Kesempurnaan ilmu dengan BERAMAL SHALEH (ACTION) tanpa henti yang menjadikan dunia lebih baik.

Hubungi 081310737352 untuk pelatihan spiritual gratis inhouse atau organisasi/arisan/keluarga,

Sunday, May 26, 2013

Membalas boleh, sabar lebih baik

Kita sering mengatakan kata "sabar", "sabar ya" begitulah nasehat kita berikan kepada teman atau orang yang kita temui. Artinya makna yang paling dalam adalah BUKAN sekedar menunggu dan menerima. Untuk kasus kita mengalami musibah sepertinya lebih mudah dibandingkan kalau kita mendapatkan perlakuan tidak sopan atau didzalimi. Dalam musibah kita bisa menerima keadaan itu dan seiring waktu menjadi "tidak merasakan lagi" karena kita sudah melewatinya alias sudah disibuukan oleh rutinitas.
Bagaimana kalau kita didzalimi ? maka seperti yang difirmankan Allah sebagai berikut :\
dan jika kamu memberikan balasan, Maka balaslah dengan Balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. akan tetapi jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar (QS An nahl, 16 : 126)
Begitulah kita diajarkan membalas apa yng orang lain lakukan terhadap kita. Disakiti, maka kita pun menyakiti kembali, disinilah kelemahan kita dalam membalas :
1. Kita tidak mampu mengukur level yang sama dengan apa yang dilakukan orang lain terhadap kita. maka kita tidak bisa mengendalikan balasan kita dan CENDERUNG berlebih karena saat membalas yang bicara adalah emosional.
2. Dan apa yang terjadi dengan pembalasan kita ? Tidak pernah berhenti, mengapa ? karena bisa memunculkan ringan sampai  berat untuk membenci orang yang melakukannya.
Maka dari ayat di atas kita diajak oleh Allah berpikir sesuai syariat, yaitu SABAR itu lebih baik. Ada jalan yang lebih baik kok kita tidak pilih ? Disitulah persoalannya, yaitu membalas itu soal emosi dan emosi itu tidak bisa dikendalikan dan cenderung membangkitkan keburukan lanjutan. Dalam keadaan seperti inilah SABAR sebagai solusinya. Bagaimana bisa Sabar ? Maka muncul motif emosi yang lazim "enak aja sudah didzalim kok diam saja" atau bahkan kita mengatakan "Kalau saya diam, maka bisa lebih dzalim". SABAR itu adalah praktek dari iman kepada Allah :
1. Kita mesti mutlak menyakini petunjuk Allah itu BENAR, baik proses menjalani SABAR itu sendiri dan hasilnya.
2. SABAR bukan berarti DIAM, maka kta hijrah (pergi dari orang yang mendzalimi) sebagai langkah awal agar tidak terjadi lagi kedzaliman.
3. Langkah SABAR berikutnya adalah MENERIMA apa yang terjadi untuk tidak dibalas dan menyerahkan bahwa Allahlah pemberi balasan yang terbaik.
4. Mengambil pelajaran dari kejadian itu yang dijadikan pemahaman bahwa Kita tidak boleh mencontohnya.
5. Yakin kepada Allah semua itu bisa berlalu bila kita melakukan amal shaleh.
Dengan demikian SABAR adalah solusi yang terbaik buat jiwa kita dan orang lain sehingga kita menerapkan amar ma'ruf nahi mungkar.
renungkan petunjuk ini dengan benar dan cari pula referensi tambahannya agar kita semakin mampu memahami petunjuk Allah swt tersebut.
Contoh kasus, bila ada orang yang salah, berbohong atau membuat tindakan yang salah, maka yang kuat dalam diri kita adalah ingin sekali bahwa dia mengakui kesalahannya .... dan tidak hanya itu BAHKAN kita CENDERUNG ingin menunjukkan bahwa kitalah orang yang benar. Begitulah pola yang terjadi kecuali orang yang sabar. 
Alhamdulillahi rabbil alamin, Hari ini saya telah diberi pemahaman dan sekaligus amal shalehnya dalam mengahadapi persoalan hidup. Insya Allah semakin hari semakin teranglah hidayahMU dalam aktivitas dalam hidupku.

Wednesday, May 22, 2013

Anak dan Harta BELUM TENTU jadi kebaikan


Allah berfirman :
54. Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu. 55. Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), 56. Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? tidak, sebenarnya mereka tidak sadar[1007]. (QS Al mu’minun, 23 : 53 – 55) [1007] Lihat surat at Taubah ayat 55, dan Lihat surat Ali Imran ayat 178.
Peringatan yang baik buat kita semua, yaitu ANAK DAN HARTA BELUM TENTU memberikan kebaikan kepada kita. Sudahkah kita berpikir seperti ini ? Tentunya kebenaran ayat ini mutlak untuk mengingatkan kita selalu hati-hati dalam menyikapi anak dan harta.
Sebagian dari kita selalu menyambut anak dan harta adalah kebaikan dari Allah swt dan bahkan kita merasa Allah telah mengabulkan doa kita. Terus apa yang kita perbuat ? Kita menyayangi mereka dan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya … bahkan terkadang tanpa sadar kita telah sering “mengabaikan” Allah swt karena mengurus dan menuruti anak dan menyayangi harta. Maka kalimat “akankah kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka ?” mesti menjadi focus kita yaitu bagaimana menjadikan anak dan harta memberikan kebaikan bagi kita., yaitu BERAMAL SHALEH … mendidik anak-anak dengan tangan kita menjadi anak yang shaleh, TIDAK sekedar memberikan sekolah yang hebat di pesantren atau sekolah terpadu. Karena bila kita yang mendidik berarti kita menciptakan diri kita sendiri semakin beriman dan mengajak seluruh keluarga. BUkankah banyak kejadian anak yang pintar sekolah semakin beriman tapi orang tuanya Tidak lebih baik dari anaknya.
Selanjutnya kita wajib bekerja untuk memperoleh kenikmatan dunia yang sebagiannya dinafkahkan kepada kaum yang berhak menerimanya, sehingga kita mampu selalu menjadi orang yang ingat Allah. Kita bekerja mencari nafkah karena Allah, maka wajiblah kita menuruti perintah Allah dengan menafkahkan sebagiannya karena apa yang kita dapatkan semua atas izinNYA.
Alhamdulillahi rabbil alamin, Engkau yang Maha Suci telah memberikan kami pemahaman dan petunjuk, mampukan kami untuk menjalaninya. Maafkan kesalahan kami agar langkah semakin mudah untuk mendekat kepadaMU. Amin


Sunday, May 19, 2013

Kita ingin dunia, Allah menghendaki akhirat

Allah berfirman dalam surah Al Anfal, surah ke-8 ayat 67,

(67) Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Apa makna yang kita bisa peroleh dari ayat di atas, kita diajak untuk mengoreksi apa yang sudah kita lakukan dan apa yang sudah kia peroleh :
Berawal dari suatu pekerjaan yang benar dengan niat yang baik pula, dimana dicontohkan berperang melawan kaum kafir. Dan kesempurnaan perang adalah menundukkan dan melumpuhkan musuh, disinilah kita mulai digoda untuk mulai cenderung kepada dunia, karena peperangan menghasilkan harta rampasan perang. Disinlah Allah swt mengoreksi kita agar tetap kepada pahala atau akhirat.
Bagaimana dengan kehidupan kita ?  Dapat kita analogikan dalam hidup kita sebagai berikut ;
Awal yang baik pula kita bekerja untuk mencapai kesuksesan dan kesempurnaan sukses itu ditandai oleh semakin banyaknya materi dan kebanggaan. Disinilah awal kita mudah tergoda kepada dunia, kita semakin pede bahwa kesuksesan itu karena kita. Ini memunculkan kebanggaan dan menjadi sombong setelah kita mulai banyak bicara berbagi pengalaman dan kita mengklaim inilah tip kita untuk sukses adalah cara yang paling hebat. Dan tidak berhenti sampai disini, kita pun sudah mulai menerima penghargaan berupa materi yang telah menjadikan suka mengumpukan dan mempertunjukkan kepada banyak orang. Hanya sedikit yang kita sedekahkan, dan orientasi kita cenderung kepada mengumpulkan materi.
Begitulah Allah berfirman "Allah menghendaki akhirat atau pahala tapi manusia ingin harta", Insya Allah ayat ini mampu mengingatkan kita untuk selalu berada di jalanNYA, yaitu selalu berharap akhirat. Jadikan apa yang sudah kita lakukan buah dari dimampukannya kita melakukannya oleh Allah dan demikian juga materi yang kita peroleh sebagai bentuk ujian dari Allah swt. Maka sikapi dengan bijak seperti halnya diakhir ayat Allah yang Maha Bijaksana dalam menyikapi hidup ini agar kita mendapatkan kebaikan terhadap apapun yang kita lakukan dan kita peroleh.
Alhamdulillahi rabbil alamin, Insya Allah menjadi pemahaman yang baik untuk dimampukan oleh Allah untuk kita jalankan. amin

Wednesday, May 15, 2013

Ikhlas aja .... artinya belum ikhlas

Seringkali kita dinasehati oleh teman "ikhlas aja, emang udah begitu mau diapain" atau bahkan kita memaklmi keadaan kita dan sedikit menghibur diri "ya mesti ikhlasslah dengan keadaan ini". Apakah hal itu sudah menjadikan kita ikhlas ?? Bisa iya dan untuk menyakinkan diri kita sendiri (benar ikhlas), maka kita perlu merenungkan hal berikut ini :
1. Ikhlas tidak berdiri sendiri muncul begitu saja, kondisi awal adalah adanya pemahaman yang benar tentang ikhlas itu sendiri.
2. Agar keikhlasan itu menjadi semakin baik, maka awali dengan proses menerima semua keadaan yang kita alami, artinya kita tahu bahwa sesuatu yang buruk berasal dari akibat perbuatan kita dan sesuatu yang pasti datangnya dari Allah. Semua atas izinNYA. Apa tandanya ? Kita menerima dengan senang TANPA mengeluh atau membicarakan dengan orang lain (curhat).
3.Tidak sampai di situ saja, menerima menjadi ikhlas bila kita berupaya untuk meningkatkan keadaan itu menjadi lebih baik. Banyak orang bilang ikhlas dengan hanya menerima keadaan saja tanpa mau berusaha untuk lebih baik.
4. Keikhlasan itu sesuatu yang baik, maka menerima keadaan dan upaya pun dengan cara yang baik - sabar dan syukur kepada Allah serta tetap istiqamah dalam beribadah.
Keikhlasan tidak perlu ungkapan lisan tapi butuh bukti tindakan yang lurus, berupa perbuatan yang baik (amal shaleh). Seperti halnya kita ujian untuk naik kelas, maka menghadapi keikhlasan memperkuat dan meningkatkan keimanan kita menjadi semakin baik.
Alhamdulillahi rabbil alamin, Insya Allah pemahaman ini menjadikan kita mampu melaksanakannya dan memperbaiki pemahaman yang lebih sempurna. Amin

Tuesday, May 14, 2013

Bagian Pertama dari Doa in 5 Action

Doa ... Semua orang tahu dan paham, lalu apa jawaban Anda saat ditanya tentang doa ;

  1. Doa .... doa itu berdoa, ya memohon kepada Allah
  2. Doa .... habis shalat berdoa.
  3. Doa .... bacaan shalat itu juga doa
Maka ada baiknya walaupun kita sudah "tahu" (agak sulit diungkapkan) dan alangkah baiknya kita lebih memahami tentang doa agar mampu menyadarkan kita dan melaksanakannya dengan benar.


Tak ada yang mulus ....

Banyak keinginan kita untuk meraih apa yang kita cita-citakan, tapi fakta semua itu tak mudah. Hal yang kecil saja yang kita anggap kita mampu .... Seringkali tidak sesuai dengan prediksi kita. Pengen pergi ke Mall, semua orang bilang itu perkara mudah. But nyatanya, saat kita pergi sudah ada hambatan baik itu kesiapan kita sendiri seperti kendaraan atau menunggu bus yang lama yang berakibat buruk atau bete. Al hasil perjalanan kita ke mall menjadi tidak nyaman.
Coba kita perhatikan sesuatu yang ingin kita kerjakan atau jalani adalah sesuatu tentang masa depan atau besok, nanti siang atau nanti sore bahkan 10 menit lagi. Semua itu adalah rahasia Allah, maka kita dengan yakin tidak mengikuti petunjuk Allah dalam menghadapinya. Diwajibkan untuk urusan berikutnya dengan mengucapkan Bismillahi rabbil alamin dan Insya Allah. Hal ini jarang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, hanya berlaku untuk pekerjaan besar. 
Contoh kasus ada orang yang ingin tidur saja, bisa jadi susah tidurnya dan lama baru bisa, begitu juga bila kita pergi ke suatu tempat dll. Maka dari itu mari kita membiasakan diri untuk memulai sesuatu dengan Bismillahi rabbil alamin dan Insya Allah dimampukan untuk mengerjakannya dan memperoleh hasil yang baik.
Kata Insya Allah sering kita ganti dengan kata semoga atau mudah-mudahan dalam berdoa. Kata Insya Allah lebih bermakna daripada kata semoga, maka dalam berharap kepada Allah kita mesti mengucapkan "Insya Allah" yang lebih memberi keyakinan dibandingkan kita berucap semoga atau mudah-mudahan yang cenderung pesimis. "Mudah-mudahan berhasil ya" bandingkan dengan kalimat   "Insya Allah berhasil ya". Kalimat Insya Allah pun dapat bermakna dzikir dengan menyebut nama Allah, dan sebutan itu pun dapat memberi keyakinan kita untuk berserah penuh kepada Allah dalam memberikan hasilnya.
Alhamdulillahi rabbil alamin, Insya Allah semua pemahaman ini mampu kami jalani. Amin

Saturday, May 11, 2013

Doa in 5 Action

Saya memberanikan diri untuk mewujudkan impian dalam menulis. Apa yang ingin saya tulis ? Banyak hal yang menghambat semua itu .... Semua berasal dari diri saya sendiri yang tidak yakin.
Mau menulis tentang motivasi ... rasanya tulisan itu menjadi tidak berarti dibanding motivator terkenal
Mau menulis tentang agama ... rasanya tulisan tidak mempunyai pengetahuan yang kuat dan luas tentang agama dibandingkan ulama dan cendekiawan muslim.
Mau menulis tentang pemberdayaan diri .... rasanya saya sendiri belum membuat diri saya sendiri berdaya.
Mau menulis tentang pengalaman hidup .... rasanya pengalaman saya belum berarti apa-apa dibandingkan mereka yang telah sukses.
But waktu saya ke toko buku dan membaca beberapa buku yang dijual .... ada protes dan kritik dari saya, "kok bukunya begitu aja ?" atau "isi bukunya tak sehebat yang saya pikirkan untuk saya jadikan tulisan" dan ada perasaan yang membakar diri saya untuk menulis lebih bagus dari mereka. Dan disisi lain memang ada penulis yang luar biasa karena pengetahuan dan pengalamannya .... buku mereka saya beli, saya baca dan memenuhi rak buku saya di rumah.
Bismillahi rabbil alamin, Hari ini saya memulai tulisan untuk my first book. Pilihannya adalah judul di atas, Yang terinspirasi dari "visi in action" .... dan judul di atas sudah saya terapkan dalam pelatihan kepada salesmen dan karyawan tempat saya bekerja. Responnya sangat baik. Kata doa saya sandingkan dalam judul di atas, karena saya sendiri sudah banyak berdoa dan sepertinya hanya menunggu terkabulnya doa itu. Tapi setelah saya dalami dan alami, ternyata doa itu mampu mendorong atau memotivasi saya untuk meraih apa yang saya doakan. Maka dari itu saya ingin mengajak pembaca untuk bersama selalu berdoa dan kontinuitas doa kita dapat selalu memotivasi kita  setiap saat dalam hidup ini. Bisa jadi apa yang saya tulis sudah menjadi pemikiran Anda yang membacanya. Semoga pemikiran yang sama ini bisa saling menguatkan diri saya dan Anda untuk saling berbagi ke semua orang. Insya Allah.
Doa in Action berubah menjadi Doa in 5 Action, kata 5 diambil untuk menguatkan dari kata Action dengan 5 langkah ... 5 kali shalat dalam sehari.

Tumani'nah dalam hidup

Terkadang kita menikmati hidup saat keadaan yang tidak menuntut dan tidak pula dituntut, terjadi saat kita bebas dari sesuatu. Misalkan saat libur .... kita merasa hidup menjadi nikmat atau saat kita bekerja yang sesuai dengan hobby atau keinginan kita. Bisa dibayangkan banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengisi waktu itu. Senang dan bahagia.
Semua kejadian itu hanya mengisi memori yang kita kenang dan saat kita mengingatnya lagi ... kita selalu ingin kembali seperti keadaan itu. Disaat itulah kita menjadi melamun ..... tubuh yang tadinya stress karena tekanan pekerjaan dan tuntutan hidup menjadi sangat ringan dan nyaman. Pola ini telah digunakan banyak orang sebagai cara untuk merelaxkan diri.
Dan kita pun tidak merasakan pola itu pernah kita lakukan, dan karena stress kitapun mencari jalan kepada orang tertentu untuk membantu kita. Kita berkonsultasi dan difasilitasi untuk menjadi relax, melakukan meditasi, nlp, relaksasi, hipnosis dan sebagainya. Persoalannya menjadi sulit untuk relax sehingga kita kehilangan fokus atau kabur untuk relax, why ? Karena kita memang tidak banyak mengalami hal relax tersebut.
Solusi sederhana atas persoalan di atas adalah :
1. Menyenangi dan menikmati semua pekerjaan atau mengerjakan apa yang kita senangi (passion).
2. berusahalah untuk menjadikan ada pekerjaan yang membuat kita senang.
Solusi di atas tidak perlu mahal, semua ada pada diri kita ... Tinggal kita mau menjalaninya atau ngga ? 


Friday, May 10, 2013

Adakah kita termasuk orang yang pikun ?

Terkadang kita "merendahkan" orang yang buta, orang yang  tuli, orang bodoh dan orang yang pikun. Bisa jadi kita tidak langsung menerndahkannya, tapi kita tidak menganggap apa yang mereka lakukan atau mereka ucapkan. Kita lebih berempati kepada mereka hanya karena fisik, maka kita membantu mereka saat bertemu. Setelah itu .... kita tidak pernah merenungkan bahwa kita bisa lebih buruk dari mereka.
Orang buta itu hanya tidak bisa melihat, dan bahkan mereka bisa melakukan aktivitas fisik tanpa bantuan orang normal ...... tapi gemana dengan kita ? 
Kita lebih sering BUTA, kita tidak membaca sekalipun mata kita melihat, orang yang merokok tetap merokok padahal mereka membaca peringatan bahaya merokok, orang tetap saja melanggar rambu lalu lintas sekalipun mereka tahu ada rambu larangan. Ini menunjukkan mata sebagai penglihatan tak mampu membuat kita memperoleh kebaikan. 
Orang tuli itu hanya tidak bisa mendengar dengan baik, tapi masih bisa mendengar kalau kita suarakan dengan keras atau masih bisa membaca. apakah kita orang yang tuli ?
Kita bilang kita bukan orang yang tuli, tapi fakta bicara kita masih sering bicara dengan keras sekalipun jarak kita dekat, artinya kita mendengar tapi tidak mendengar pesan yang disampaikan. Sudah banyak nasehat dan pesan yang kita terima untuk menjadikan kita orangn yang baik, tapi sampai hari ini kita tidak atau belum jadi orang baik. Begitulah kita sering mendengar petunjuk (bacaan Al Qur'an) dari orang lain, tapi kita tidak mendapatkan apa-apa dari ayat-ayat yang dibacakan.
Bagaimana dengan orang bodoh ? kita seringkali emosi untuk berkomunikasi dengan mereka dan kita pun sering meninggalkan pergaulan dengan mereka. Tapi tahukah kita bahwa kita termasuk dari golongan orang yang bodoh ? Orang bodoh itu hanya tidak bisa berhitung, tidak bisa mengerjakan itu dengan baik dan sebagainya. TAPI kita juga seperti mereka ...orang bodoh itu mengerjakan hal yang sama terus-menerus dan apa yang dikerjakannya itu tidak baik atau apa yang dikerjakan hasilnya selalu gagal atau apa yang dikerjakan membawa keburukan
Dan berikut ini juga membuat kita sama dengan orang pikun, yang sering lupa apa yang dikerjakan dan kita ? Kita ini termasuk orang yang malas berpikir bila dikasih pekerjaaan, malas berarti tidak mau menghasilkan sesuatu yang akhirnya tidak ada apa-apa. Begituah kita, lupa atau tidak ingat sesuatu karena banyaknya aktivitas  kecil melalaikan kita kepada hal yang besar. Sibuk bekerja membuat kita lupa waktu shalat dan bisa jadi orang pikun masih ingat shalat.
Dan akhirnya kita bercermin bahwa kita ini adalah orang yang selalu meminta orang lain membantu kita dalam melakukan aktivitas kita. Hal ini menunjukkan bahwa kita ini termasuk orang yang "diminta kasihani" seperti halnya orang buta, orang tuli, orang bodoh dan orang pikun. Bangun pagi, masakan kita sudah dibuat oleh pembantu, pakaian kotor kita pun sudah dicuci oleh pembantu, pergi ke suatu tempat kita pun disupiri atau naik kendaraan umum, sesampainya kita di kantor kita pun disiapkan minum dan ruangan yang bersih oleh OB dan sebagainya ... semua itu bila direnungkan BUKAN berarti harus kita kerjakan semua sendiri, tapi mulailah kita bersyukur atas apa yang sudah kita terima sampai hari ini dengan menghargai apa yang telah orang lain perbuat kepada kita dan mampukan diri kita untuk mengerjakan sendiri apa yang kita bisa yang memberikan  kebaikan pada diri kita dan  orang lain.
Alhamdulillahi rabbil alamin, Engkau telah bukakan hati ini untuk belajar tidak buta, belajar tidak tuli, belajar tidak bodoh dan belajar tidak pikun. Sekalipun mata, pendengaran dan pikiran sudah berfungsi, maka mengfungsikan hati menjadi sangat penting. Insya Allah tulisan ini bermanfaat dan menberi kebaikan bagi kita. Amin 

Sunday, May 5, 2013

Kita beriman tapi masih belum maksimal dalam beramal shaleh

Allah berfriman dalam surah Al Hajj, surah ke-22 ayat 11,


11. dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi[980]; Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam Keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang[981]. rugilah ia di dunia dan di akhirat. yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.[980] Maksudnya: tidak dengan penuh keyakinan. [981] Maksudnya: kembali kafir lagi ( QS Al hajj, 22 : 11)

Termasuk dimanakah kita dalam beriman kepada Allah ? Kita yang muslim telah mengnklaim diri kita adalah orang yang percaya dan menyakini bahwa Tuhan kita adalah Allah yang ESA. Tapi sering ada pertanyaan dalam diri kita sendiri "kok saya belum benar-benar beriman", buktinya masih banyak yang belum kita kerjakan dari perintah Allah. Bukankah kalau kita beriman maka kita pun taat.
mari kita pahami ayat di atas, ada diantara manusia yang masih ragu dalam beriman kepada Allah. Orang tersebut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Saat menerima kebaikan, mereka tetap dalam keadaan itu juga
2. Saat ditimpa bencana, maka mereka berbalik dari Allah swt.
Untuk point 1, kita hampir sama dan bahkan kita lebih merasa bahwa kitalah yang melakukannya. Kita tidak menambah amal yang menambah keimanan kita. dan bisa jadi kita lebih cenderung untuk dalam kondisi seperti itu atau cisa juga membuat kita sombong.
Sedangkan point 2, bisa jadi kita tidak seperti itu saat menerima bencana. Tapi boleh kita merenung saat kita menerima bencana kita lebih banyak ibadah dan berdoa ...lalu bila doa kita terkabul kita kembali seperti biasa.
Mengapa kedua hal diatas bisa terjadi ? Karena memang iman yang sudah kita peroleh tidak kita pupuk agar bisa tumbuh lebih baik. Bagaimana caranya ?
Agar kita tidak dalam keraguan .... maka tanamkan diri kita untuk selalu membaca Al Qur'an, kok gitu ? 
Kalau isi kepala (pikiran) kita adalah BAIK, maka sikap dan cara berpikir kita pun BAIK dan sebaliknya. Kita menjadi ragu karena banyak hal dan setiap hari kita dimasuki oleh ilmu dan pemahaman yang BUKAN dari Al Qur'an. Kalau kita percaya kepada Allah, kita pun percaya kepada hari kiamat. Untuk sampai kepada hari kiamat (kematian), kita mesti membangun kebiasaan BAIK sehingga iman kepada Allah itu terisi dengan AMAL SHALEH. dan hal itu bisa terjadi bila kita SELALU membaca Al Qur'an 
Karena kita jarang membaca Al Qur'an maka pikiran kita terisi oleh rayuan syetan sehingga terbentuklah pola "pikir syetan" .... berdampak kepada "pembantahan" saat kita membaca atau mempraktekkan isi Al Qur'an.

di antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah[976] tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti Setiap syaitan yang jahat, [976] Maksud membantah tentang Allah ialah membantah sifat-sifat dan kekuasaan Allah, misalnya dengan mengatakan bahwa malaikat-malaikat itu adalah puteri- puteri Allah dan Al Quran itu adalah dongengan orang- orang dahulu dan bahwa Allah tidak Kuasa menghidupkan orang-orang yang sudah mati dan telah menjadi tanah  ( QS Al hajj, 22 : 3)
  
4. yang telah ditetapkan terhadap syaitan itu, bahwa Barangsiapa yang berkawan dengan Dia, tentu Dia akan menyesatkannya, dan membawanya ke azab neraka. ( QS Al hajj, 22 : 3)

Dan ayat selanjutnya Allah menerangkan bahwa hari kiamat itu dapat ditunjukkan oleh serangkaian kekuasaan Allah yang berhubungan dengan hal itu, yaitu dimana mampu menghidupkan yang mati dan mematikan yang hidup, seperti lanjutan ayat berikut ini. Lanjutan dari ajakan untuk taat dengan mempertanyakan apakah kita masih ragu “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur)”

5. Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.di antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah[976] tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti Setiap syaitan yang jahat, [976] Maksud membantah tentang Allah ialah membantah sifat-sifat dan kekuasaan Allah, misalnya dengan mengatakan bahwa malaikat-malaikat itu adalah puteri- puteri Allah dan Al Quran itu adalah dongengan orang- orang dahulu dan bahwa Allah tidak Kuasa menghidupkan orang-orang yang sudah mati dan telah menjadi tanah. ( QS Al hajj, 22 : 5)

6. yang demikian itu, karena Sesungguhnya Allah, Dialah yang haq[977] dan Sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, [977] Maksudnya: Allah-lah Tuhan yang sebenarnya, yang wajib disembah, yang berkuasa dan sebagainya.  ( QS Al hajj, 22 : 6)


Tidak lain semua penjelasan dari Allah itu agar kita sadar tentang kekuasaannya yang terjadi pada diri kita sendiri dan sekitar kita :
1.    Proses penciptaan manusia yang tadinya tidak ada menjadi ada kemudian dari bayi hingga dewasa
2.    Allah mematikan manusia sesuai ketentuanNYA ada yang mati muda dan ada yang mati tua.
3.    Allah menunbuhkan berbagai tanaman/tumuhan yang tadinya telah “mati” dengan menurunkan hujan

Tiga kejadian di atas kita lihat dan alami sepanajng hidup kita. Tapi dalam kenyataannya kita seringkali tidak mempertanyakan “bagaimana hal itu terjadi ?” dan hanya menerima keadaan itu sebagai hal yang memang harus terjadi. Keadaan ini (jawaban atas renunngan semua peristiwa di atas) menjadi penentu bagi kita apakah kita menyadari dan memahaminya ? Lalu membuat kita BERIMAN kepada Allah  dan  TAAT.

Semua itu Allah tunjukkan sebagai bentuk bahwa “Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”  dan kita pun SUDAH melihatnya, ada yang percaya sebatas pengetahuan, ada yang membantah dan ada pula yang percaya dan taat.
Dan kita pun ditegaskan lagi oleh Allah “Sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang”

7. dan Sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.  ( QS Al hajj, 22 : 7)

Apa hikmahnya bagi kita yang muslim ? Bahwa ada makna yang dalam dari beriman kepada Allah DAN BERIMAN KEPADA HARI KIAMAT, yaitu mendorong kita untuk TAAT (bertaqwa) dengan perintah dan laranganNYA. Maka konsekuensi dari beriman kepada Allah dan hari kiamat adalah ketaatan kepada Allah, dan bila kita ragu dengan hal itu maka renungkanlah semua kejadian alam ini adalah datang dari kekuasaan Allah. Dan untuk memahami itu diperlukan ilmu yang hak yang benar yaitu kita Allah … Al Qur’an. Jadi membaca Al Qur’an sebagai petunjuk (ilmu yang benar) yang benar yang menuntun kita untuk mempercayai Allah, hari kiamat dan bagaimana caranya untuk taat.

Alhamdulillahi rabbli alamn, Hari ini kita telah manambah ilmu yang kita ambil hikmah dari Al Qur’an. Mari kita tanamkan bahwa ayat-ayat Al Qur’an itu BUKAN TEORI tapi ayat-ayat nyata yang dapat kita lihat, pahami dan aplikasikan. Yang membuat kita masih melaksanakan sepenuhnya ayat-ayat Al Qur’an itu karena kita masih jarang memahaminya (membaca AL Qur’an) sehingga dalam tindakan kita masih “ragu”. Hal inilah yang membentuk keyakinan dan pikiran kita tidak tertuju kepada Al Qur’an. Kalau kita sering belajar berhitung berkali-kali menjadikan kita mahir dari yang tadinya tidak tahu. Mengapa kita tidak melakukannya pada kebiasaan untuk membaca dan memahami Al Qur’an ?





Thursday, May 2, 2013

BESAR atau BANYAK, nafkahkan amal shaleh ke banyak orang .....

Besar atau banyak, mana yang kita pilih ? Kami menterjemahkan Besar adalah jumlah besar dalam 1 kali tindakan dan banyak adalah seaklipun nilainya kecil tapi bisa banyak yang bisa kita lakukan. Banyak orang ingin memilih BESAR daripada BANYAK. Mari kita contohkan dalam beberapa hal :
1. Gaji besar lebih disukai daripada gajinya kecil dan banyak. Kita maunya cepat dengan nilai yang besar.
2. Proyek/penjualan BESAR dengan 1 konsumen lebih kita sukai daripada jumlahnya banyak dengan banyak konsumen.
Maka bisa kita simpulkan bahwa kalau urusan untuk mendapatkan sesuatu yang mampu menambah kepunyaan kita, maka kita PASTI pilih BESAR. Sebaliknya kita memilih BANYAK saat memberi walaupun sedikit untuk setiap sesuatu. BANYAK dan BESAR mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Maka dalam hal MEMBERI, kita sering mengeluarkan yang sedikit (dalam julah yang lama - BANYAK) daripada mengeluarkan BESAR sekaligus.
1. Kita lebih suka membeli kredit (bayar sedikit tapi terus-menerus) daripada membeli cash (BESAR di awal)
2. Kalau memberi ke orang lain seperti sedekah, kita suka sedikit-sedikit tapi ke banyak orang (BANYAK).
Dari penjelasan di atas niat kita selalu pengen BESAR dan BANYAK, hal ini dilakukan oleh yang sempurna dalam hidupnya (beriman dan kaya). Bagaimana dengan kita ?
Yuuk kita melakukan kedua hal di atas bersimultan, mau BESAR atau BANYAK pastikan niatnya ikhlas. Sedikit tapi kontinu bisa menjadi BESAR adalah baik untuk kita laksanakan BUT jalani semua itu dengan apa adanya ... bayarkan atau nafkahkan apa yang kita miliki yang bisa menjadi amal shaleh kita.
1. Shalat, mestilah kita melakukannya dengan BESAR ... semangat, shalat JUGA untuk yang BESAR nilainya seperti shalat malam dan sebagainya. Dan Psatikan kita pun melakukan shalat yang BANYAK, terutama shalat sunnah. Kondisi ini sama halnya untuk ibadah lainnya.
2. BERSEDEKAH dapat lakukan dengan BANYAK, bisa jadi kita parkir dalam sehari beberapa kali atau bertemu office boy, tukang koran, penjual makanan, operator SPBU atau orang sejenisnya. Mengapa kita tidak melebihkan uang yang sedikit Rp 1000 atau Rp 2000 atau bahkan Rp 5000 (sesuai kondisi kita saat itu). Memberi kepada mereka menjadi amal shaleh yang tak terhingga bisa kita lakukan, artinya nilainya menjadi BESAR.
3. Dan bisa juga kita menebarkan senyum, kesantunan, mengajak kepada yang baik (nasehat), dan membantu pekerjaan yang bisa lakukan kepada orang yang kita temui. Hal ini menunjukkan kita sibuk dengan AMAL SHALEH ... BANYAK dan menjadi BESAR amal shalehnya buat kita 
Mari kita lakukan semua itu dengan ikhlas agar kita menjadi orang yang membayarkan apa yang kita miliki (nafkahkan) kepada banyak orang ... menebarkan kebaikan di bumi sekitar kita. AMAL SHALEH yang mudah danBISA KITA KERJAKAN.
Alhamdulillahi rabbil alamin, Engkau telah membei pemahaman yang baik kepada kami dan Insya Allah Engkau mampukan kami untuk melakukannya. Amin.



Yukk kita mulai sesuatu yang kecil dan banyak memberi kepada