Kesempurnaan ilmu dengan BERAMAL SHALEH (ACTION) tanpa henti yang menjadikan dunia lebih baik.

Hubungi 081310737352 untuk pelatihan spiritual gratis inhouse atau organisasi/arisan/keluarga,
Showing posts with label sukses. Show all posts
Showing posts with label sukses. Show all posts

Sunday, March 17, 2013

Uang atau Allah ???

Suasana tenang dan dingin setelah hujan turun membuat kita menjadi adem, dan Alhamdulillahi rabbil alamin yang telah memberi kami pemahaman untuk diamalkan,
Allah berfirman :


šÆÏBur Ĩ$¨Z9$# `tB äÏ­Gtƒ `ÏB Èbrߊ «!$# #YŠ#yRr& öNåktXq6Ïtä Éb=ßsx. «!$# ( tûïÉ©9$#ur (#þqãZtB#uä x©r& ${6ãm °! 3 öqs9ur ttƒ tûïÏ%©!$# (#þqãKn=sß øŒÎ) tb÷rttƒ z>#xyèø9$# ¨br& no§qà)ø9$# ¬! $YèÏJy_ ¨br&ur ©!$# ߃Ïx© É>#xyèø9$# ÇÊÏÎÈ  
165. dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu[106] mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). ( QS Al baqarah, 2 : 165) [106] Yang dimaksud dengan orang yang zalim di sini ialah orang-orang yang menyembah selain Allah.

Ngga salah buat kita merenungkan kecintaan kita kepada dunia (uang dan materi) bisa jadi SAMA dengan kecintaan kita kepada Allah. Dan fakta menunjukkan bahwa
Kepentingan untuk memperoleh UANG sering mengesampingkan iman kita kepada Allah swt. Buktinya UANG bisa disejajarkan (atau bahkan lebih) dengan Allah swt.
1.    Kita seperti memisahkan dan memberikan ruang dan waktu saat mencari UANG. Sisa waktunya kita berikan kepada Allah swt. Saat kita mencari UANG tidak mau diganggu dengan kepentingan kepada Allah, saat adzan tiba kitapun sering mengabaikannya dan baru mau shalat setelah aktivitas cari uangnya selesai (atau disela waktu istirahat).
2.    UANG kita cari dengan sungguh-sungguh, disimpan dan diperbanyak dengan berbagai usaha (menabung dan berinvestasi). Tapi apakah iman kita terus disimpan dan dipelihara ? dan Apakah iman itu pula diperkaya dengan memperbanyak amal ? Yang banyak terjadi, dengan adanya UANG kita baru mau berAMAL.
3.    Sikap yang buruk yang muncul dan bahkan bisa jadi lebih buruk lagi (jahat) bila kita diambil/hilang/rugi atas UANG kita miliki, seperti tidak ikhlas dan sangat ingin mengembalikannya dengan cara apapun. Dan disisi lain kita tidak merasakan apa-apa bila tidak mampu beribadah atau “lalai ibadah” dengan tidak tepat dalam waktu shalat, bisa jadi kita tidak merasa sedih dan dan tidak rasa penyesalan .. yang ada kita hanya berdoa “Ya Allah ampuni dan maafkan kesalahan kami”.
4.    Menerima dan memanfaatkan UANG dengan perasaan senang dan sebaliknya kepada Allah … kita beriman tapi berat menemui Allah lewat perintah dan laranganNYA, seperti pada ayat 165 “diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah
5.    Dan begitulah kita TETAP BERIMAN KEPADA ALLAH, tapi kita pun BUTUH UANG …. masih ada kan bukti lain yang mensinyalir kita ini mendua kepada Allah.
UANG dan UANG, “UUD” .. ujung-ujungnya UANG, UANG bukan nomer 1 tapi semua urusan memerlukan UANG. Benarkah sikap seperti ini ? Betul UANG itu kita perlukan, tapi kita harus mampu mengambil sikap yang benar. Agar kita mampu bersikap yang benar, maka ada beberap yang perlu digali lebih dalam,
1.    Sebenarnya bila kita telusuri lebih dalam dan menanyakan pada diri kita sendiri, “mengapa sih kita butuh UANG ?”   atau “Buat apa sih UANG yang kita peroleh ?” Jawaban kita adalah UANg untuk makan, untuk beli baju, untuk bayar ini dan itu.
2.    Pertanyaan berikutnya, “Setelah kita bisa makan, beli rumah dan bisa bayar itu dan ini, apa sih yang ingin kita capai/raih ? Dan akhir dari semua itu kita ingin KAYA, SUKSES dan BAHAGIA.
Dari jawaban di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa Tujuan hidup kita ini adalah ingin KAYA, SUKSES dan BAHAGIA. Lalu untuk mewujudkannya kita pun mencari SARANA untuk meraihnya dan SARANA itu adalah UANG.

BEKERJA à DAPAT UANG à KAYA, SUKSES DAN BAHAGIA

Mari kita ubah sikap kita menjadikan UANG hanya sebagai sarana dan tidak menjadikan sarana itu sebagai satu-satunya cara untuk mewujudkan tujuan hidup kita. hal ini menjadikan kita tidak bergantung UANG, perlu UANG tapi tidak satu-satunya sarana. maka sikap yang baik yang sekaligus bisa meningkatkan keimanan kita adalah menjadikan Allah swt satu-satunya pintu menuju "KAYA", SUKSES dan BAHAGIA.

BERIBADAH dalam BEKERJA à ALLAH YANG MEMENUHI MENJADIKAN BERKECUKUPAN (KAYA), SUKSES DAN BAHAGI DENGAN CARA YANG TIDAK DIDUGA DAN DIPREDIKSI

Semoga pemahaman ini menjadi introspeksi diri dan koreksi diri dalam meningkatkan keimanan kita. Amin


Thursday, February 21, 2013

Syukur 2, apa itu syukur ?

Kami memberanikan untuk menafsirkan kata syukur dari ayat Ibrahim : 7, "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."
1. Ada dua tipe orang yaitu yang bersyukur dan ada pula yang tidak bersyukur
2. Jika kamu bersyukur ... bersyukur tehadap apa ? terhadap nikmat yang telah diberikan. Artinya kita ini sudah diberikan nikmat atau modal baik berupa tubuh ini yang berisi mesin yang bisa digerakkan untuk mengolah nikmat lain di luar tubuh kita yaitu alam.
3. Orang yang bersyukur itu pasti mampu melihat, tahu dan memahami nikmatnya, orang yang tidak mampu melihat nikmat (kemampuannya) seperti kebanyakan orang yang suka mengeluh sehingga yang dilihat hanya keburukan dari apa yang dimilkinya. demikian juga ada orang yang tahu tapi tidak mau memanfaatkan (tidak ada Action atau Amal).
4. Bersyukur itu adalah bekerja dengan memaksimalkan pikiran, tubuh, perasaan sebagai mesin untuk memanfaatkan alam disekitar kita menjadi sesuatu yang punya nilai tambah yang memberi kebaikan. mengapa demikian ? Ada orang yang bekerja saja tanpa nilai kebaikan (tidak memberi kebaikan kepada orang di sekitarnya), maka bisa jadi kebaikan untuk dirinya sendiri pun tidak bertambah. maka bekerja itu mempunyai niat yang baik dan dikerjakan dengan cara yang baik pula. Tentu hasilnya pun baik berupa ditambahkan nikmat, artinya bekerja yang seperti itu bisa menambah kebaikan berupa tambah materi/untung, tambah sehat, tambah amalnya, tambah tenteram, tambah teman, tambah yang lainnya.
5. Apakah bersyukur mengenal batas waktu (selesai) ? Tidak ada, saat kita berhenti bersyukur berarti kita kufur (tidak bersyukur). maka yang kita peroleh adalah bersyukur terpenuhi nikmat lalu saat kufur nikmat itu bisa hilang. Tidak ada manusia yang seperti itu, maunya bertambah terus nikmatnya .. artinya bersyukur itu terus-menerus. Bekerja terus-menerus sudah bersyukur ? Belum tentu, bersyukur itu bekerja dari hari ke hari menunjukkan nilai tambah yang semakin meningkat. Misalkan bulan ini bisa membeli singkong, bulan besok bisa membeli dan mengolah jadi singkong goreng selanjut jadi keripik dan menjadi lagi keripik balado/pedas dan seterus mampu menjual dengan jaringan yang besar dan banyak. itulah yang dinamai improvement yang berkelanjutan seiring waktu yang dikenal dengan kaizen, PDCA, Six Sigma dan telah menjadi teori manajemen modern. dan semua manajemen modern menerapkan prinsip bersyukur. Organisasi yang sukses dan bertahan terus mempunyai misi atau niat yang baik dan dilakukan dengan cara yang  baik pula.
6. Tapi sebaliknya orang yang sudah diberikan nikmat lalu mengingkarinya, tidak mau bekerja dengan kebaikan (asal kerja saja), banyak mengeluh, diam menunggu kebaikan dari orang lain (meminta-minta), iri dan sejenisnya atau dengan kata lain tidak bersyukur seperti point di atas maka yang diperoleh adalah adzab yang merepresntasikan balasan yang buruk berupa penderitaan, kesengsaraan, kesusahan, kesulitan dan sebagainya.
7. HAnya Ada dua pilihan bersyukur atau kufur (tidak bersyukur), dengan kata lain ada yang sukses dan ada yang gagal.  
Nikmat awal = Apa yang ada pada diri kita dan alam sekitar kita
Bersyukur = Nikmat awal + nikmat baru
Tidak bersyukur = 0 bahkan Negatif (masuk neraka) atau meniadakan apa yang ada pada dirinya

Jadi perkara syukur bukan sekedar urusan agama yang mengajari kita berterima kasih, tapi mengajari kita banyal hal yang PASTI bermanfaat bagi kita. Sebenarnya tidak ada pilihan, karena kita tidak mau menderita (menerima adzab) maka kita memilih bersyukur. Bersyukur itu memerlukan proses dan waktu, maka mulailah dengan mencari tahu ilmunya dan mempraktekkannya, lalu mengevaluasi dan memperbaikinya.

Alhamdulillahi  rabbil alamin ... ilmuMU dapat kami peroleh dan semoga menjadi amalan kami dan bermanfaat bagi semua. Amin

Friday, April 6, 2012

Merubah kebiasaan

Kebiasaan tanpa disadari telah menjadi raja dalam kita bertindak tanpa perlu kita pikirkan semua itu terjadi. Kebiasaan jalan-jalan setiap ada libur, maka setiap menjelang libur maka otak kita tanpa diperintah otak kita sudah merencanakan acara jalan-jalan. Belum ada acara jalan-jalan pun, otak berpikir lebih keras dengan mengajak/menggoda  teman untuk ikut atau nimbrung.
Bisakah kita merubahnya ? Begitu sulit untuk merubahnya. Merubahnya berarti kita harus mengganti kebiasaan itu dengan kebiasaan baru. Apa ya ? Menghabiskan waktu di rumah. Kebiasaan baru ini harus jelas, apa aktivitas kita di rumah. Bila kebiasaan ini yang kita bangun tidak dibarengi semangat dan niat yang kuat, maka menjadi sangat berat dan bisa kalah. Apalagi kebiasaan yang kita bangun itu "berlawanan" dengan kebiasaan lama, contoh kebiasaan jalan-jalan mau diganti dengan kebiasaan belajar dengan membaca buku. Menjadi sangat kontrdiktif antara keduanya, dan yang menang adalah yang mengarah kepada emosional yang menyenangkan yaitu jalan-jalan. Ada langkah baik menggabungkan keduanya, yaitu jalan-jalan ke toko buku atau pameran buku. Maka kebiasaan baru ini menjadi lebih ringan, karena tidak ada yang kontra.
Jadi mulailah merubah kebiasaan yang merugikan kita dengan menciptakan kebiasaan baru yang mudah kita lakukan. Mau coba ? Pastikan kebiasaan baru menciptakan kinerja baru yang membuat kita menjadi manusia sukses seperti yang kita impikan.

Ir. Munir Hasan Basri
Spiritual Motivator Trainer