Apa yang pernah kita alami
selama ini dengan :
1. Kita sering terjerumus menjadi berbuat buruk karena ulah orang
lain melakukan keburukan dan bahkan lebih buruk lagi.
2.
Begitu sulit untuk menjadi orang baik dengan amal shalehnya,
seakan-akan apa yang sudah kita perbuat menjadi tidak ada artinya saat kita
tidak sabar lagi. Misalkan kita yang sudah sedekah kepada seseorang, menjadi
tak berarti saat orang itu meminta bantuan kepada kita, dan apa yang kita
ucapkan “udah dibantu (dengan sedekah), malah jadi minta-minta lagi”.
3.
Masihkah kita merasa telah banyak melakukan amal shaleh
(kebaikan) tanpa melihat keburukan yang kita lakukan sehingga menjadikan kita
tidak mau lagi meningkatkan kebaikan itu sendiri. Buktinya ? kita lebih larut
dalam ibadah dan kehidupan rutin sehari-hari.
Kehidupan ini ada yang buruk
dan ada yang baik, semua itu sudah kita lakukan. Mana yang lebih banyak ?
Sebenarnya kita tak mampu menghitungnya dengan benar, bisa menghitung
frekuensinya (kuantitatif) seperti 4 kali sedekah, 5 kali membantu orang lain
dan sebagainya, tapi kita tidak bisa mengukur kualitas kebaikan kita. Dengan begitu,
kita tidak perlu menghitungnya dan jaduh lebih penting focus untuk berbuat
baiknya saja.
33. siapakah yang
lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan
amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya
aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (QS Fushshilat, 41 : 33)
Sebuah rangkaian utuh
(sempurna dalam kebaikan), yaitu orang yang menyeru kepada ajaran Tauhid dan
taat kepada Allah swt – mengerjakan amal shaleh – berserah diri sepenuhnya
kepada Allah swt. Diawali dengan seruan kepada Allah swt yang juga menyeru
kepada diri kita sendiri yang merupakan aktivitas pemahaman terhadap kebaikan,
lalu diwujudkan dalam perbuatan (amal shaleh). Disempurnakan dengan berserah
diri kepada Allah swt atas semua yang sudah kita lakukan. Dan selanjutnya kita
lakukan untuk kebaikan yang lain. Proses kebaikan ini terjadi bila ada
istiqamah yang kita niatkan dan dilakukan dengan sungguh-sungguh serta tanpa
menunggu hasil.
Sebaliknya keburukan terjadi
seperti tanpa kendali kita, maka perlu dipertanyakan adalah mengapa kita
melakukan keburukan/kejahatan ? bisa jadi kita tergoda dan disertai iman yang
rendah dan sebagainya. Dan bergantilah amal shaleh (kebaikan) yang ingin kita
lakukan dengan keburukan.
Mari kita memahami konsep
berikut ini :
Kebaikan (amal shaleh) : membelanjakan harta di jalan Allah
Keburukan :
tidak membelanjakan harta atau membelanjakan tidak di jalan Allah atau
tidak mau (tidak ada
niat dan kesungguhan) membelanjakan harta di
jalan Allah
Mari kita tarik kesimpulan
bahwa keburukan itu sebenarnya adalah kebaikan yang tidak mau diACTIONkan atau
tidak diJALANkan atau tidak ada niat dan kesungguhan atau tidak ada focus.
Contoh : orang yang mau shalat (shalat itu kebaikan), menjadi
sebuah keburukan dengan berbagai alasan :
1.
Ada niat lalu shalat tapi
tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh
26. dan orang-orang
yang kafir berkata: "Janganlah kamu
mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk
terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka" ( QS Al Fushshilat, 41
: 26)
2. Niat yang
tidak kepada Allah (riya) dalam shalat
3. Tidak
mau shalat dengan tidak mau wudlu
dan sebagainya.
4.
Tidak mau shalat dengan menggantikan dengan pekerjaan lain
sehingga waktu shalat terlewatkan.
5.
Tidak focus kepada shalat, berarti belum/tidak shalat dan diam atau
mengalihkan kepada hal lain.
Kebaikan itu
tidak terjadi begitu saja tapi mesti direncanakan. Bila itu tidak kita lakukan
maka keburukan itu bisa terjadi.
Allah berfirman, tidak sama
kebaikan dan keburukan itu ;
34. dan tidaklah sama
kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik,
Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah
telah menjadi teman yang sangat setia (QS Fushshilat, 41 : 34)
Ada resep yang baik yang
diberikan Allah swt, yaitu menolak kejahatan/keburukan dengan kebaikan.
Maksudnya ? Kebaikan itu tetap memberi kebaikan kepada siapapun yang dapat
membalikkan dari kondisi buruk menjadi baik. Dan seharusnya pula saat kita
ingin melakukan keburukan dapat disikapi dan menolak dengan hal berikut ini ;
46. Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh Maka
(pahalanya) untuk dirinya sendiri
dan Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka (dosanya) untuk dirinya
sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu Menganiaya hamba-hambaNya. (QS
Fushshilat, 41 : 46)
1.
Memperbaiki niat yang buruk menjadi baik, sehingga mampu
meluruskan apa yang ingin kita kerjakan menjadi lebih baik. Bertanyalah pada
diri kita sendiri, buat apa kita melakukan hal itu ?
2.
Mengalihkan focus kepada yang lebih baik, sehingga mampu
menggoda untuk tidak melakukan keburukan atau paling tidak, tidak ada
kesungguhan dalam melakukan keburukan sehingga kita menjadi malas. Melihat,
mendengarkan atau mengambil alih kendali untuk mengalihkan focus, membicarakan
hal lain dan sebagainya.
3.
Mendiamkan atau menenangkan diri sebagai bentuk renungan
sehingga kita mampu berpikir jernih untuk membatalkan atau membalikkan
keburukan yang akan kita kerjakan. Tidak merespon atau menjawab apapun sambil
berpikir yang mampu “membuyarkan” keseriusan orang yang melakukan keburukan.
4.
Menolak secara tegas (santun dan beretika) keburukan itu dengan
kebaikan.
5. Semua hal itu membutuhkan keteguhan dengan dasar keimanan kepada
Allah swt
30. Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan
mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan
gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".(QS
Fushshilat, 41 : 30)
6.
Kebaikan yang kita lakukan untuk menjadikan kita menjadikan kita
mempunyai sifat-sifat yang baik dan sabar dalam menjalaninya. Dan bila kita
diganggu oleh syetan, maka berlindunglah kepada Allah swt
35. sifat-sifat yang
baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai Keuntungan yang
besar. (QS Fushshilat, 41 : 35)
36. dan jika syetan
mengganggumu dengan suatu gangguan, Maka mohonlah perlindungan kepada Allah.
Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS Fushshilat,
41 : 36)
Mari kita berlatih menjadi orang yang mampu membiasakan diri untuk selalu berbuat kebaikan.