Kesempurnaan ilmu dengan BERAMAL SHALEH (ACTION) tanpa henti yang menjadikan dunia lebih baik.

Hubungi 081310737352 untuk pelatihan spiritual gratis inhouse atau organisasi/arisan/keluarga,

Sunday, November 27, 2011

Kapan izin kita dibolehkan ?

Dalam bekerja, kita punya proposal yang diajukan ke atasan. Lalu kita memberikan penjelasan proposal agar diberi izin untuk dijalankan. Izin .... apakah sekedar meminta izin saja ? Ada beberapa hal yang berhubungan dengan izin :
1. Kita diizikan untuk dijalankan bila proposal itu bernilai baik bagi yang mengizinkan atau bernilai baik untuk kepentingan tertentu.
2. Kita harus mampu menyakinkan orang yang mengizinkan bahwa proposal kita itu baik dan bermanfaat.
3. Kita sebagai orang yang melaksanakan pastilah orang yang bernilai baik.
4. dan tak lupa kalau sudah diizinkan kita masih dilihat apakah izin kita sesuai dengan proposal. Bila pelaksanaan tidak menghasilkan sesuai proposal, maka izin bisa dihentikan.
Dengan demikian izin itu tidak semudah untuk memulainya saja, tapi izin itu sampai pada hasilnya.

Hidup = Masalah

Seringkali kita tidak suka dengan masalah dan bisa jadi kita berdoa agar kita dijauhkan dari masalah .... apa yang dihadapi menjadi berat sebetulnya karena kita hanya berpikir saja dan tidak ada action. Kita sudah menyimpulkan banyak hal dengan apa yang kita hadapi, lalu membuat kita khawatir dan takut ... akhirnya NO Action.
Coba kita lihat orang lain, apakah mereka pernah menghadapi masalah (ringan dan berat) ? Iya. Kalau sudah begitu mengapa kita menjadi satu-satunya orang yang takut masalah. Orang matilah yang tidak punya masalah. Kata orang "kalau sudah cukup ilmu, kita baru mampu mengatasi masalah" terus artinya kita harus belajar dulu lalu baru bisa action. Bagaimana dengan orang sukses yang tidak sekolah dan ilmunya rendah ? Kok mereka bisa. Mereka mempunyai sikap menghadapi masalah dengan Action lalu berpikir atas kegagalan yang membuat mereka belajar. Jadi Action meminimal ketakutan dan membuat kita mau belajar karena kita tidak mau gagal. Bila kita telah mampu mengatasi masalah, maka kita sukses. Dengan demikian Sukses harus melewati masalah .... kalau tidak menemui masalah maka kita gagal. Makna hidup adalah menemui masalah dan menyelesaikannya, semakin banyak masalah yang kita hadapi semakin menarik hidup ini.
Saat kita belajar naik sepeda, dan pertama jatuh dan jatuh. Inilah action yang dimaksud di atas dan setelah itu kita berpikir dan action lagi agar tidak jatuh. Setelah beberapa kali kejadian kita mampu naik sepeda dengan sempurna. Bagaimana kalau kita naik sepeda dengan membaca buku cara naik sepeda ? ... Catatan tambahan : Kita bisa lebih mudah menyelesaikan masalah dengan belajar dari orang yang sudah pernah mengalaminya. Tapi tetap ada action (keinginan) untuk belajarnya.

Tuesday, November 15, 2011

Mencintai berarti memberikan kasih sayang

Mencintai sesorang berarti kita memberikan kasih sayang atau cinta itu kepada orang lain. Samakah kalau kata mencintai itu kita ganti konteksnya dengan yang lain ...?
Mencintai harta bukankah seharusnya kita memberikan harta itu kepada orang lain, dan sama halnya juga dengan ilmu, tenaga/bantuan dan lainnya.
Semaikin lama kita mencintai sesuatu semakin berat untuk ditinggalkan, maka dari itu berani mencintai sesuatu LALU memberi.

Tidak memberi berarti tidak bernilai ???

Seringkali hidup ini melenakan kita untuk selalu mengumpulkan sesuatu, bisa uang, bisa mobil, bisa ilmu dan lainnya. Terus buat apa sih kita mengumpulkan semua itu ??? ya untuk mengumpulkan supaya banyak. Dan kalau sudah banyak, kita mau ngapain lagi ??? iyaaa dengan berat kita berkata diberikan kepada orang yang kita kenal baik yang membutuhkan.
Sudahkah kita memberi ??? Kita mau memberi kalau sudah cukup. Tadinya kita berharap dengan mengumpulkan yang banyak itu kita dinilai orang sebagai orang yang punya nilai. Tapi fakta menjawab tidak demikian ..... orang menilai kita karena orang itu mendapat manfaatkebaikan dari kita, artinya kalau kita memberi maka kita bernilai. Sudahkah kita memberi ? Maka kita bilang sudah, tapi seberapa banyak yang sudah diberikan ??? Jawabannya adalah sederhana ...
Apa itu ? Ya, seberapa sering kita banyak bertemu orang, seberapa banyak orang menghargai kita, seberapa sering orang tersenyum dengan kita, seberrapa sering kita dibantu orang lain, berapa banyak teman sejati, seberapa sering kita dikenal dan disebut dengan sebutan "orang baik", dan sejenisnya.
Pernahkah kita merenungkan semua itu ???? Cobalah melihat seberapa bernilaikah diri kita dengan melihat sikap dan perlakuan orang lain kepada kita.

Sunday, November 13, 2011

Mengapa kita memarahi sedangkan kita tidak mau dimarahi ????

Bisakah kita terhindar dari kesalahan ? Tidak bisa, yang artinya kejadian pasti terjadi dan terjadi lagi. Bahkan kita mengatakan "kesalahan adalah guru terbaik buat kita" dan sebagainya.
Apa sikap kita saat melakukan kesalahan ? Bisa jadi kesalahan yang kita buat itu "terasa tisak salah", lalu setelah sadar dan dilihat orang lain. Kalau bisa kesalahan itu bisa terjadi tapi tidak terlihat oleh orang lain. Kita merasa tidak suka (sakit) saat ditegur kesalahan kita dan merasa "rendah", sekalipun kita sadar kita berbuat kesalahan dan mengakui kita salah. Dalam hati kita kepada orang yang memarahi kita, "emang dia tak pernah berbuat salah" ? dan "saya mau dimarahi orang orang yang tidak berbuat salah". Kondisi kesalahan yang kita perbuat adalah kondisi yang tidak menyenangkan bagi kita dan kalau bisa semua itu terjadi tapi tidak diketahui orang lain. Mungkinkah ??? Tidak mungkin.
Kalau kita sudah merasa tidak nyaman dengan kesalahan dengan dimarahi orang, mengapa kita menjadi merasa benar untuk memarahi kesalahan orang lain ???? Camkanlah kesalahan itu harus disikapi dengan perasaan yang nyaman yang memunculkan dorongan untuk tidak mengulanginya lagi BUKAN dengan memarahi yang membuat suasana tidak nyaman yang bisa berakibat buruk dengan sikap selanjutnya.
Mari kita menciptakan suasana menyenangkan bagi semua orang yang kita hadapi karena memang kita juga seperti mereka pernah berbuat salah. Salah boleh tapi menyadari kesalahan untuk memperbaiki kesalahan itu harus dilakukan sejak kita tahu atau dibertahu orang lain. Mau tidak berbuat salah .. maka jangan menghindari kesalahan itu dan koreksilah.

Pengen syurga .... senangi kematian

Semua orang sangat ingin masuk Syurga, tapi apakah keinginan itu sangat kuat ? Ingin ke Syurga, maka menyenangi kematian. Apakah kita menyenangi kematian ??? Tak banyak orang ingin Syurga tapi tidak menyenangi kematian .... ini ditunjukkan oleh seberapa hebat orang tersebut menyiapkan kematian. Dan langkah lebih jauh dapat kita lihat apakah seseorang itu menyenangi kematian ???? Apakah orang tersebut telah banyak berbuat amal shaleh untuk menanti kematian yang dia senangi yang mengantarkannya ke Syurga.
Mari kita renungkan, Cinta Syurga ... Cinta Kematian  ... Cnta Amal Shaleh. Mauu  ?? pasti mau, tapi seberapa banyak kita berbuat, itulah kita dan dimana kita sampai ???  Semoga Allah memampukan kita untuk selalu beramal shaleh, semakin hari semakin berkualitas. Aminn

Masih irikah kita dengan orang lain ???

Dalam keseharian kita, banyak hal yang kita lihat dan kita rasakan dari lingkungan kita. Muncullah keinginan untuk bisa seperti orang lain atau kok mereka bisa ??? bukankah mereka tidak lebihbaik dari kita. Ada sedikit "iri" atas apa yang sudah diperoleh orang lain.
Melihat si anu yang tidak sekolah kok bisa sukses, dan muncul prasangka buruk ... barangkali dia pakai ilmu ..... dan cara ..... Mengapa itu bisa terjadi ??? Salah sebabnya adalah kita yang tidak mau menjadi diri kita sendiri sesuai pekerjaan, tugas atau peran kita.
"Jadi direktur itu enaknya, bisa marah, bisa datang terlambat, bisa jalan-jalan dan uangnya banyak",kata seorang karyawan. Terus kita kepengen jadi direktur. Salahkah ? Tidak. kalau kita karyawan, maka jadilah karyawan yang benar yang selalu meningkatkan kinerja kita dan team dari waktu ke waktu. Terus ?? Sampai kapan kita menjadi karyawan terus. Yakinlah pada waktu yang tepat dan diizinkan Allah, maka kesuksesan dapat kita raih dengan menjadi karyawan yang benar karena tindakan kita. Dan bisa jadi buahnya adalah diangkat menjadi direktur.
Jadi masihkah kita untuk terus "iri" dengan apa yang telah dimiliki orang lain ? Sedangkan kita belum mampu menjadi diri sendiri dengan benar sesuai tugas/pekerjaan/jabatan yang kita pegang saat ini. Menjadi hebat apa yang kita miliki sekarang menjadi lebih penting daripada "iri" dengan orang lain. Bukankah orang lain itu sudah menjadikan dirinya hebat dengan pekerjaannya.
Renungkan tubuh kita, tangan kiri tidak iri dengan tangan kanan, kaki tidak iri dengan otak, mata tidak iri dengan telinga dan demikian juga yang lain. Yakinilah bahwa kita ini harus menjadi diri kita sendiri sesuai tugasnya, ya ustad tidak iri dengan pemimpin dan sebaliknya. Jika kita memikirkan apa yang bisa kita perbuat dengan apa yang kita miliki dan tugas yang kita emban maka menjadi indahlah sebuah rumah tangga, masyarakat, kantor dan bernegara. Semoga Allah mampu menjadikan kita orang yang berkarya terus-menerus dan semakin baik. Aminn

Kebahagian berarti memberi ...

Ada dalam hidup kita ini yang sangat berarti adalah memberi sesuatu apa saja kepada seseorang yang membuat dia terlepas dari penderitaan atau membahagiakannya. Bisa uang yang kita berikan, bisa tenaga yang kita berikan atau ilmu yang kita berikan, sesuatu yang kita berikan itu tidak membuat kita berkurang, tapi bahkan menimbulkan kebahagian.
Kebahagian lain adalah di saat kita mampu melakukan pekerjaan dengan sesuatu yang kita miliki sehingga bernilai tambah. Misalkan kita memasak sesuatu yang lezat sekali dan kita lanjutkan dengan memberi kepada orang lain yang memuji kelezatan masakan kita. Saat masakan dimakan dan dipuji, muncullah kebahagian di hati ini.
Dapat kita simpulkan bahwa kebahagian itu muncul dengan cara memberikan kebahagian yang kita miliki untuk orang lain.
Kedua kebahagian itu tersimpan dengan baik dalam memori kita yang mampu menyemangati aktivitas kehidupan kita. Tapi fakta bicara kita mencari kebahagian itu dengan banyak mengumpulkan sesuatu uang, rumah, benda-benda yang kita senangi, jalan-jalan, berbelanja baju baru dan sebagainya yang kesemuanya adalah bentuk menerima materi agar kita bahagia. Tidakkah semua itu memacu kita untuk terus "serakah" dan menjadi tidak mau memberi, yang akhirnya kebahagian itu tidak pernah kira peroleh.
Masihkah sulit untuk menjadi bahagia ? Apapun yang kita miliki seharusnya mampu membahagiakan kita dengan memanfaatkannya menjadi bernilai dan berikan/berbagi kebahagian untuk orang di sekitar kita. Semoga kita selalu mampu membahagiakan hidup ini sepanjang usia kita. Amin