Kesempurnaan ilmu dengan BERAMAL SHALEH (ACTION) tanpa henti yang menjadikan dunia lebih baik.

Hubungi 081310737352 untuk pelatihan spiritual gratis inhouse atau organisasi/arisan/keluarga,

Tuesday, November 27, 2012

Kalau berkehendak, maka kita hanya taat

Kultum Subuh hari ini, 17. Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu (QS Al An'aam, 6 : 17) .... Kalau memang kita hari ini belum dikabulkan doa terhadap apa yang kita inginkan atau kehidupan kita juga belum membaik, artinya semua itu memang sudah kehendak Allah dan tidak ada yang dapat menghalanginya. Maka dengan keimanan yang kita miliki mesti kita sadari bahwa semua datang dari Allah dan kembali kepadaNYA. Dan bila kita merubahnya keadaan tersebut, datanglah kepada Allah swt dan menjalankan syariatnya dengan penuh keikhlasan dan kesabaran .. Insya Allah janjiNYA benar dan datang kepada kita. Allah maha berkehendak, maka kita hanya mengimani lalu taat menjalankan syariatnya.
Ya Allah, ingatkan kami bila salah dan mampukan kami untuk merubahnya. Izinkan dan mampukan kami memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat.

Monday, November 26, 2012

Jalan itu terbuka kalau kita melangkah ...

Mengeluh dan saat kita merasa mendapat kesulitan membuat pikiran kita semakin semrawut. Sepertinya membuat kita tidak berpikir jernih lagi, yang ada adalah kita menuduh orang lain yang membuat kita seperti itu. Kondisi ini menjadikan kita tidak melakukan apapun (kebaikan) yang mengarahkan kita kepada solusi persoalan kita. Kita menjadi orang yang semakin mengeluh, menyalahkan orang lain dan lingkungan, semakin tak berdaya yang semua itu membuat kita DIAM.
Berada dalam kesulitan, membuat kita tidak mampu melihat solusi (keluar). Mari melihat keluar jendela hati kita ... ada orang di sana yang tidak seperti kita bisa menyenangkan tapi ada juga yang tidak menyenangkan. Lihatlah kedua kondisi itu dengan jendela hati kita, kalau ada yang menyenangkan ... kita berucap "mengapa saya tidak seperti itu, enak ya", maka inilah yang kita inginkan itu terjadi pada diri kita sendiri. Bagaimana dengan kondisi yang mirip kita atau bahkan yang lebih buruk ? Maka hati kecil kita merasa bersyukur kita tidak seperti itu dan ada keinginan untuk menghindari itu terjadi pada diri kita. Oleh sebab itu kita ingin bergerak dari kondisi kita saat ini menuju kondisi orang yang pertama. Begitulah solusi bisa kita dapatkan karena kita melihat dunia luar BUKAN terus bergelut dengan kesedihan/mengumpat/mengeluh dan sebagainya.
Bisa dibayangkan kalau kita tidak menggunakan jendela hati, yaitu jendela perasaan atau jendela pikiran. Jendela perasaan membuat kita iri kalau ada orang yang senang dan membuat kita sombong kalau ada orang yang lebih rendah. Jendela pikiran membuat kita cenderung mencela "terang saja dia bisa begitu karena ....." atau "saya kan memang lebih baik dari orang itu".
bandingkan jendela sebagai jalan keluar bagi persoalan kita lalu langkahkah kaki kita mengikuti arah yang telah terlihat oleh jendela hati kita. Maka kita menemukan kehidupan yang lebih baik.

Sunday, November 25, 2012

Menantang target besar, bersyukurkah ???

Seseorang yang dinilai baik dalam pekerjaannya, telah menjadi perhatian atasannya untuk memangku amanah yang lebih besar dengan pekerjaan yang lebih banyak/tinggi dan berkualitas. Ada dua hasil : Seseorang itu mampu melaksanakannya atau orang itu gagal.
Bagaimana hubungannya dengan mekanisme bersyukur ? amanah atau pekerjaan yang lebih tinggi yang diberikan adalah proses (bersyukur) yang menuju target kerja tertentu. Misalkan seorang manager yang tadi hanya sebagai staf yang hebat dibebankan untuk memimpin departemen dengan target sales 1 M.
Orang yang pertama, mengisi kegiatan hari-harinya dengan kesibukkan yang luar biasa dan bahkan memperpanjang jam kerjanya agar target itu tercapai. Orang ini bisa sukses, tapi bisa jadi telah "menelantarkan" kehidupan pribadinya dan keluarganya. Di Kantor meraih kesuksesan .... dan di rumah atau kehidupan pribadi dianggap sukses karena semua terpenuhi dengan menyediakan kehidupan pribadi dan keluarga dengan materi.
Orang yang kedua, mengisi kegiatan sehari-harinya dengan membangun jaringan kerja dan belajar memaksimalkan waktunya untuk mampu melaksanakan tugas mencapai target. Ada sebuah keyakinan bahwa semua itu mampu dilewatkan sebagai bentuk ujian yang diberikan Allah. Maka aktivitas spiritualpun menjadi fokus utamanya agar apa yang dikerjakannya di kantor diizinkan Allah untuk dicapai. Mengkayakan kehidupan pribadi (hobby dan kesenangan) dan keluarga sebagai bagian yang mampu mendorong pekerjaannya di kantor, paling tidak semua itu menjadi pendorong yang memberi semangat dan perasaan senang.
Kedua orang di atas dapat meraih kesuksesan HANYA karena Allah izinkan, maka kita hanya bisa melaksanakannya. Fakta orang pertama banyak yang sukses dan orang kedua yang sukses sangat sedikit. Mari dengan hati ini kita memahami kedua hal tersebut untuk kita jadikan referensi kita untuk menjadi yang terbaik sesuai kehendak Allah, yaitu bersyukur dengan memanfaatkan segala hal yang kita miliki untuk menjadi nilai tambah TANPA harus menelantarkan atau bahkan mengurangi/membuang apa yang sudah kita miliki.

Doa adalah sebuah keyakinan

Setiap hari kita berdoa ... berdoa untuk keselamatan dan kebaikan di dunia dan di akhirat. Dalam rutinitas kerja yang sudah membiasa doa menjadi biasa pula, seakan kita sudah hafal dan terucap secara otomatis dari mulut kita. Doa menjadi berbeda bila kita ada keperluan atau kesusahan/musibah, berbeda dalam cara berdoa, frekuensi dan isinya pun khusus. Dan bahkan membuat kita menangis dan terharu, dengan doa itu pun kita merasa plong seakan curhat kita kepada Allah telah banyak membantu meringankan penderitaan atau keinginan kita.
Ada banyak orang berdoa dengan menangis seolah-olah doanya khusyuk, tapi apakah perasaan dan keharuan dalam doa itu mempengaruhi nilai doa itu sendiri ? Sebenarnya TIDAK. Doa adalah sebuah KEYAKINAN atau KEIMANAN yang menjadi dasar kita memohon/berdzikir/mengingat (doa). Maka doa  keseharian kita merupakan wujud keimanan kita kepada Allah swt. Sedangkan isi doa ingin menunjukkan bahwa kita ini adalah makhluk Allah swt yang bergantung kepadaNYA dan oleh sebab itu selalu memohon diizinkan dan dimampukan untuk berbuat kebaikan. Selanjutnya sikap ini memberi KEYAKINAN kepada kita bahwa Allah swt itu SIAP dan MAU menjawab semua doa kita. Jika Allah itu MAHA MENDENGAR DAN MAHA MELIHAT saat kita berdoa dan MAHA MENGABULKAN DOA, maka Allah hanya menunggu kita ... Seriuskah (penuh keyakinan) dalam berdoa ??? Jawaban doa itu sangat tergantung dari nilai pertanyaan tersebut.
Karena doa itu sebuah keyakinan, maka setelah berdoa kita pun siap untuk mengerjakan segala sesuatu untuk menuju isi dari doa kita, artinya kitapun harus menyakinkan bahwa apa yang kita kerjakan sesuai dengan syariat Allah. Inilah yang disebut godaan yang merusak keyakinan kita dalam berdoa, dalam perjalanan doa itu kita sering dibisikkan oleh syetan (dan manusia) :
Apa iya doa kamu dikabulkan sedangkan kamu banyak dosa ? Apa mungkin doa saya dikabulkan ?? Buktinya sampai hari ini belum ada tanda-tanda doa itu dikabulkan. Untuk itu kita harus berperang melawan itu semua agar pikiran kita tidak terganggu yang dapat menganggu tindakan kita menjadi tidak sempurna atau menunda/malas/mengurangi/menghentikan tindakan kita. Kalau sudah demikian, maka kita pun semakin jauh dari memperoleh apa yang kita inginkan dalam doa (Bedoa tanpa Action).
Mari kita berpikir dan merenungkan hal di atas agar kita memperoleh berkah atas doa sebagai bentuk keimanan/keyakinan.


Thursday, November 15, 2012

Metabolisme tubuh ya juga metabolisme pikiran

Dalam kehidupan ini seringkali kita menganggap semua berjalan baik, sewaktu kita makan tentu ada metabolisme tubuh yang membuat apa yang kita makan dapat diolah oleh tubuh sehingga menghasilkan tenaga dan sisanya dibuang secara alamiah berupa cadangan tenaga, keringat dan buang air kecil dan buang air besar. Dalam kesibukan rutinitas sehari-hari, proses yang terjadi dalam tubuh tak pernah kita pikirkan. Semua berjalan begitu saja. Saat kita tidak buang air, barulah kita merasa ada yang tidak beres maka kita pun mencari solusi dengan berbagai cara. Begitulah metabolisme tubuh berjalan dari waktu ke waktu. Semua itu tanpa kuasa kita ... Siapa yang kuasa ? Allahlah yang mengatur semuanya. Sudahkah kita bersyukur ?
Hal yang sama dengan pikiran, apa yang kita peroleh dalam pikiran tentunya ada metabolisme pikiran. Pikiran diolah oleh manajemen pikiran sehingga kita mampu memahaminya. Lalu cukupkah sampai disini pemahaman tersebut ? tentunya tidak, maka semestinya metabolisme pikiran itu terus bekerja dengan mendorong untuk berbuat (amal shaleh/action) yang sepadan dengan tenaga pada pola makan dan sebagian lagi mengikuti pola pembuangan yang menuntut pemahaman yang kita peroleh itu mesti pula dibagikan (di share) dengan orang lain lewat mengajarkan atau membantu orang lain. Apa yang terjadi bila apa yang kita terima tidak diolah ? masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan. Dan apa yang terjadi bila kita menerima sesuatu (ilmu) tapi tidak dibagi atau tidak dipraktekkan ? mestinya hal inipun dapat merusak fisik kita, hal ini dapat ditunjukkan pikiran yang kita terima yang tidak tersalurkan dengan sikap sombong atau sikap minder. Sikap inilah yang membuat tubuh menjadi semakin buruk. Bukankah kita telah diajarkan Allah untuk mengerti metabolisme pikiran dengan mengajarkan kita untuk beriman dan beramal shaleh. Beriman berarti memahami apa yang kita dapatkan dan beramal shaleh yang menunjukkan kita untuk meneruskan metabolisme pikiran. mari kita merenungkan kejadian sehari-hari :
1. Saat kita punya banyak ilmu dan tidak mau di share ke semua orang, maka yang terjadi adalah sikap sombong kita dengan ilmu yang kita miliki dan orang lain merespon kita dengan tidak mau bersahabat. Dampaknya kita menjadi jarang dibantu orang dan sedikit silaturahmi, kalaupun ada silaturahmi lebih banyak atas kepentingan.
2. Saat kita tidak peduli dengan apa yang disampaikan orang lain dan kalau ditanya kita tidak mau paham, maka yang terjadi adalah kita tidak dipercaya orang. Maka kita termasuk orang yang tidak banyak aktivitas.
3. Saat kita menganggap bahwa apa yang kita terima itu baik (bisa berupa kebaikan maupun keburukan) tanpa memikirkan metabolisme pikiran yang sehat. Maka sebenarnya bisa membuat tubuh menjadi kurang enak setelahnya. Kalau pikiran yang baik, seringkali kita berbagi dengan senang tapi kalau keburukan seringkali pula kita berbagi berupa curhat atau keluhan atau kritik. Sehatkah metabolisme pikiran kita ? Sehat bila kita berbagi dengan orang yang tepat dan mendorong untuk melakukan solusi (amal shaleh).
4. Tanpa disadari kalau kita bermasalah kita anggap selesai dalam pikiran saja. Ternyata hal ini tidak selesai, mengapa ? Karena masalah itu tidak termetabolisme dengan baik/sehat. Maka masalah bisa muncul saat ada pemicunya. Maka saat punya masalah, mesti dicarikan jalan keluarnya minimal kita share dengan orang yang memahami (atau mau berempati) sehingga kita merasa ada dorongan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Semua metabolisme pikiran inipun tidak banyak dikendalikan oleh kita, Allahlah yang berkuasa.
Mari kita mau memahami metabolisme tubuh kita, baik itu makanan dan pikiran. Tidak lain agar kita menjadi orang yang bersyukur yang mampu menyehatkan tubuh kita dengan mendorong metabolisme kita berjalan dengan semestinya.




Saturday, November 10, 2012

Larut dalam rutinitas

Seringkali kita larut dalam rutinitas, kemarin hari ini dan besok. Kita masuk ke dalam aktivitas yang membuat kita tidak berdaya ... itulah rutinitas/kebiasaan kita. Bangun pagi, sarapan, ke kantor, makan siang dan seterusnya, tidak ada kekuatan apapun untuk mampu menolak itu semua. Selain itu ada aktivitas yang rutin yang lebih lama yaitu sebelum dan sesudah aktivitas rutinitas itu (mempersiapkan dan istirahat/menikmati)  Tidak bangun, tidak makan, tidak melakukan kebiasaan kita dan seterusnya membuat kita menjadi "bermasalah". Lalu masih berapa banyak waktu kita untuk hidup ? Tak banyak, bisa jadi hanya 1 jam, 2 jam .....
Lalu seringkali pula kita masih belum mau berbuat yang luar biasa dalam hidup ini. Berpikir masih ada waktu. Masih ada waktu ? Percayakah kita masih ada waktu itu ? Ternyata yang mampu menghentikan ketidakluarbiasaan kita adalah kematian dan waktu dimana kita tidak diberi lagi kesempatan.
Kematian tidak pernah kita tahu kapan datangnya ? Artinya bisa datang kapan saja, maka sudah seharusnya kita menjadi orang yang luar biasa
Waktu dimana kita tidak diberi kesempatan lagi, saat ada perpisahan seperti pemecatan saat bos tidak suka lagi dengan pekerjaan kita atau tidak memberikan nilai lebih bagi perusahaan. Putus silaturahmi saat teman merasa sebal dan kecewa dengan kita dan sebagainya.
Mari mengaktifkan sensor hati kita agar kita mau berubah seiring waktu. Kita hanya berkuasa atas sisa waktu dari rutinitas hidup kita, maka maksimalkan waktu di luar rutinitas dengan berbagai aktivitas yang menambah nilai tambah sehingga kita berbeda dan dilirik bahkan disenangi oleh orang di sekitar kita.

Wednesday, October 31, 2012

Hati penuntun arah ke jalan kebenaran

Dalam membuat keputusan, seringkali kita mendasarkan kepada ilmu (pikiran) atau emosional (perasaan) atau kombinasi keduanya. Tapi ada satu hal yang lagi yang bisa mempengaruhi keputusan adalah hati dan hati itu di(gerakkan) oleh Allah swt.
Sebagai contoh, saat kita melihat seseorang yang lemah, Apa yang kita putuskan (lakukan) ? Kalau hanya didasarkan perasaan, maka bisa saja yang terjadi kita cuek karena perasaan kita lagi cuek (nggak fokus) atau kesal melihat orang lemah karena kita bersemangat. Jika berpikir didasarkan pikiran, maka kita banyak bertanya mengapa dia lemah ? bila jawabannya sudah kita peroleh maka kita menasehatinya agar tidak begitu lagi dengan berbagai solusi yang kita miliki. 
Allah swt berfirman, agar kita tidak tersesat atau salah dalam mengambil keputusan, gunakan hati dalam mengambil keputusan. 
72. Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar). 
74. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka,  (QS Al Isra, 17 : 72,74)
Karena hati itu digerakkan oleh Allah swt, maka semestinya kita sangat dekat dengan Allah swt agar selalu dibimbingNYA dalam setiap tindakan. Paling tidak, kita bermohon dengan istifgar, zikir dan bismillahi rabbli alamin saat mengambil keputusan dengan memberi ruang tenang agar hati mampu mendorong pikiran menemukan solusi yang tepat.
Ya Allah ampuni dosa dan kesalahan kami yang selama ini tidak cenderung kepadaMU, dan izinkan dan mampukan hati ini selalu menjadi bagian utama kami dalam mengambil keputusan. Amin

Sunday, October 28, 2012

Penghidupan yang sempit ...

Allah swt berfirman ;
124. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." (QS Thaahaa, 20 : 124)

Ungkapan sederhana, penghidupan yang sempit berupa susah dan sulit dalam hidup. Hidup yang dipenuhi tidak adanya solusi dan sekalipun ada solusi menjadi berat dikerjakan. Seperti itukah gambaran hidup kita ? Mari berpikir dan merenungkan ayat di atas, penyebabnya adalah kita yang berpaling dari peringatan Allah swt, yaitu tidak tunduk kepada perintah dan larangannya.
Maka mulailah mengaitkan dan berpikir faktor kehidupan kita di dunia ini ada peran Allah swt yang sangat besar. Ingin sukses, simaklah peringatan Allah swt dengan sering mendengar nasehat ulama dan membaca Al Qur'an untuk dijalankan (amalkan) sehingga membuat kita YAKIN. Kondisi inilah yang membuat kita TIDAK BERPALING lagi kepada peringatan Allah.
Ya Allah, Engkau yang MAHA TAHU berikan kami ilmu untuk mampu menggerakkan kami menyimak dengan hati terhadap nasehat dan peringatanMU agar menjadi orang yang tunduk (beriman) kepadaMU. Amin

Kapan Allah menolong kita ?

Allah berfirman : 
160. Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal (QS Ali Imran, 3 : 160)

Kita sangat iingin ditolong oleh Allah swt, maka apa yang Allah kehendaki tak ada satupun yang bisa menghalangi. Kondisi inilah yang kita idamkan, terus yang jadi pertanyaan adalah kapan itu terjadi ? Jadikan kita sebagai hamba Allah swt yang selalu bertawakal.

Bertawakal menyerahkan diri kepada Allah swt apa yang kita lakukan dan hasilnya, menerima apapun yang menimpa kita dengan prasangka positif kepada Allah swt. Menyerahkan diri kepada Allah swt bermakna kita betul-betul YAKIN dengan Allah (maka kita beriman dengan sebenarnya). Keyakinan itu menuntun kita untuk mengenal Allah dengan benar. Dengan sangat mengenal Allah, bisa memunculkan KEYAKINAN yang tumbuh dalam hati, lalu kita tunduk dengan perintah dan laranganNYA.
Maka dapat disimpulkan, kapan pertolongan Allah itu datang ? Yang pasti pertolongan itu sesuai dengan kehendak Allah swt dengan tunduk atas perintah dan laranganNYA yang dilakukan dengan konsisten dan sabar.
Ya Allah, sinari dan bukalah hati kami untuk terus mengenalMU dengan benar yang mampu menyempurnakan iman ini dan mampukan kami untuk tunduk kepada perintah dan laranganMU. Amin



Thursday, October 18, 2012

Diam mengoptimalkan pendengaran dan kesabaran

Bicara itu mudah, IYA. Untuk mengerti apa yang kita bicarakan seringkali sulit dan orang lain yang menilai membuat kita tidak nyaman. Perhatikan apa yang kita bicarakan (lisan) ..... kita seringkali melebih-lebihkan yang kurang sempurna supaya terlihat jadi orang baik, orang penting atau terlihat orang pintar. Semakin lama bicara kita semakin lincah dan semakin banyak hal yang kita lisankan tidak sesuai dengan tindakan. Lalu ? Dengarkanlah apa yang kita bicarakan.
Kita dengan cepat dan mudah merespon apa yang dibicarakan orang lain atau tindakan orang lain, lalu belajarlah untuk diam sejenak yang berarti kita memanfaatkan pendengaran menjadi lebih optimal dan menjadi lebih sabar. Kondsi ini mampu mengasah kepintaran kita dalam belajar. Jangan berkomentar apapun dan jadilah pendengar yang baik terhadap apa yang disampaikan dan perilaku orangnya. Apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar bisa mencerminkan seperti itu pula kalau kita yang banyak bicara.


Wednesday, October 17, 2012

Keburukan melemah dan hilang karena kebaikan


Apa yang pernah kita alami selama ini dengan :
1.  Kita sering terjerumus menjadi berbuat buruk karena ulah orang lain melakukan keburukan dan bahkan lebih buruk lagi.
2.  Begitu sulit untuk menjadi orang baik dengan amal shalehnya, seakan-akan apa yang sudah kita perbuat menjadi tidak ada artinya saat kita tidak sabar lagi. Misalkan kita yang sudah sedekah kepada seseorang, menjadi tak berarti saat orang itu meminta bantuan kepada kita, dan apa yang kita ucapkan “udah dibantu (dengan sedekah), malah jadi minta-minta lagi”.
3.  Masihkah kita merasa telah banyak melakukan amal shaleh (kebaikan) tanpa melihat keburukan yang kita lakukan sehingga menjadikan kita tidak mau lagi meningkatkan kebaikan itu sendiri. Buktinya ? kita lebih larut dalam ibadah dan kehidupan rutin sehari-hari.


Kehidupan ini ada yang buruk dan ada yang baik, semua itu sudah kita lakukan. Mana yang lebih banyak ? Sebenarnya kita tak mampu menghitungnya dengan benar, bisa menghitung frekuensinya (kuantitatif) seperti 4 kali sedekah, 5 kali membantu orang lain dan sebagainya, tapi kita tidak bisa mengukur kualitas kebaikan kita. Dengan begitu, kita tidak perlu menghitungnya dan jaduh lebih penting focus untuk berbuat baiknya saja.
  
33. siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (QS Fushshilat, 41 : 33)

Sebuah rangkaian utuh (sempurna dalam kebaikan), yaitu orang yang menyeru kepada ajaran Tauhid dan taat kepada Allah swt – mengerjakan amal shaleh – berserah diri sepenuhnya kepada Allah swt. Diawali dengan seruan kepada Allah swt yang juga menyeru kepada diri kita sendiri yang merupakan aktivitas pemahaman terhadap kebaikan, lalu diwujudkan dalam perbuatan (amal shaleh). Disempurnakan dengan berserah diri kepada Allah swt atas semua yang sudah kita lakukan. Dan selanjutnya kita lakukan untuk kebaikan yang lain. Proses kebaikan ini terjadi bila ada istiqamah yang kita niatkan dan dilakukan dengan sungguh-sungguh serta tanpa menunggu hasil.

Sebaliknya keburukan terjadi seperti tanpa kendali kita, maka perlu dipertanyakan adalah mengapa kita melakukan keburukan/kejahatan ? bisa jadi kita tergoda dan disertai iman yang rendah dan sebagainya. Dan bergantilah amal shaleh (kebaikan) yang ingin kita lakukan dengan keburukan.
Mari kita memahami konsep berikut ini :
Kebaikan (amal shaleh)   : membelanjakan harta di jalan Allah
Keburukan           : tidak membelanjakan harta atau membelanjakan    tidak di jalan Allah atau 
     tidak mau (tidak ada niat dan kesungguhan)  membelanjakan harta di jalan Allah
Mari kita tarik kesimpulan bahwa keburukan itu sebenarnya adalah kebaikan yang tidak mau diACTIONkan atau tidak diJALANkan atau tidak ada niat dan kesungguhan atau tidak ada focus.
Contoh : orang yang mau shalat (shalat itu kebaikan), menjadi sebuah keburukan dengan berbagai alasan :
1.  Ada niat lalu shalat tapi tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh
   
26. dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka" ( QS Al Fushshilat, 41 : 26)
2.  Niat yang tidak kepada Allah (riya) dalam shalat
3.  Tidak mau shalat dengan tidak mau wudlu dan sebagainya.
4.  Tidak mau shalat dengan menggantikan dengan pekerjaan lain sehingga waktu shalat terlewatkan.
5.  Tidak focus kepada shalat, berarti belum/tidak shalat dan diam atau mengalihkan kepada hal lain.

Kebaikan itu tidak terjadi begitu saja tapi mesti direncanakan. Bila itu tidak kita lakukan maka keburukan itu bisa terjadi.
Allah berfirman, tidak sama kebaikan dan keburukan itu ;

34. dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia (QS Fushshilat, 41 : 34)

Ada resep yang baik yang diberikan Allah swt, yaitu menolak kejahatan/keburukan dengan kebaikan. Maksudnya ? Kebaikan itu tetap memberi kebaikan kepada siapapun yang dapat membalikkan dari kondisi buruk menjadi baik. Dan seharusnya pula saat kita ingin melakukan keburukan dapat disikapi dan menolak dengan hal berikut ini ;
46. Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh Maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu Menganiaya hamba-hambaNya. (QS Fushshilat, 41 : 46)

1.  Memperbaiki niat yang buruk menjadi baik, sehingga mampu meluruskan apa yang ingin kita kerjakan menjadi lebih baik. Bertanyalah pada diri kita sendiri, buat apa kita melakukan hal itu ?
2.  Mengalihkan focus kepada yang lebih baik, sehingga mampu menggoda untuk tidak melakukan keburukan atau paling tidak, tidak ada kesungguhan dalam melakukan keburukan sehingga kita menjadi malas. Melihat, mendengarkan atau mengambil alih kendali untuk mengalihkan focus, membicarakan hal lain dan sebagainya.
3.  Mendiamkan atau menenangkan diri sebagai bentuk renungan sehingga kita mampu berpikir jernih untuk membatalkan atau membalikkan keburukan yang akan kita kerjakan. Tidak merespon atau menjawab apapun sambil berpikir yang mampu “membuyarkan” keseriusan orang yang melakukan keburukan.
4.  Menolak secara tegas (santun dan beretika) keburukan itu dengan kebaikan.
5. Semua hal itu membutuhkan keteguhan dengan dasar keimanan kepada Allah swt
   
30. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".(QS Fushshilat, 41 : 30)

6.  Kebaikan yang kita lakukan untuk menjadikan kita menjadikan kita mempunyai sifat-sifat yang baik dan sabar dalam menjalaninya. Dan bila kita diganggu oleh syetan, maka berlindunglah kepada Allah swt

35. sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai Keuntungan yang besar. (QS Fushshilat, 41 : 35)

36. dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, Maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS Fushshilat, 41 : 36)

Mari kita berlatih menjadi orang yang mampu membiasakan diri untuk selalu berbuat kebaikan.

Sunday, October 14, 2012

Berbuat baik itu tidak memberi ruang bagi keburukan

Tidak berbuat baik, maka kita berbuat baik atau diam saja dengan membiarkan waktu berlalu. Semua itu adalah pilihan kita dan pilihan kita sangat tergantung dominan mana pilihan itu berada di pikiran kita. Mari mengisi pikiran kita dengan sesuatu yang baik terus-menerus sehingga mendorong kita melakukannya.
Tapi tetap saja berbuat baik kita itu tidak banyak, sekalipun ada selalu ada godaan yang membuat berbuat baik tidak sempurna. Keteguhan dan sungguh-sungguh mampu meminimalkan kekurangan dalam berbuat baik. Ingat bahwa setiap kebaikan itu memberi balasan lebih banyak dibanding berbuat buruk. Yakinlah bahwa berbuat baik sekecil apapun mampu mengantarkan kita kepada kebaikan karena kebaikan Allah swt dan bila sudah kita lakukan maka berbuat baik itu sudah "menutupi nilai keburukan" dan akhirnya mampu tidak memberikan ruang waktu sedikit pun bagi keburukan itu terjadi.
Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan) (QS Al An’aam, 6 : 160)

Friday, October 12, 2012

Apa yang kita minta. AKU kabulkan

Seringkali kita meminta sesuatu (misalkan gaji) kepada bos, tapi banyak bos hanya memberi sedikit (tidak sesuai dengan apa yang kita minta). Lalu kita pun meneruskan meminta dengan curhat kepada teman dan orang lain (mengeluh) untuk membenarkan bahwa kita meminta itu benar, sehingga membuat kita bekerja tidak fokus dan berdampak kinerja menurun.
Mari kita berpikir dari sisi yang berbeda (dari sisi Bos), yaitu bos memberikan (sesuatu yang kita terima) sesuai dengan apa yang kita kerjakan. Masihkah kita terus meminta ? Mari bersikap baik dengan menterjemahkan :
apa yang kita minta = apa yang kita terima = apa yang kita kerjakan
Jadi jika ingin sukses dan mendapatkan apa yang kita inginkan, mari bekerja dan bekerja yang semakin baik.
Begitu pula Allah swt, apa yang kita minta adalah apa yang kita inginkan. Dan apa yang kita terima adalah apa yang kita minta yang senilai dengan apa yang kita kerjakan (AMAL SHALEH). Allah swt mengabulkan apa yang kita minta, berarti mengabulkan AMAL SHALEH kita bukan apa yang kita minta.


Monday, October 1, 2012

Menyenangkan dan menentramkan .....

Saat hati gelisah, bisa jadi  kita tak mampu berbuat apa-apa. dan yang lebih parah adalah kita pun tidak merasa memiliki apa-apa. Seringkali semua itu kita tumpukan kepada materi. Setelah kita memiliki materi, kita menjadi senang (menyenangkan) dan merasa memiliki kemampuan. Semua itu berlangsung tidak lama dan kita pun berbalik menjadi tidak menyenangkan.
Lalu apa maknanya ? Menyenangkan lebih kepada perasaan kita, dan tidak mampu menyentuh hati yang membuat hati gelisah (tidak tenteram). Materi mampu membangkitkan perasaan senang atai tidak senang, tapi materi tidak mampu menyentuh hati. Maka sebanyak apapun materi yang kita miliki hanya memberi perasaaan senang sesaat saja lalu hilang.
Kegelisahan hati hanya dapat disembuhkan dengan ketentraman, dimana hati menjadi tenang yang mampu membuat perasaan menjadi senang. Tindakan berupa amal shalehlah yang mampu menentramkan hati kita atau seberapa besar kita mengingat sang Pencipta sepanjang hari. Dalam hidup ini, 98% waktu kita untuk mencari kesenangan dan hanya 2% saja untuk menemukan ketenangan. Dan 100% kesungguhan kita pertaruhkan untuk meraih kesenangan dan 0% kesungguhan untuk menggapai ketenangan. Jadi wajar saja kita masih sering gelisah dan bahkan sering tidak menyenangkan.
Mari menyeimbangkan waktu kita atau mendominasikan waktu kita kepada amal-amal yang menenangkan hati BUKAN untuk menyenangkan perasaan. Dimulailah hidup ini dengan niat shalat malam, tidur dengan baca doa, bangun dengan rasa syukur, Subuh, mempersiapkan diri agar sehat untuk bekerja, berdoa agar dimudahkan dalam bekerja dan seterusnya, awali dan iringi semua tindakan kita dengan nama Allah swt.

Sunday, September 23, 2012

Hati yang tenang ....

Dalam keseharian kita banyak hal yang membuat kita menjadi tidak tenang, khawatir tentang hidup, khawatir tentang anak dan khawatir tentang uang untuk menghidupi keluarga kita. Belum laki semakin tidak tenangnya kita untuk memelihara apa yang sudah kita miliki, punya mobil takut lecet dan takut dicuri orang dan sebagainya yang membuat tidur kita menjadi kurang tenang.
Disisi lain, ada orang yang merasa merdeka tanpa beban. Apa yang dimilikinya hanya dipikirkan untuk hari ini dan soal besok diserahkan kepada yang Maha Kuasa. Orang ini merasa tidak memiliki dan apa yang dimilkinya lebih sering digunakan atau diberikan kepada orang lain. Mengapa bisa begitu ? Begitulah Allah menanamkan kepada mereka hati yang tenang, tidak bersedih dan tidak khawatir.
Tapi ada juga orang yang sudah memiliki banyak materi dan kebebasan financial baru bisa merasa tenang, tapi masihkah hatinya tenang setelah materinya berkurang ???
Mulai dari keluarga, lingkungan, kantor dan lainnya bisa membuat kita senang sebentar dan bisa juga membuat kita lebih lama tidak tenang. Apapun itu, perlulah kita banyak istigfar dan berzikir agar Allah menurunkan kehendaknya untuk menenangkan hati kita. Hanya karena kehendak dan izinNYA kita menjadi tenang.
4. Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi[1394] dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS Al Fath, 48 : 4)
Maka tak perlu kita mencari ketenangan dari orang lain atau dari sesuatu yang ada di dunia ini, ketenangan itu datang dari Allah swt dan oleh sebab itu teruslah melakukan apa yang memudahkan Allah mengizinkan ketenangan itu di hati kita, amal shaleh dan berzikir.

Friday, September 7, 2012

Selalu Merasa karena kita

Dalam meraih rezeki, tanpa disadari "melupakan" kekuatan dan kekuasaan yang Maha Besar yaitu Allah. Nggak mungkin lah ? Jawaban yang sering terucap dari kita. Lalu kita pun membuktikan bahwa kita mulai sesuatu aja dengan Bismillah dan berucap Alhamdulillah setelah mendapatkannya.
Mari kita merenungkan sendiri (tanpa ada orang lain) ..... Bagaimana perasaan kita mengucapkan Bismillah dan Alhamdulillah, Apakah biasanya aja atau ada perasaan "kedekatan" atau "takut dan harap" yang membuat kita bertambah iman ? Umumnya lisan itu terasa biasa dan sudah terbiasa sehingga menjadi sebuah "ritual" atau kebiasaan. Kalau ini yang terjadi, maka perlu kita memperbaiki agar dalam mencari rezeki itu menjadi bermakna. Dan sebaliknya bila kita sudah mampu mengucapkan lisan Bismillah dan Alhamdulillah dengan benar (merasakan betul kehadiran Allah), maka kondisi inilah yang harus kita terus tingkatkan menjadi sempurna. Insya Allah semua itu menjadi kebaikan dan berkah bagi kehidupan kita.
lebih dalam lagi, misalkan jadi seorang salesmen .... penjualan yang kita peroleh merupakan buah dari hasil yang kita lakukan, "itu kan karena saya follow upnya bagus" dan banyak ungkapan manis yang ingin menyenangkan hati kita. Bukankah kita seharusnya melihat sesuatu dibalik itu semua membuat kita bisa melakukannya .... maka mestinya terucap "Alhamdulillahi rabbil alamin". Kondisi ini seharusnya menjadi yang utama dan pertama dalam kita bersikap. Dalam proses tersebut selalu ada peran Allah ... Allah meliputi segala sesuatu.
Seberapa sering kita lebih dulu dan bahkan "lupa" dengan kekuatan dan kekuasaan Allah Swt, seperti saat kita bangun pagi ... merasa kita yang mau bangun atau dibangunkan oleh alarm. Dan dengan bangga kita mengklaim diri kita sebagai orang yang disiplin. Dimana kekuatan Allah nya ? Tidak terlihat dan sepertinya memang tidak ada, karena kita tidak mengucapkan terima kasih dengan berdoa bangun tidur.
Contoh lain adalah saat kita sukses dalam pekerjaan, maka yang kita ceritakan kepada orang lain adalah 10 cara sukses dengan disiplin dan tanggung jawab dan lainnya. Adakah dalam resep kesuksesan itu peran Allah ? Tidak ada, dan bahkan kita pun "melupakan" doa yang pernah kita panjatkan untuk memohon kepada Allah agar diberi kesuksesan.
Masihkah kita merasa kita mampu dan semua karena kita ? Ingatlah bahwa Allah itu meliputi segala sesuatu, meliputi apa yang kita kerjakan dan lainnya.

Monday, August 27, 2012

Kekuatan dan Kekuasaan Allah ...

Seringkali kita sebagai hamba Allah belum mampu merasakan kekuatan dan kekuasaan Allah swt, kecuali saat kita benar-benar sadar dalam keadaan terpuruk atau tersanjung. Bila kita mampu menyadarkan dan merenungkan, maka hal itu dapat memotivasi diri kita menuju kebaikan.
Mari coba memikirkan dan merenungkan hal di bawah ini :
Bernapaslah dengan teratur, letakkan telapak tangan di dada. Rasakan detak jantung yang bergetar .... lalu berpikirlah, siapakah yang menggerakkan jantung kita tersebut ? ternyata tidak ada yang menggerakkannya ... apakah kita ? Kalaulah kita yang menggerakkannya, maka hentikan nafas atau sejenak. Mamukah kita ? Detak jantung tetap bergetar sekalipun kita .. itu tandanya bahwa kita tidak berkuasa dan Allahlah yang menghidupkan (menggerakkan) jantung itu. Lalu rasakan bahwa dari jantung itu darah mengalir ke seluruh tubuh. Gerakan jantung dan darah bahkan proses metabolisme tubuh telah mampu menjadikan kita bertenanaga, bisa bicara/makan/mendengar/melihat dan lain sebagainya.
Sudahkah kita bersyukur ? Kita telah diberi pinjaman oleh Allah atas tubuh dan kekuatan yang siap pakai. Masihkah kita menjadi orang yang menahan atau menutupi atau membiarkan kekuatan itu menjadi tidak bernilai (diam) ? Yang pasti sehebat apapun kemauan kita, kalau Allah mau (berkehendak) ... maka kita tak mampu melawan kekuatan tersebut.

Saturday, August 18, 2012

Meminta kepada Allah

Seringkali agak membingungkan oleh kebanyakan orang, bahwa kalau kita meminta maka mintalah kepada Allah. Tapi kok nggak belum mendapatkan hasilnya, sedangkan lain kejadian kita tidak meminta kepada Allah (secara khusus) tapi memperoleh rezeki karena kita baik sama orang yang memberi rezeki.
Mari kita pahami konsepnya dulu, bahwa semua adalah milik Allah swt dan kita hanya dititipkan (diamanahi) atas harta, anak, perniagaan, termasuk tubuh ini dan lainnya. Misalkan bos kita adalah orang ayng dititipkan Allah, maka kita yang ingin memperoleh rezeki dari Allah .... apa yang harus kita lalukan ?
Meminta izin untuk dimampukan mendapatkan rezeki dan usaha untuk memperoleh izin dari bos mesti dilakukan dengan melakukan tugas yang diinginkan bos. Maka nilai rezeki yang kita terima adalah buah dari izin Allah lewat bos kita. Bagaimana caranya ? Maka kita pun harus mengenal Allah dengan memuji dan menunjukkan bahwa kita telah melakukan apa yang diperintahkannya. Dan begitu pula usaha kita kepada bos kita dengan cara yang sama, memberi kebaikan untuk bos dan memujinya.
Ya, Allah yang Maha Pemberi Rezeki, mampukan dan mudahkan kami memperoleh rezekiMU ... tidak cukup hanya dengan doa saja, maka bekerjalah dengan benar di tempat kerja kita (ikhlas) dan berbuat kebaikan kepada siapa saja. Insya Allah, rezei dapat kita peroleh semakin berkah.

Apa yang kita ucapkan ... belum tentu Allah

Kalau kita renungkan beberapa hal tentang apa yang kita ucapkan ... bisa jadi kita memang tak percaya bahkan kita sering berkata tidak sesuai dengan apa yang terjadi, seperti sikap kemunafikan. Tapi apakah semua itu masih dapat kita pertahankan ? Berucap selalu yang baik.
Misalkan kita berkata "kurang ajar tuh orang", tanpa melihat ada siapa di sekitar kita, maka kalimat bisa jadi memang ada dalam pikiran kita dan sangat dominan ;
1. Bisa jadi memang kita selalu melihat dan bergaul dengan orang yang berucap seperti itu atau lingkungan seperti itu.
2. Sebagai ungkapan kekesalan kita karena tak mampu menahan diri.
3. Sesuatu yang berada dalam pikiran bawah sadar kita yang memuncak pada kondisi itu keluar.
4. Kondisi yang memaksa atau secara formal membuat kita mengeluarkan kata tersebut.
Kalaulah demikian, maka seberapa seringkah kita menyebut nama Allah ? Hanya sedikit. 
Kalau sakit yang diingat adalah obat dan meminta tolong sama orang lain.
Kalau lapar yang diingat adalah makan dan uang.
Kalau susah yang diingat adalah penderitaannya dan teman sejati.
Kalau ..... yang diingat adalah yang lain dan BUKAN Allah.
Mari kita introspeksi diri untuk memulai mengatakan karena BUKAN Allah yang diingat menandakan bahwa iman kita rendah. Dan iman yang rendah itu cenderung membuat melakukan yang buruk.
Bisa jadi kita ini belum mengenal Allah daripada hal di atas, kebaikan atas uang, teman sejati, obat dan lainnya sudah sangat kita kenal dan butuhkan. Artinya semakin kenal dan dekat maka kita sering mengucapkan itu semua. Bagaimana hari ini kita ingin mengenal Allah ? Cari tahulah kebaikan Allah dari Al Qur'an. Semakin banyak kita membaca dan memahami Al Qur'an memberi kekuatan bagi kita untuk semakin mengenal Allah terutama kebaikannya.


Wednesday, August 15, 2012

Allah masih belum jadi no. 1

Dalam keseharian kita, kita kagum kepada alam ... kita berterima kasih kepada atasan kita atau siapa saja yang telah memberi kebaikan kepada kita .... kita belum mampu meminta bantuan kepada Allah pada urutan pertama, tapi meminta kepada manusia .... dan kita pun belum melaporkan apapun terhadap apa yang kita miliki kepada Allah .... TAPI kita menjadikan nomer 1 Allah saat memohon keinginan kita dikabulkan.
Mengapa hal tiu terjadi ? karena memang pemahaman dan keyakinan kita kepada Allah masih belum kuat. Mari coba kita pahami bahwa pemiliki langit dan bumi adalah Allah, termasuk diantara keduanya. Artinya pemilik apapun di dunia ini adalah Allah dan kita adalah orang yang dititipkan. Maka seharusnya saat kita menerima rezeki, untung dalam dagang bukan isteri atau orang tua yang dilaporkan TAPI melapor pertama kali kepada Allah untuk berterima kasih dan memohon agar rezeki itu menjadi berkah dan menambah iman kita. Demikian juga kalau kita tidak mendapatkan apapun atau kegagalan bukan bos atau teman kita yang kita curhatkan tentang kegagalan kita TAPI curahatkan kegagalan kita kepada Allah dan bermohon mendapat petunjuk untuk menyelesaikan kegagalan kita.
Untuk menjaga kemurnian sikap kita adalah perlu pula kita tetap mempertahankan selalu menomerkan Allah menjadi no 1 untuk semua apapun yang kita terima atau belum kita terima.
Insya Allah dengan cara demikian kita mampu mengamalkan iman kita kepada Allah.

Saturday, August 4, 2012

Bingung .....

Seringkali kita bingung, kita ini mau kemana ? Lalu saat kita berada di lingkungan baik membuat kita menjadi ingin jadi baik dan sebaliknya saat kita berada di lingkungan yang tidak mendukung keinginan kita kitapun larut dalamnya. Terus kita berpikir mau pindah (hijrah) ??? 
Maka kita pun berpindah, lalu di tempat yang baru membuat kita menjadi lebih baik tapi itu hanya sebentar. Dan kita larut kembali kepada rutinitas dan lingkungan yang tidak mendukung. Berkali-kali kita melakukan yang sama, hasilnya juga sama. Bingung ? Pengen tapi kok bisa lalu sulit lagi.
Satu yang terpikir oleh kita selalu hijrah atau berpindah dengan mencari lingkungan yang menurut kita lebih baik, mengatakan kita bilang seperti itu ? Karena kemampuan kita lebih tinggi dari lingkungan itu sehingga kita dihargai dengan baik. Lalu setelah mereka mendapatkan atau mengetahui kemampuan kita hal itu menjadi biasa buat mereka dan kita pun sudah merasa tidak nyaman lagi. Jadi alih-alih berpikir dan fokus untuk hijrah (pindah), lebih baik berpikir dan fokus untuk memperbaiki kemampuan kita menjadi semakin baik dan semakin baik. Kondisi membuat kita tidak membuang waktu dan tenaga untuk hal yang hasilnya sama lagi.
Mau  ? Ubahlah diri kita sendiri .... rasakan manfaatnya.

Friday, August 3, 2012

Tidak beriman kita kalau masih berputus asa

"Ibrahim berkata: "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat/kafir." (QS Alhijr, 15 : 56)

Ada kata rahmat Tuhan, ada orang-orang sesat/kafir dan ada kata putus asa. Apa maknanya ? Kalau sekilas ditafsirkan ayat di atas adalah tidak ada orang yang berputus asa kecuali orang kafir, artinya orang muslim atau beriman tidak akan berputus asa. Benarkah kalimat ini ? Pasti benar dan mutlak kebenarannya. Kemudian yang jadi pertanyaannya ... masih ada orang muslim yang putus asa dalam mengejar impiannya atau bahkan sampai bunuh diri ? Ada dan bahkan banyak. Terus katanya tidak berputus asa bagi orang yang tidak sesat atau beriman.
Sebelum membahas lebih dalam, kata putus asa tidak sekedar orang yang pasrah terhadap pencapaian keinginannya saja, tapi bisa juga :
1. Sudah tidak percaya apa yang dilakukannya tidak berbuah apapun.
2. Sudah mengerjakan tapi tidak menghasilkan, sedangkan orang yang "diam" mendapatkannya.
3. Malas ... yang berarti sudah tidak mau mengerjakan tapi banyak berharap.
4. Tidak percaya lagi dengan nasehat yang baik untuk terus berusaha.
5. Sudah enggan melakukan koreksi dan perbaikan karena tidak terjadi perubahan.
6. Lebih banyak berharap (dan berdoa) daripada usaha yang seharusnya dilakukan.
7. Lebih yakin dengan perbuatan buruk daripada perbuatan baik.
8. Sering menyalahkan orang di sekitar kita dan lingkungan serta pasrah (tidak melakukan lagi).
9. Kepasrahan yang berujung kepada bunuh diri sebagai salah satu solusi terhadap penantian yang tidak berujung.
Memaknai orang beriman tidak putus asa adalah sebagai muslim yang mempunyai keimanan kepada Allah, yaitu percaya rahmat dan rezeki Allah itu tidak terhitung, maka mari kita nikmati apa yang ada pada diri kita. Bagaimana caranya menikmatinya ? Rahmat dan rezeki yang baik yang datang dari Allah memerlukan cara atau petunjuk yang benar sehingga menghasilkan yang benar pula. Orang beriman mempunyai tugas untuk terus-menerus menyadari rahmat Allah dan mencari tahu bagaimana cara memanfaatkan (amal shaleh) rahmat tersebut. Dan bila ini dilakukan maka tidak ada kata putus asa, why ? karena apa yang kita lakukan (amal shaleh) itu merupakan pekerjaan yang ikhlas.
Sebaliknya orang yang sesat itu, menyadari mereka mendapatkan rahmat Allah, tapi rahmat itu tidak dilakukan dengan cara-cara yang baik (bukan amal shaleh) sehingga hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Kondisi inilah yang membuat mereka menjadi putus asa karena apa yang dikerjakan tidak membuat mereka menjadi nyaman dan terus haus untuk mengerjakannya (bukan amal shaleh). Mereka mengumpulkan banyak uang yang membuat mereka menjadi hampa dalam hidupnya, kondisi ini berbeda untuk orang yang beriman, dengan uang yang diterima bukan untuk dikumpulkan tapi dibagikan sebagai sedekah yang membuat mereka menjadi nyaman dan bahagia.
Jadi salahlah kita yang beriman itu selalu ada putus asa (berhenti beramal shaleh) .... kalau itu terjadi, maka yang perlu kita tanyakan  adalah apakah cara-cara yang kita lakukan sudah sesuai syariat Islam (petunjuk Allah) ?  Bila petunjuk yang kita dapatkan sudah sesuai Allah, maka kita sepantasnya berusaha menyempurnakan perbuatan yang memerlukan waktu dan berproses dari waktu ke waktu.
Ajakan dari ayat di atas adalah untuk terus menyadari rahmat Allah yang ada pada diri kita untuk dicarikan petunjuknya agar dapat dimanfaatkan dengan cara yang benar sehingga kita menjadi bahagia.

Wednesday, August 1, 2012

Memelihara = meningkatkan kualitas

Surah Al Mu'minuun, 23 : 1, 2 dan 9, Beruntunglah orang-orang beriman, yaitu orang yang khusyuk dalam sembahyang, yang memelihara shalatnya. Mari kita pahami kata mememlihara shalat. Dalam keseharian, kata memelihara tanaman ... sebenarnya kita terus berusaha agar tanaman itu tidak sekedar hidup tapi berupaya membuat tanaman itu menjadi tumbuh dan berkembang bahkan berbuah/berbunga. Upaya yang kita lakukan untuk memelihara itu, kita bertanya dan belajar tentang tanaman serta mempraktekkannya (mengamalkannya).
Kalau kita menerapkan kata memelihara untuk tanaman seperti hal diatas, mengapa dengan shalat kita tidak mau mencari tahu ilmu shalat, belajar tentang shalat dan mempraktekkan shalat yang mampu meningkatkan kualitas shalat kita. Sudahkah demkian ? Dalam kesehariannya kita hanya shalat dan shalat. Kualitas shalat (khusyuk) didukung oleh keyakinan yang dibangun oleh ilmu dan amal shalehnya. Begitulah sebenarnya kata memelihara yang dimaksud dalam ayat itu. Disisi lain memelihara mengandung makna konsisten untuk terus melakukannya sampai usia kita.
Bisa dibayangkan keinginan kita untuk menjadi orang yang beriman dengan memelihara shalat, dan dengan shalat yang terpelihara (dengan cara yang benar) yang mampu mencegah yang keji dan mungkar. Kalaulah semangat shalat ini membangun karakter kita, maka begitu  indahnya hidup ini dan tidak memberi ruang waktu bagi kita untuk mengerjakan yang buruk.

Tuesday, July 31, 2012

Bersyukur itu menjadi bertambah ...

Allah Swt menilai kita dari amalnya, ukuran yang paling sederhana adalah apa yang kita terima lebih kecil dari apa yang kita berikan kepada Allah. Contoh, kita dikasih uang Rp 100.000, kemudian uang tersebut bisa kita tabung dan berbunga, terus kalau uang itu diminta orang yang memberinya maka kita mengembalikan uang Rp 105.000 (Rp 5.000 adalah bunga). Apakah ini bisa disebut bersyukur ? Iya, kalau menurut pendapat di atas. Tapi sebenarnya uang Rp 100.000 tidak dimanfaatkan dengan tindakan (amal shaleh) yang bisa berbuah lebih banyak, maka dapat kita sebut uang itu tidak bertambah (sekalipun bertambah tapi tanpa amal shaleh).
Mari kita bayangkan ..... kalau Allah sudah berikan kepada kita nikmat (seperti uang di atas), lalu saat kematian datang Allah menanyakan tentang pertanggungan jawab nikmat tersebut. Kalau nikmat itu kembali utuh berarti impas (dalam contoh di atas uang Rp 100.000 kembali Rp 100.000), pertanyaan berikutnya adalah ngapain aja kamu dengan nikmat (uang) itu ? Ngga ngapa-ngapain, atau kita bilang saya sudah usaha dan berhasil tapi lalu rugi lagi hingga tetap tersisa uang Rp 100.000. Kondisi ini mencerminkan bahwa kita belum bersyukur.
Bagaimana kalau nikmat itu berkurang ? Hal ini menjadi kerugian buat kita saat menghadap Allah swt. Maka dari itu mari kita bersyukur dengan pola berpikir seperti menerima uang tersebut, artinya mari manfaatkan uang Rp 100.000 itu menjadi bertambah nilainya dengan amal shaleh. Bersedekah sehingga uang itu berkurang  menjadi Rp 50.000, apakah bersedekah tidak bersyukur, karena nikmatnya berkurang ? Kalau sedekah yang ikhlas berarti kita sudah mengembalikan nikmat itu kepada Allah dan Allah menerima dengan bonus nilai berlipat ganda. Tapi bila sedekah yang tidak ikhlas, kita menjadi orang yang rugi .... karena nikmat itu terbuang percuma.
Coba perhatikan lagi tubuh kita ini, saat lahir seperti kita saat ini ..... dan bayangkan saat kita meninggal, apakah tubuh sebagai nikmat ini kita syukuri ?
Tubuh yang sejak lahir sehat ... terus meninggal dalam keadaan sakit atau ada yang patah/rusak ? Apakah kita bersyukur ? Bisa jadi tidak, karena kita mengurangi tubuh itu (nikmat). Dan jika pengurangan nikmat (tubuh) itu karena kita berjuang di jalan Allah, maka itulah syukur kita.
hal lain, adalah apakah kita bersyukur dengan tubuh ini, dengan cara berbuat amal shaleh yang menyebabkan orang lain menjadi bertambah nikmatnya ? Inilah ukuran Allah untuk menilai kehidupan kita ini.


Menghitung .... menyadari

Seorang teman bilang,"Jangan dihitung nikmat Allah, pasti kamu tidak bisa menghitung", Akhir kata maknanya bisa mengajak kita tidak mau menghitung. Terus kalau tidak menghitung, maka kita pun tanpa disadari tidak menyadari nikmat itu (merasakannya). Camkan baik-baik.
Contoh tidak menghitung uang, maka yang terjadi kita dengan mudah menggunakannya dan baru sadar kalau uang itu sudah habis. Haruskah demikian ?
Bisa kita bayangkan kalau hal demikian terjadi juga dengan yang lain, seperti bersedekah, shalat dan lainnya. Ada apa dibalik makna "nikmat mana lagi yang Engkau dustakan ?" dan "Nikmat Allah itu banyak dan tak terhitung". Yang penting adalah kita harus menyadari bahwa nikmat itu ada dan harus kita nikmati, lalu manfaatkanlah nikmat dalam amal shaleh. Mari berpindah dari satu nikmat ke nikmat lainnya dan tidak perlu menghitungnya lagi hanya focus pada kesadaran pada nikmat itu dan memanfaatkannya.
 

Sunday, July 29, 2012

Beriman tapi tidak yakin ...

Beriman tapi tidak yakin ... sepertinya ungkapan yang salah. kalau beriman mesti yakin. Mari kita merenungkan sebentar. Fakta tentang dosa (tidak sabar), kalau kita beriman maka kita menjadi orang yang sabar, tapi fakta tidak demikian dan kita menjadi tidak sabar dan suka marah. Lalu apakah waktu kita marah itu tidak ingat kita beriman ? Atau apa kita tidak yakin tentang amal shaleh, bersabar itu bagian dari iman ? Kita jawab yakin. Apa benar ? Sudahkah kita mengalami buah dari kesabaran itu ? Pernah, artinya kita mampu bersabar dan dapat menikmati kesabaran itu yang menambah keyakinan kita kepada Allah atas perintah Sabar. Semakin yakin kita kepada Allah semakin beriman kita (kuat). 
Iman tanpa yakin menjadi kosong nilainya iman itu sendiri. Mari kita telusuri, yakin itu tumbuh dari tindakan (amal shaleh) dan amal shaleh itu mesti dibekali ilmu dan kemauan dari dalam. Jadi keyakinan itu tidak tercipta tanpa ilmu yang benar dan amal yang benar (amal shaleh). 
Bisa jadi kita ini belum mampu memelihara iman bahkan meningkatkannya karena belum terbentuk keyakinan kita kepada Allah. Yang ada adalah kita melakukan dosa (bukan amal shaleh) sehingga semakin menjauhkan diri kita kepada terciptanya keyakinan kepada Allah yang menurunkan iman kita, yang terjadi bahkan semakin yakin dan percaya dengan kehidupan dunia (dosa).
Ada pak Haji yang terlihat sering beribadah yang jadi pemimpin tapi korupsi, bisa jadi apa yang dilakukan pak Haji itu seringkali menimbulkan keraguan misalkan untuk menjadi kaya harus sabar dengan usaha yang kita lakukan, tapi kenyataannya kita tidak sabar dan ditambah kebutuhan yang semakin mendesak sehingga kita tidak yakin apa yang Allah perintahkan dengan Sabar. Maka pak Haji itu lebih cenderung untuk korupsi. Dan hasil korupsi itu dapat disedekahkan menurut pak Haji yang mampu menghapus kesalahan sebelumnya, dan kondisi semakin memperburuk keadaan. Begitulah jadinya tidak adanya keyakinan yang menurunkan iman.

Thursday, July 26, 2012

Bersyukur saja .... terima saja

Kalimat di atas seringkali kita ucapkan, setelah beberapa upaya kita lakukan dan pasrah. Kata bersyukur aja lebih kepada pengalihan kita karena tidak ada pilihan lain yang ingin menyenangkan hati kita.
Salahkah langkah yang kita ambil tersebut ? Bersyukurnya sudah benar, tapi yang perlu kita renungkan adalah motivasi bersyukurnya yang kurang mulus. Sesuatu yang baik mesti didukung oleh niat (motivasi) yang baik.
Bersyukur itu memanfaatkan apa yang kita miliki agar menjadi semakin bernilai. Dan kepasrahan adalah tidak adanya upaya lagi dan sudah tidak mampu memanfaatkan apa yang ada pada diri kita sendiri. Jasi bersyukur itu bukan dimulai dari upaya terakhir, tapi dimulai dari motivasi (niat) yang mampu mendorong kita untuk fokus selalu ACTION dan ACTION. Bersyukur juga tidak menuntut hasil yang diharapkan. Maka saat bersyukur yang benar terdapat keikhlasan.
Rasakan proses bersyukur itu bekerja dan hasilnya sangat luar biasa ......

Wednesday, July 25, 2012

Banyak orang bisa tapi hanya sedikit yang mau ..

Yang sukses itu adalah mereka yang mau melakukan sesuatu dan hanya sedikit orang. mari kita telusuri, perhatikan yang jualan kue di pasar bisa jadi  5 - 10 toko dan perhatikan pula yang beli ada ratusan orang. Artinya banyak orang bisa buat kue (bahkan ada yang buat kue lebih enak dari yang ada di pasar), tapi fakta hanya 5 - 20 yang mau membuat kue, tapi selanjutnya yang bisa menjual kue banyak...dan yang mau jualan kue hanya 5 - 10 orang. Yang akhirnya sukses jualan banyak adalah orang yang mau belajar dan mau melayani konsumennya dengan baik dan itu hanya 1 atau 2 orang.
Orang yang mengkritik, orang yang protes, orang iri, orang yang suka gosiipin, orang pintar dan sebagainya adalah yang bisa tapi orang yang tidak mau. Orang yang mau biasanya adalah orang yang terdesak terhadap kebutuhan hidupnya dan tidak banyak ilmu. Coba perhatikan orang di sekitar Anda.
Semua orang bisa masuk syurga, tapi hanya sedikit orang yang mau syurga dengan mengerjakan amal shaleh atau action.
Makanya Mari kita belajar untuk mau (action/amal shaleh) bukan hanya sekedar bisa.

Rezeki dan Hasil Usaha ?

Menyarikan dari ulasan Tafsir Al Misbah, Dalam Al Qur'an disebutkan keluarkan sebagian dari apa yang kamu usahakan yang baik,
kalau kita bekerja dan memperoleh hasil atas pekerjaan itu maka itulah yang dimaksud dari penjelasan di atas, Bukan warisan atau pemberian orang lain kepada kita yang kita (ini disebut rezeki).
Jadi kalau kita ingin menerapkan apa yang telah Allah sampaikan dan menjadi amal kita, bekerjalah yang baik agar memperoleh hasil yang baik lalu keluarkan di jalan Allah. Semoga hal ini menjadikan kita orang yang produktif bukan sekedar menerima saja.

Apa yang kita pikirkan ... belum tentu sama hasilnya

Seorang teman mengatakan, "besok barang bisa dikirim dan tiba di sana". Senanglah hati ini karena apa yang harapkan bisa terwujud. Setelah beberapa hari barang yang diharapkan ternyata tidak datang. Dan banyak kejadian yang sama.
Ada dua hal yang bisa kita lakukan agar hal tersebut ridak terjadi (alias gagal) :
1. Apa yang kita pikirkan (rencana) tidak selalu sesuai dengan hasil, maka sebaiknya prediksilah dengan apa yang orang pikirkan terjadi sebagai ukuran.
2. Kita bisa mengontrol semua proses agar berjalan sesuai kehendak (apa yang kita inginkan).
3. Jangan pernah mengharapkan 100% terjadi sesuai apa yang kita pikirkan atau orang lain pikirkan. Kita hanya bisa berusaha dan mampu mengontrol diri kita sendiri dan dengan itu kita mampu mengontrol hasilnya, selain itu tidak bisa.
Dari penjelasan di atas, tak salahlah kita untuk mulai mau bekerjasama dengan orang lain dengan santun agar kita mampu mengurangi (mengeliminir) kesalahan yang terjadi atau mendekati hasil yang sesuai dengan apa yang kita pikirkan.

Tuesday, July 24, 2012

Semakin tergantung ... menderita

Ada seorang teman yang sudah biasa makan nasi, bilang "kita makan di warung yang ada nasinya kan  ?". Emangnya kenapa ?, Jawab saya. Lalu dia menjelaskan bahwa kalau belum makan nasi belum makan namanya atau tidak enak. Begitulah yang saya maksud dengan ketergantungan, semakin banyak ketergantungan kita kepada sesuatu membuat kita menjadi tidak pede dan tidak nyaman. Kondisi ini menyebabkan kita menjadi kurang bahagia.
Coba perhatikan, kita tergantung kepada pimpinan kita dalam bekerja yang selalu meminta persetujuan,  kalau tidak naik mobil malas ah kerjanya, kalau belum makan siang jam 12 jadi lemes, dan sebagainya. Semakin minimal ketergantungan kita kepada sesuatu membuat kita menjadi "merasa merdeka" alias bahagia dalam kehidupan ini. Bisakah kita tidak tergantung ? Bisa, yaitu tidak tergantung penuh dengan sesuatu sehingga kalau tidak ada kita masih bisa menjalaninya. Kondisi ini adalah memanfaatkan apa yang kita miliki saat tertentu untuk menjadi sebuah aktivitas yang bernilai tambah, itulah yang dinamakan bersyukur.
Semakin tinggi rasa syukur kita berarti semakin rendah ketergantungan kita kepada sesuatu. Ketidaktergantungan kita kepada materi membuat kita menjadi tergantung kepada sesuatu Zat yang mana semua materi tergantung ...itulah ketergantungan kita kepada Allah.

Saturday, July 21, 2012

Saat kita bilang "kamu salah"

Apa banyak kebaikan dari satu kejadian, tapi lebih banyak lagi yang tak mampu melihat itu bahkan menjadi keburukan. Saat kita bilang "kamu salah, mendapat hukuman dan harus bertanggung jawab", seringkali orang yang mengatakan itu cenderung merasa dirinya benar dan dia tidak salah. Maka selanjutnya dia mengulanginya lagi, dan kalau pun dia salah maka dia lebih banyak membela diri dengan menyalahkan orang lain untuk membersihkan dirinya dari salah tersebut. Adakah kebaikan ? Tidak ada, dan dilain sisi orang yang disalahkan menjadi tersinggung dan menjadi terdakwa lalu mempunyai perasaan tidak enak. Lalu ? menjadi tidak suka yang akhirnya tidak menjadikan dirinya semakin baik bahkan menjadi semakin buruk (demotivasi), "saya sudah berusaha disalahkan". Begitulah apa yang sering terjadi.
Mari kita pelajari dengan bijak hal di atas kalau ingin beroleh kebaikan. Kesalahan itu pasti terjadi, maka sadarilah bahwa kesalahan itu jalan menuju kebaikan dan nilai kesalahan itu adalah biaya yang harus kita keluarkan untuk menjadi kebaikan. Kalau dulu kita belajar di sekolah membayar spp, maka sekarang bayar spp itu adalah nilai kesalahan kita yang bisa kerugian dalam berbisnis atau kehilangan uang/kesempatan memperoleh uang dan sebagainya. Ingin sekolah gratis dalam kehidupan ini ? Mari banyak dan cepat belajar agar ktai tidak membayar lebih banyak spp atau kerugian yang akhrinya membuat kita menjadi bangkrut. 

Tak punya uang ...

Seringkali kita menjawab, "tidak punya uang/modal" maka saya tidak bisa sukses atau bisnis. Terus apakah kita ini harus terus begini ? Sebenarnya modal utama dalam berbisnis adalah sehatnya tubuh ini yang mampu menyalakan pikiran kita untuk melakukan (berbisnis) dengan benar.
Maka mulailah dengan kesantunan kita untuk mampu mempunyai teman/relasi yang mempunyai bisnis seperti apa yang kita inginkan. Dengan modal kepercayaan dari teman kita tadi, maka dengan modal kesantunan pula kita berteman dengan orang lain yang membutuhkan produk kita. Maka jadilah kita sebagai salesmen yang tanpa stok hanya berbekal omongan mampu berbisnis. Kan itu nggak banyak ?   Emangnya kita hanya berhenti dengan 1 teman, dan mulailah berpikir seperti konsep jaringan yang dimiliki perusahaan hebat dengan membuka banyak jaringan. Maka kita pun mampu melakukannya dengan menawarkan produk kepada teman-teman sd/smp/sma/kuliah/main/tetangga/saudara dan masih banyak lagi teman kita, bisa 100 .. bisa 500. Bisa dibayangkan kita mampu menjual hanya 5%nya saja sudah mampu menjadikan kita berbisnis besar tanpa uang/modal besar.
Jangan pernah mengatakan "saya tidak punya uang/modal" ... hal ini membuat kita tidak mampu melihat potensi apa yang kita miliki walaupun potensi itu besar, apalagi potensi yang kecil.

Keseimbangan itu milik Allah

Tanda kekuasaan Allah Swt seringkali tidak terlihat hanya dengan mata, tapi bisa kita lihat dengan memahaminya. Salah satunya adalah keseimbangan dalam tubuh kita. Kok bisa ? Mari kita renungkan.
Saat kita istirahat dengan tidur yang kurang waktunya, membuat kita mengantuk dan ingin tidur. Mengantuk dan ingin tidur adalah upaya Allah yang tidak bisa kita tahan/tolak untuk menyeimbangkan tubuh kita agar mencukupkan tidurnya sehingga tubuh menjadi normal. Bayangkan kalau Allah tidak membuat kita mengantuk ...seperti apa tubuh menjadi menderita dan mengantuk seringkali kali kita lawan dan tidak kita kehendaki. Sdarkah kita ? Subhanallah Alhamdulillahi rabbil alamin Allahu Akbar.
Keseimbangan merupakan langkah yang selalu berlawanan dengan apa yang telah kita lakukan, Contoh lain adalah saat kita berlebihan melakukan sesuatu (boros) yang menyenangkan, maka tanpa kita sadari dan terjadi yang namanya tidak menyenangkan (menderita) setelah tindakan boros ... menyesal dan serba kekurangan dan sebagainya.
Maka kata seimbang adalah kata yang berada di tengah, tidak kurang dan tidak lebih itulah yang namanya kenikmatan. Saat kita menerima harta, maka keseimbangan mengajak kita untuk berbagi bukan untuk hanya menabung atau menghamburkannya. Maka harta yang kita menjadi memberi berkah. Semoga kita tidak selalu memaksakan Allah untuk menyeimbangkan kehidupan kita, saat kita kaya berlimpah menjadi bangkrut, saat kita berilmu menjadi sombong dan tidak disukai banyak orang, saat kita berkuasa menjadi hanya dipuji oleh orang yang semu untuk mengambil keuntungan dari kita dan meninggalkan kita, saat kita mendengar menjadi tak mampu mendengar dengan benar dan sebagainya.
Mari menjadi manusia yang mampu dengan proaktif untuk selalu berada disisi yang Allah inginkan, tidak berlebih dan tidak kekurangan.


Friday, July 20, 2012

Selalu ada yang tidak beres

Seorang teman bilang,"dia pindah perusahaan karena ada orang yang tidak disukai yang mengganggu dia dalam bekerja" ...ternyata terorinya itu selalu benar, mengapa ? Dia selalu pindah perusahaan dan hanya bertahan 1 - 2 tahun. Lalu dia berkesimpulan semua itu bergantung dirinya.
Kalau bukan teman yang tidak baik, bisa jadi digantikan oleh bos yang tidak baik atau perusahaan yang tidak baik atau produknya yang tidak baik atau tempatnya yang tidak baik dan sebagainya. Masihkah kita mencari alasan tersebut untuk berpindah perusahaan ? Mulailah hari ini untuk berpikir lebih baik dan bijaksana .. putuskanlah bahwa saya pindah hanya karena sangat ingin mencari perusahaan yang mampu mendukung saya untuk berkembang lebih cepat. Lalu mulailah untuk mengembangkan diri kita sendiri menjadi bagian yang baik dalam perusahaan tersebut.
Orang kaya ada karena ada orang miskin, orang pintar ada karena ada orang bodoh, bos ada karena ada anak buah ... semua itu menandakan bahwa kalau kita bertemu dengan sesuatu yang tidak beres, artinya kita lebih baik dan tugas kitalah untuk memperbaikinya.

Monday, July 16, 2012

Hemat pangkal kaya ????

pepatah kata di atas sudah sering kita dengar dan telah menjadi pesan umum bagi semua orang. Kita pun menasehati keluarga untuk hemat, perusahaan menasehati karyawannya untuk hemat .... Apa yang terpikir dengan kata hemat adalah seringkali kita menterjemahkannya dengan "mengurangi" sesuatu. Hemat makan ... makan jangan berlebih dan kalau bisa kurangi. Hemat jajan .... kalau bisa kurangi jajan. Hemat pakai lampu .... cenderung mengurangi aktivitas sehingga lampu dapat dimatikan. Lalu hasilnya, apakah dengan hemat kita bisa kaya ??? Tidak. Mengapa ? Setiap hari kita hemat tidak mampu mencukupi kehidupan kita, yang ada adalah kita manahan keinginan yang segera muncul disaat apa yang kita kumpul dalam penghematan. Uang hemat segera habis saat kita membelanjakannya.
Begitu juga kata menabung .... pangkal kaya. Ada benarnya, menabung banyak bisa menghasilkan banyak dan menabung sedikit menghasilkan sedikit. Lalu yang jadi pertanyaan, dari mana kita menabung ??  Menabung adalah menyisihkan sebagian dari pendapatan kita untuk disimpan. Bagaimana dengan pendapatan yang sedikit ? Ya bisa menabung atau malah kekurangan. Bila tetap menabung pun, berarti kita mengurangi apa dari pengeuaran kita.
Cara yang efektif adalah bukan sekedar menghemat atau menabung, tapi jadilah kita orang yang produktif dalam menghasilkan sesuatu yang berujung kepada uang. Pikiran saat berpikir produktif mendorong kita menjadi semakin baik. Sebagai karyawan, ingin kaya jadilah orang yang produktif dalam bekerja, sebagai pedagang ingin kaya jadilah orang yang inovatif agar produk kita dibeli orang dan sebagainya . 

Capek ...

Seringkali kita merasa capek karena telah banyak bekerja, maka kita merasa berhak untuk istirahat untuk memulihkannya. Setiap hari Allah menyediakan hal itu pada waktu malam. Tapi seringkali pula  kita merasa capek tidak menjelang malam tapi siang hari atau bangun pagi. Kita merasa tidak cukup waktu untuk istirahat. Untuk kondisi ini patutlah kita bertanya ???
Apakah capek kita memang karena banyak bekerja/berpikir ? Bisa jadi capek itu disebabkan selain bekerja yang banyak, juga disebabkan perasaan kita yang tidak enak (tidak ikhlas) menambah capek itu menjadi berat. Dan pemulihannya tidak sekedar butuh istirahat tapi pemulihan perasaaan. Kia tahu perasaan tidak ikhlas membuang energi lebih banyak dari kita bekerja banyak.
Kalau kita tahu penyebab capek, maka perhatikan dan menemukan solusi dengan ikhlas (menerima keadaan dengan rasa syukur). Insya Allah dengan itu dapat memulihkan kesehatan kita yang seringkali pega, capek dan sebagainya

Friday, July 13, 2012

ACTION ... Action, semakin dekatlah apa yang kita inginkan

Di saat kita sangat ingin melakukan sesuatu ... selalu ada yang menggoda untuk tidak melakukannya. Tetaplah lurus kepada keinginan tersebut. Alhamdulillahi rabbil alamin saya mendapatkan berkah/kebaikan. Hanya sampai di situ ? Tidak ada ternyata kebaikan itu mesti disyukuri dengan ACTION sehingga mempunyai nilai tambah yang lebih baik lagi. Jadi sebenarnya .... jangan pernah berhenti untuk ACTION dari apa yang kita dapatkan.
Bisa jadi apa yang saya kerjakan saat ini telah membuka mata saya untuk bisa berbuat lebih banyak lagi. Kebaikan yang diridhai Allah Swt. Bagaimana dengan Anda ? Mari kita mengerjakan dengan ikhlas  apa yang telah menjadi apa yang ingin/mesti kita kerjakan. Inilah awal dari semua tabir yang selama ini tertutup, yaitu keinginan kita yang hanya sebatas pikiran. dari ACTION dan ACTION membuka tabir itu dan jelaslah yang terlihat apa yang kita inginkan.

ACTION NOW or DIE

Tak ingin tertinggal dari yang lain, maka tak ada jalan lain menyadarkan diri kita sekarang bahwa kita tertinggal lalu melakukan sesuatu yang mampu meningkatkan kita.
Semua orang termasuk kita dan Anda, sangat banyak keinginan dan mempunyai ilmu yang cukup untuk ACTION dalam menggapai keinginan kita. Apa yang salah selama ini ? Kita belum mendapatkannya. HANYA satu jawabannya adalah mau ACTION. Semua terjadi karena ACTION. Maka ACTION NOW or DIE.
Mau ??? ACTION NOW dan lakukan terus-menerus.

Pelatihan kesadaran spiritual GRATIS

Menjelang Ramadhan, waktu yang pas untuk menyadarkan diri kita kepada kebaikan yang banyak. Maka dari itu mari kita mempersiapkan diri dan membiasakan agar tidak kaget. Diantaranya adalah menyiapkan mental dan pikiran agar mampu dikendalikan dengan baik untuk kebaikan. Dan buatlah target yang ingin kita capai dalam bulan Ramadhan.
Saya ingin berbagi kepada Anda dan teman-teman untuk berkumpul mengikuti pelatihan kesadaran spiritual yang dapat dilakukan di rumah dalam suasana yang nyaman. Pelatihan ini berlangsung 1 hari, pagi sampai sore atau malam ke Subuh, pada hari Minggu atau Malam Minggu.
Saya sudah siapkan segala hal yang berhubungan dengan pelatihan dan Anda hanya butuh mengumpulkan orang di atas 15 orang, sebaiknya bisa dalam keluarga besar, suami isteri, teman-teman dan sebagainya. Dan yang pasti ada tempat yang cukup dan nyaman (adem).
Ingin tahu lebih lanjut, hubungi H. Ir. Munir Hasan Basri 081310737352.

Thursday, July 12, 2012

Berkenalan dengan Allah Swt

Judul di atas, bisa kita bilang "mengada-ada". Mana mungkin kia bisa berkenalan dengan Allah, kia tidak bisa melihatNya, tidak bisa mendengarNya. Apakah karena itu kia memang betul belum merasa kenal dengan Allah. Dan kita pun tidak mampu menjangkauNYA. Lalu apa maksudnya dengan berkenalan dengan Allah Swt.

Seringkali kita bangga dan sangat ingin berkenalan langsung dengan idola atau orang yang dihormati, yang selama ini kita hanya mengenalnya tidak langsung. Bila itu terjadi, maka kita menjadi sangat dekat dan selalu mengingatnya. Bagaimana dengan kita dengan TUhan ? Mengapa kita kita mau berkenalan langsung dengan Sang Pencipta kita ?
Kita tidak perlu mendatangi Allah untuk berkenalan denganNya, tapi sangat tergantung kualitas keinginan kita untuk mengenal Allah Swt. Tak perlu repot dan mengkhayalkan Allah Swt, Allah sebenarnya yang langsung mengenalkan diriNya kepada kita,
12. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa. 14. Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku (QS Thahaa, 20 : 12,14) … Bisa jadi kita belum berkenalan dengan Tuhan kita dan siapa Tuhan kita. Ingin berkenalan langsung ? Baca ayat di atas, Perkenalan yang luar biasa dimana kita merasakan ucapan/lisan Allah itu dalam hati kita sesuai dengan apa yang kita ucapkan. Allah mengenalkan langsung kepada kita Dia adalah Tuhan dan Tuhanmu itu adalah Allah (namanya). Maka Allah memerintahkan kita untuk shalat agar kita ingatNya.  Oleh sebab iu kerinduan kita kepada Allah bisa terobati dengan membaca Al Qur'an dan melaksanakan shalat dengan khusyuk.

Bisa dibayangkan kalau kita tidak membaca Al Qur’an dan kita tidak mengenal Allah langsung … Alhamdulillahi rabbil alamin. Ya Allah semoga kami mampu mengenal lebih banyak lagi tentang Engkau dengan semakin banyak membaca dan semakin khusyuk dalam shalat kami. Amin

Monday, July 9, 2012

Ingin Vs Kerja


“Ingin” sering kita persepsikan dengan sesuatu yang ingin kita raih, ingin sukses, ingin punya rumah bagus, ingin keluarga yang bahagia, ingin kerja yang enak dan gaji tinggi dan masih banyak lagi. Tapi seringkali seseorang menjadi bingung, bila ditanya “apa sih yang kita inginkan ?”, kita menjawab “apa ya ??? …. Emm ingin sukses lah” dan kita tanya lagi “ingin apa lagi ?” Jawabannya mulai mudeng dengan menjawab ingin ini dan itu.
Apakah yang Anda bekerja  untuk memenuhi keinginan  Anda tersebut ? Pastilah. Terus kalau kita tanyakan lebih dalam, “apa sih yang Anda kerjakan sekarang ?”,  Anda pasti menjawab “kerja ini dan kerja itu yang ujungnya dapat uang”. Ohh jadi Anda kerja untuk dapat uang dan dengan uang yang dikumpulkan, Anda penuhi keinginan Anda.
Yang jadi pertanyaan adalah apakah hanya dengan uang semua keinginan kita terpenuhi. Mari kita renungkan, “apakah apa yang kita kerjakan – apa yang kita dapatkan (uang) telah menuju apa yang kita inginkan ?” Cek kembali bahwa sukses tidak bisa dibeli dengan uang dan instan, bukankah kesuksesan dibangun oleh kerja berkualitas yang mampu menjadikan kita dibutuhkan orang lain, kesuksesan itu dibangun oleh kepercayaan, kesuksesan itu didasarkan oleh ketekunan dan  lainnya. Sudahkah itu semua kita lakukan dalam pekerjaan ini sampai saat ini ? Jawabannya adalah nilai (parameter) kesuksesan Anda.
Mari kita mengerjakan apa yang kita inginkan yang tidak sekedar memperoleh uang saja, tapi membangun kepribadian, integritas, kemampuan yang terus meningkat, kepercayaan dan lainnya agar kita siap menghadapi keinginan kita.

Saturday, July 7, 2012

Menyenangkan

Menikmati kesenangan tidak serta merta terjadi, terkadang tanpa diduga hal itu terjadi. Terjadi setelah kita mengalami kesulitan, kondisi yang terpuruk dan kelelahan dan hal lainnya.
Boleh jadi kita sangat menginginkannya maka berusahalah dan berdoa. 

Friday, July 6, 2012

Pikiran yang sehat atau Badan yang sehat ?

Sehat menjadi penting, tapi sehat pikiran atau sehat badan yang duluan ? Pepatah mengatakan "Didalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat", semua benar. Lalu bagi kita sekarang, timbul pertanyaan "badan dan pikiran kurang sehat ?" lalu apa yang harus kita lakukan sekarang ?  Mau sehat pikiran sedang badan tidak dukung ... terus ?
Bagaikan telur dan ayam, mana yang lebih dulu ? Maka yang jauh lebih penting bagi kita adalah momen apa saja yang dalam keadaan sehat maka hal itulah yang harus terus kita tingkatkan agar memperoleh momen berikutnya.
Kapan salah satu atau kedua hal tersebut sehat ? Ternyata kondisi itu terjadi karena kita mau BUKAN menunggu datang. Dorongan mau itu terjadi bisa disebabkan karena kita punya perasaan sehat, enak, dan bahagia. Bagaimana kondisi itu terjadi ? Biasanya ditempat yang sehat pula, yaitu teman yang baik dan tempat dengan suasana merelaxkan.

Thursday, July 5, 2012

Detox

Tanpa kita sadari, kita suka ingin sehat dengan berbagai cara yang salah satunya membuang racun atau detox, Yang paling mudah adalah membuang detox itu dengan cara negatif yaitu dengan obat yang notabenenya juga berujung pada racun. Sehatkah kita ? Maka tindakan sehat yang mudah adalah makanlah makanan dan minuman yang sehat sehingga tubuh jadi sehat kembali.
Sama halnya, kita ingin merubah perilaku buruk dengan cara "jangan melakukan itu lagi", apakah bisa ? Bisa. Tapi apa yang kita lakukan adalah berupaya maksimal sepanjang (menjaga) untuk tidak melakukan itu lagi. Kondisi ini telah banyak membuan energi dan waktu kita yang akhirnya tidak memberi waktu untuk kita melakukan tindakan/perilaku baik. Akhirnya perilaku buruk kita tidak semakin berkurang ... karena kita sulit melakukan perilaku baik (kehabisan energi untuk mencegah perilaku buruk). artinya kita menderita selamanya dengan perilaku buruk itu.
Jadi bolehlah kita berpikir dan menyemangati perilaku baik terus-menerus sehingga perilaku buruk itu semakin tersingkir dan tidak mendapat perhatian dari kita. Dan untuk perilaku buruk itu kita berharap diampuni atau dimaafkan dengan berdoa.
Semoga menjadi berkenan dalam memperbaiki diri kita sepanjang hidup.