dibicarakan orang lain atau tindakan orang lain, lalu belajarlah untuk diam sejenak yang berarti kita memanfaatkan pendengaran menjadi lebih optimal dan menjadi lebih sabar. Kondsi ini mampu mengasah kepintaran kita dalam belajar. Jangan berkomentar apapun dan jadilah pendengar yang baik terhadap apa yang disampaikan dan perilaku orangnya. Apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar bisa mencerminkan seperti itu pula kalau kita yang banyak bicara.


Wednesday, October 17, 2012

Keburukan melemah dan hilang karena kebaikan


Apa yang pernah kita alami selama ini dengan :
1.  Kita sering terjerumus menjadi berbuat buruk karena ulah orang lain melakukan keburukan dan bahkan lebih buruk lagi.
2.  Begitu sulit untuk menjadi orang baik dengan amal shalehnya, seakan-akan apa yang sudah kita perbuat menjadi tidak ada artinya saat kita tidak sabar lagi. Misalkan kita yang sudah sedekah kepada seseorang, menjadi tak berarti saat orang itu meminta bantuan kepada kita, dan apa yang kita ucapkan “udah dibantu (dengan sedekah), malah jadi minta-minta lagi”.
3.  Masihkah kita merasa telah banyak melakukan amal shaleh (kebaikan) tanpa melihat keburukan yang kita lakukan sehingga menjadikan kita tidak mau lagi meningkatkan kebaikan itu sendiri. Buktinya ? kita lebih larut dalam ibadah dan kehidupan rutin sehari-hari.


Kehidupan ini ada yang buruk dan ada yang baik, semua itu sudah kita lakukan. Mana yang lebih banyak ? Sebenarnya kita tak mampu menghitungnya dengan benar, bisa menghitung frekuensinya (kuantitatif) seperti 4 kali sedekah, 5 kali membantu orang lain dan sebagainya, tapi kita tidak bisa mengukur kualitas kebaikan kita. Dengan begitu, kita tidak perlu menghitungnya dan jaduh lebih penting focus untuk berbuat baiknya saja.
  
33. siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (QS Fushshilat, 41 : 33)

Sebuah rangkaian utuh (sempurna dalam kebaikan), yaitu orang yang menyeru kepada ajaran Tauhid dan taat kepada Allah swt – mengerjakan amal shaleh – berserah diri sepenuhnya kepada Allah swt. Diawali dengan seruan kepada Allah swt yang juga menyeru kepada diri kita sendiri yang merupakan aktivitas pemahaman terhadap kebaikan, lalu diwujudkan dalam perbuatan (amal shaleh). Disempurnakan dengan berserah diri kepada Allah swt atas semua yang sudah kita lakukan. Dan selanjutnya kita lakukan untuk kebaikan yang lain. Proses kebaikan ini terjadi bila ada istiqamah yang kita niatkan dan dilakukan dengan sungguh-sungguh serta tanpa menunggu hasil.

Sebaliknya keburukan terjadi seperti tanpa kendali kita, maka perlu dipertanyakan adalah mengapa kita melakukan keburukan/kejahatan ? bisa jadi kita tergoda dan disertai iman yang rendah dan sebagainya. Dan bergantilah amal shaleh (kebaikan) yang ingin kita lakukan dengan keburukan.
Mari kita memahami konsep berikut ini :
Kebaikan (amal shaleh)   : membelanjakan harta di jalan Allah
Keburukan           : tidak membelanjakan harta atau membelanjakan    tidak di jalan Allah atau 
     tidak mau (tidak ada niat dan kesungguhan)  membelanjakan harta di jalan Allah
Mari kita tarik kesimpulan bahwa keburukan itu sebenarnya adalah kebaikan yang tidak mau diACTIONkan atau tidak diJALANkan atau tidak ada niat dan kesungguhan atau tidak ada focus.
Contoh : orang yang mau shalat (shalat itu kebaikan), menjadi sebuah keburukan dengan berbagai alasan :
1.  Ada niat lalu shalat tapi tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh
   
26. dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka" ( QS Al Fushshilat, 41 : 26)
2.  Niat yang tidak kepada Allah (riya) dalam shalat
3.  Tidak mau shalat dengan tidak mau wudlu dan sebagainya.
4.  Tidak mau shalat dengan menggantikan dengan pekerjaan lain sehingga waktu shalat terlewatkan.
5.  Tidak focus kepada shalat, berarti belum/tidak shalat dan diam atau mengalihkan kepada hal lain.

Kebaikan itu tidak terjadi begitu saja tapi mesti direncanakan. Bila itu tidak kita lakukan maka keburukan itu bisa terjadi.
Allah berfirman, tidak sama kebaikan dan keburukan itu ;

34. dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia (QS Fushshilat, 41 : 34)

Ada resep yang baik yang diberikan Allah swt, yaitu menolak kejahatan/keburukan dengan kebaikan. Maksudnya ? Kebaikan itu tetap memberi kebaikan kepada siapapun yang dapat membalikkan dari kondisi buruk menjadi baik. Dan seharusnya pula saat kita ingin melakukan keburukan dapat disikapi dan menolak dengan hal berikut ini ;
46. Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh Maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu Menganiaya hamba-hambaNya. (QS Fushshilat, 41 : 46)

1.  Memperbaiki niat yang buruk menjadi baik, sehingga mampu meluruskan apa yang ingin kita kerjakan menjadi lebih baik. Bertanyalah pada diri kita sendiri, buat apa kita melakukan hal itu ?
2.  Mengalihkan focus kepada yang lebih baik, sehingga mampu menggoda untuk tidak melakukan keburukan atau paling tidak, tidak ada kesungguhan dalam melakukan keburukan sehingga kita menjadi malas. Melihat, mendengarkan atau mengambil alih kendali untuk mengalihkan focus, membicarakan hal lain dan sebagainya.
3.  Mendiamkan atau menenangkan diri sebagai bentuk renungan sehingga kita mampu berpikir jernih untuk membatalkan atau membalikkan keburukan yang akan kita kerjakan. Tidak merespon atau menjawab apapun sambil berpikir yang mampu “membuyarkan” keseriusan orang yang melakukan keburukan.
4.  Menolak secara tegas (santun dan beretika) keburukan itu dengan kebaikan.
5. Semua hal itu membutuhkan keteguhan dengan dasar keimanan kepada Allah swt
   
30. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".(QS Fushshilat, 41 : 30)

6.  Kebaikan yang kita lakukan untuk menjadikan kita menjadikan kita mempunyai sifat-sifat yang baik dan sabar dalam menjalaninya. Dan bila kita diganggu oleh syetan, maka berlindunglah kepada Allah swt

35. sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai Keuntungan yang besar. (QS Fushshilat, 41 : 35)

36. dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, Maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS Fushshilat, 41 : 36)

Mari kita berlatih menjadi orang yang mampu membiasakan diri untuk selalu berbuat kebaikan.

Sunday, October 14, 2012

Berbuat baik itu tidak memberi ruang bagi keburukan

Tidak berbuat baik, maka kita berbuat baik atau diam saja dengan membiarkan waktu berlalu. Semua itu adalah pilihan kita dan pilihan kita sangat tergantung dominan mana pilihan itu berada di pikiran kita. Mari mengisi pikiran kita dengan sesuatu yang baik terus-menerus sehingga mendorong kita melakukannya.
Tapi tetap saja berbuat baik kita itu tidak banyak, sekalipun ada selalu ada godaan yang membuat berbuat baik tidak sempurna. Keteguhan dan sungguh-sungguh mampu meminimalkan kekurangan dalam berbuat baik. Ingat bahwa setiap kebaikan itu memberi balasan lebih banyak dibanding berbuat buruk. Yakinlah bahwa berbuat baik sekecil apapun mampu mengantarkan kita kepada kebaikan karena kebaikan Allah swt dan bila sudah kita lakukan maka berbuat baik itu sudah "menutupi nilai keburukan" dan akhirnya mampu tidak memberikan ruang waktu sedikit pun bagi keburukan itu terjadi.
Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan) (QS Al An’aam, 6 : 160)

Friday, October 12, 2012

Apa yang kita minta. AKU kabulkan

Seringkali kita meminta sesuatu (misalkan gaji) kepada bos, tapi banyak bos hanya memberi sedikit (tidak sesuai dengan apa yang kita minta). Lalu kita pun meneruskan meminta dengan curhat kepada teman dan orang lain (mengeluh) untuk membenarkan bahwa kita meminta itu benar, sehingga membuat kita bekerja tidak fokus dan berdampak kinerja menurun.
Mari kita berpikir dari sisi yang berbeda (dari sisi Bos), yaitu bos memberikan (sesuatu yang kita terima) sesuai dengan apa yang kita kerjakan. Masihkah kita terus meminta ? Mari bersikap baik dengan menterjemahkan :
apa yang kita minta = apa yang kita terima = apa yang kita kerjakan
Jadi jika ingin sukses dan mendapatkan apa yang kita inginkan, mari bekerja dan bekerja yang semakin baik.
Begitu pula Allah swt, apa yang kita minta adalah apa yang kita inginkan. Dan apa yang kita terima adalah apa yang kita minta yang senilai dengan apa yang kita kerjakan (AMAL SHALEH). Allah swt mengabulkan apa yang kita minta, berarti mengabulkan AMAL SHALEH kita bukan apa yang kita minta.


Monday, October 1, 2012

Menyenangkan dan menentramkan .....

Saat hati gelisah, bisa jadi  kita tak mampu berbuat apa-apa. dan yang lebih parah adalah kita pun tidak merasa memiliki apa-apa. Seringkali semua itu kita tumpukan kepada materi. Setelah kita memiliki materi, kita menjadi senang (menyenangkan) dan merasa memiliki kemampuan. Semua itu berlangsung tidak lama dan kita pun berbalik menjadi tidak menyenangkan.
Lalu apa maknanya ? Menyenangkan lebih kepada perasaan kita, dan tidak mampu menyentuh hati yang membuat hati gelisah (tidak tenteram). Materi mampu membangkitkan perasaan senang atai tidak senang, tapi materi tidak mampu menyentuh hati. Maka sebanyak apapun materi yang kita miliki hanya memberi perasaaan senang sesaat saja lalu hilang.
Kegelisahan hati hanya dapat disembuhkan dengan ketentraman, dimana hati menjadi tenang yang mampu membuat perasaan menjadi senang. Tindakan berupa amal shalehlah yang mampu menentramkan hati kita atau seberapa besar kita mengingat sang Pencipta sepanjang hari. Dalam hidup ini, 98% waktu kita untuk mencari kesenangan dan hanya 2% saja untuk menemukan ketenangan. Dan 100% kesungguhan kita pertaruhkan untuk meraih kesenangan dan 0% kesungguhan untuk menggapai ketenangan. Jadi wajar saja kita masih sering gelisah dan bahkan sering tidak menyenangkan.
Mari menyeimbangkan waktu kita atau mendominasikan waktu kita kepada amal-amal yang menenangkan hati BUKAN untuk menyenangkan perasaan. Dimulailah hidup ini dengan niat shalat malam, tidur dengan baca doa, bangun dengan rasa syukur, Subuh, mempersiapkan diri agar sehat untuk bekerja, berdoa agar dimudahkan dalam bekerja dan seterusnya, awali dan iringi semua tindakan kita dengan nama Allah swt.

Sunday, September 23, 2012

Hati yang tenang ....

Dalam keseharian kita banyak hal yang membuat kita menjadi tidak tenang, khawatir tentang hidup, khawatir tentang anak dan khawatir tentang uang untuk menghidupi keluarga kita. Belum laki semakin tidak tenangnya kita untuk memelihara apa yang sudah kita miliki, punya mobil takut lecet dan takut dicuri orang dan sebagainya yang membuat tidur kita menjadi kurang tenang.
Disisi lain, ada orang yang merasa merdeka tanpa beban. Apa yang dimilikinya hanya dipikirkan untuk hari ini dan soal besok diserahkan kepada yang Maha Kuasa. Orang ini merasa tidak memiliki dan apa yang dimilkinya lebih sering digunakan atau diberikan kepada orang lain. Mengapa bisa begitu ? Begitulah Allah menanamkan kepada mereka hati yang tenang, tidak bersedih dan tidak khawatir.
Tapi ada juga orang yang sudah memiliki banyak materi dan kebebasan financial baru bisa merasa tenang, tapi masihkah hatinya tenang setelah materinya berkurang ???
Mulai dari keluarga, lingkungan, kantor dan lainnya bisa membuat kita senang sebentar dan bisa juga membuat kita lebih lama tidak tenang. Apapun itu, perlulah kita banyak istigfar dan berzikir agar Allah menurunkan kehendaknya untuk menenangkan hati kita. Hanya karena kehendak dan izinNYA kita menjadi tenang.
4. Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi[1394] dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS Al Fath, 48 : 4)
Maka tak perlu kita mencari ketenangan dari orang lain atau dari sesuatu yang ada di dunia ini, ketenangan itu datang dari Allah swt dan oleh sebab itu teruslah melakukan apa yang memudahkan Allah mengizinkan ketenangan itu di hati kita, amal shaleh dan berzikir.

Friday, September 7, 2012

Selalu Merasa karena kita

Dalam meraih rezeki, tanpa disadari "melupakan" kekuatan dan kekuasaan yang Maha Besar yaitu Allah. Nggak mungkin lah ? Jawaban yang sering terucap dari kita. Lalu kita pun membuktikan bahwa kita mulai sesuatu aja dengan Bismillah dan berucap Alhamdulillah setelah mendapatkannya.
Mari kita merenungkan sendiri (tanpa ada orang lain) ..... Bagaimana perasaan kita mengucapkan Bismillah dan Alhamdulillah, Apakah biasanya aja atau ada perasaan "kedekatan" atau "takut dan harap" yang membuat kita bertambah iman ? Umumnya lisan itu terasa biasa dan sudah terbiasa sehingga menjadi sebuah "ritual" atau kebiasaan. Kalau ini yang terjadi, maka perlu kita memperbaiki agar dalam mencari rezeki itu menjadi bermakna. Dan sebaliknya bila kita sudah mampu mengucapkan lisan Bismillah dan Alhamdulillah dengan benar (merasakan betul kehadiran Allah), maka kondisi inilah yang harus kita terus tingkatkan menjadi sempurna. Insya Allah semua itu menjadi kebaikan dan berkah bagi kehidupan kita.
lebih dalam lagi, misalkan jadi seorang salesmen .... penjualan yang kita peroleh merupakan buah dari hasil yang kita lakukan, "itu kan karena saya follow upnya bagus" dan banyak ungkapan manis yang ingin menyenangkan hati kita. Bukankah kita seharusnya melihat sesuatu dibalik itu semua membuat kita bisa melakukannya .... maka mestinya terucap "Alhamdulillahi rabbil alamin". Kondisi ini seharusnya menjadi yang utama dan pertama dalam kita bersikap. Dalam proses tersebut selalu ada peran Allah ... Allah meliputi segala sesuatu.
Seberapa sering kita lebih dulu dan bahkan "lupa" dengan kekuatan dan kekuasaan Allah Swt, seperti saat kita bangun pagi ... merasa kita yang mau bangun atau dibangunkan oleh alarm. Dan dengan bangga kita mengklaim diri kita sebagai orang yang disiplin. Dimana kekuatan Allah nya ? Tidak terlihat dan sepertinya memang tidak ada, karena kita tidak mengucapkan terima kasih dengan berdoa bangun tidur.
Contoh lain adalah saat kita sukses dalam pekerjaan, maka yang kita ceritakan kepada orang lain adalah 10 cara sukses dengan disiplin dan tanggung jawab dan lainnya. Adakah dalam resep kesuksesan itu peran Allah ? Tidak ada, dan bahkan kita pun "melupakan" doa yang pernah kita panjatkan untuk memohon kepada Allah agar diberi kesuksesan.
Masihkah kita merasa kita mampu dan semua karena kita ? Ingatlah bahwa Allah itu meliputi segala sesuatu, meliputi apa yang kita kerjakan dan lainnya.