Kesempurnaan ilmu dengan BERAMAL SHALEH (ACTION) tanpa henti yang menjadikan dunia lebih baik.

Hubungi 081310737352 untuk pelatihan spiritual gratis inhouse atau organisasi/arisan/keluarga,
Showing posts with label bersyukur. Show all posts
Showing posts with label bersyukur. Show all posts

Saturday, March 23, 2013

Orang beriman itu adalah makhluk unggulan

Allah berfirman :


}§y_÷rr'sù Îû ¾ÏmÅ¡øÿtR ZpxÿÅz 4ÓyqB ÇÏÐÈ   $uZù=è% Ÿw ô#ys? š¨RÎ) |MRr& 4n?ôãF{$# ÇÏÑÈ  
67. Maka Musa merasa takut dalam hatinya.
68. Kami berkata: "Janganlah kamu takut, Sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang) (QS Thaahaa, 20 : 67 - 68)

Begitulah Musa yang menghadapi Fir'aun yang sangat berkuasa, ada rasa takut dihatinya. Kita gemana ?  Kita belum pernah mengalami kondisi seperti Nabi Musa dan perasaan TAKUT itu selalu ada pada diri kita ;
takut gagal, takut miskin, takut masa depan yang kurang baik, takut kehilangan, takut keadaan anak-anak dll
Maka sebanrnya iman YANG BENAR kita kepada Allah mendapat support (janganlah kamu takut) dan keyakinan bahwa ketakutan itu bisa dilewati dengan kemampuan kita yang sudah ada (kamulah yang paling unggul).
Sudahkah kita memahami bahwa kita ini adalah paling unggul, keunggulan itu adalah orang yang PUNYA IMAN dan TELAH memahami petunjuk (AL Qur'an) sebagai petunjuk Allah yang menuntun kita memaksimalkan keunggulan kita yang lain yaitu pendengaran, penglihatan dan hati serta pemberian Allah dengan alam semsta yang DIA tundukkan buat kita. Itulah yang disebut BERSYUKUR. Kalau kita sudah beriman dan mampu memahami Al Qur'an, maka yang sulit adalah melihat diri kita sendiri sebagai keunggulan yang tersimpan (raksasa yang tidur) .... dengan mata, telinga dan hati kita mampu melihat dan mempraktekkan apa yang telah Allah ajarkan dan contohkan dengan alam dalam menghadapi ketakutan itu. Yuuk kita sadari itu semua agar kita termasuk orang yang pandai bersyukur.
Alahamdulillahi rabbil alamin ... ENGKAU telah memberi pemahanan yang lebih dalam lagi tentang apa yang kami hadapi dan memberi solusinya. Amin

Friday, March 15, 2013

Bersyukur 10, Sudahkan kita mensyukuri nikmat iman ??

Tak disadari bahwa bersyukur itu menjadi biasa untuk menunggu nikmat yang datang dulu, makna lain yang tersirat adalah kita belum mampu melihat dan memahami nikmat yang ada pada diri kita. Yuuk kita melihat nikmat itu dengan jelas, apakah sudah mampu bersyukur ?
1. Nikmat iman ... tidak semua orang mendapatkannya karena iman itu terjadi siizin Allah, artinya kita menjadi muslim saat ini karena pemberian Allah swt. Kalau ini sudah kita pahami maka tanyakan pada diri kita ini apakah kita sudah bersyukur ? Secara lisan sudah kita lakukan, tapi kan tidak semudah itu bersyukur yang dimaksud oleh Allah.
a. Kalaulah iman itu kita mau syukuri, apakah iman kita telah bertambah seiring waktu ? atau bisa jadi dari sudut pandangan lain ujian yang kita terima semakin besar ? Kalau iya maka bisa jadi kita sudah berada dalam track yang benar dalam bersyukur terhadap iman
b. pernahkah kita memikirkan untuk meningkatkan iman kita dengan berbagai cara yang didasarkan proses belajar dan praktek yang disengaja ? Sepertinya hal ini tidak kita lakukan dan semua berjalan seperti biasa saja. Bila ada kejadian khusus yang cenderung memberikan efek buruk pada kita, maka kita pun hanya mengembalikan keimanan itu sendiri dengan menambah kuantitas dan kualitas yang pernah kita lakukan, setelah kejadian itu berlalu maka kita pun seakan lupa lagi dengan iman itu untuk disyukuri.
c. bisa jadi kita hanya TAHU iman itu sebagai percaya kepada Allah dan "tidak tahu" cabang iman itu sendiri sehingga kita pun memang kita bisa meningkatkan iman karena tidak tahu pula apa yang harus diperbuat. Maka seringkali kita percaya tapi tidak menunjukkan sikap dan perilaku orang yang beriman. Bahkan seringkali kita melihat pada diri kita sendiri atau orang lain DENGAN SHALAT atau IBADAH lainnya pun kok kita tidak seperti orang beriman, karena banyak hal yang merendahkan iman itu sendiri,"sudah shalat kok masih ini dan itu". Padahal dalam Al Qur'an dikatakan bahwa shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar.
d. Kita pun jarang mau melihat potensi atau nikmat yang kita miliki untuk DIMANFAATkan agar memperoleh NILAI TAMBAH sebagai bentuk kesadaran diri untuk bersyukur. Yang ada adalah kita MELAKUKAN/MENGERJAKAN sesuatu agar kita menjadi lebih kaya untuk MEMENUHI kehidupan kita yang lebih BAIK. Potensi/nikmat itu tertutupi oleh KEINGINAN kita yang berorientasi DUNIA/MATERI atau UANG, yang membuat kita selalu berdoa pada HASIL dengan memohon diberikan rezeki, kebahagian dan kesuksesan. Salahkah ini ? Tidak, tapi mejadi lebih pantas dengan menjadikan kita orang yanng bersyukur maka Allah CUKUPkan kehidupan kita dengan nikmat atau kebaikan dari apa yang kita lakukan.
e. Bersyukur hanya "citra diri" saja maka kita pun hanya mengandalkan bersyukur dalam lisan dengan ucapan khsuyuk,"Alhamdulillahi rabbil alamin" saat kita menerima sesuatu dari orang lain. Bisa jadi kita tak pernah mengucapkan "Alhamdulillahi rabbila alamin" setelah mampu beribadah dan membantu orang lain atau dimudahkan dalam suatu urusan.
f. dan banyak lagi hal yang bisa jadi belum terpikir oleh kami TAPI Anda pikirkan .. BUkankah ini juga  ????

Kita hanya melihat satu aspek bersyukur atas iman kita yang menjadi dasar dalam kehidupan kita di dunia ini. Sepertinya memang kita cenderung memisahkan urusan dunia dengan kualitas iman kita untuk disyukuri, "iman bisa naik tapi keduniaan kitapun naik"
Alhamdulillahi rabbil alamin .... Insya Allah tulisan kami ini mampu menjadikan kami semakin baik dalam bersyukur atas iman yang telah ENGKAU berikan/izinkan. Amin

Sunday, March 10, 2013

Bersyukur 9, Tawar nenawar ??

Tanpa kita sadari bahwa bersyukur seperti halnya jual-beli. Kok bisa ? Ada ungkapan yang pernah kita ucapkan tanpa sadar,"kalau ada saya tambah bersyukur". Sekilas tidak ada yang salah. BUt bila kita renungkan lebih dalam, maka kita seperti menawar kalau Allah kasih saya lebih maka saya mau bersyukur lebih berkualitas (lebih banyak). apa yang terjadi ? Kita berkomunikasi dengan Allah, kalau Allah kasih maka kita baru mau. Posisi bargaining ini tidak pantas bagi kita sebagai hamba Allah, dimana memang kita bisa berkehendak tapi hal itu jadi kesalahan fatal. Allahlah yang berkehendak bahwa bila hambaNYA bersyukur maka Aku tambahkan nikmat.
lalu apa ynng harus kita lakukan ? memohon maaf an ampun kepada Allah atas sikap dan perilaku kita tersebut di atas. Dan yang pantas dan seharusnya kita lakukan adalah benar-benar bersyukur atas nikmat yang telah diberikan dan kalau tidak bersyukur kitapun memperoleh balasanNYA. Dan jangan sampai pula bahwa kita sudah berharap balasan nikmatNYA atas apa yang kita lakukan daam bersyukur. Balasan itu HAK Allah dan kita hanya berhak memohon agar apa yang kita inginkan sesuai dengan apa yang Allah berikan sebagai balasanNYA.
Semoga penjelasan ini dapat menjadi inspirasi kita dalam memperbaiki sikap dan cara kita bersyukur. Ya, Allah janjiMU benar, maka ajari dan mampukan kami untuk bersyukur dan hanya bersyukur. Amin

Saturday, February 23, 2013

Syukur 5, syukur vs mimpi

Telur dan ayam, mana yang lebih dulu ? Banyak mengatakan semaunya kita, kalau kita bilang ayam ya benar dan bila kita bilang telur ya benar juga. Mengacu pada penciptaan manusia, maka bisa jadi ayam yang lebih dulu. Analog dengan cerita ayam dan telur, mana yang lebih penting ... bersyukur dapat nikmat atau memimpi kan nikmat baru bersyukur.
Mari kita selami makna, bermimpi yang mendorong kita bekerja (bersyukur) dengan memanfaatkan apa yang kita miliki. Dalam banyak kasus seringkali kondisi menimbulkan tekanan pada diri manusia karena harus mengejar mimpi itu, kalau tercapai ya bagus (tapi kita sudah mengalami perubahan fisik dan psikis karena tekanan) dan kalau tidak tercapai semakin membuat kita sangat tertekan atau bisa juga semakin mendorong untuk mencapainya (tapi kondisi tubuh semakin tertekan).
Sebaliknya bila kita bersyukur dengan niat selalu melakukan perubahan untuk menjadi lebih baik berdasarkan apa yang kita miliki, di saat itulah kita mampu memprediksi apa yang ingin kita capai (bisa juga berupa mimpi kita tapi bisa juga tidak). Kondisi ini kita bekerja tanpa beban dan dilingkupi perasaan senang.  hal ini mampu memberikan atau mengoptimalkan kinerja kerja kita, dimana bila tercapai apa yang kita prediksi (kita inginkan) maka muncul kebaikan berupa ungkapan rasa syukur yang luar biasa yang tertuju kepada Allah (sang Pencipta). Dan sebagai rasa syukur, kita pun terpancing untuk berbagi atas nikmat yang kita terima.
dari penjelasan di atas, boleh-boleh saja kita bermimpi tinggi lalu jangan sampai menjadi beban yang memberatkan sehingga tubuh menjadi tidak sehat. Kalaupun kita ingin bermimpi, maka buatlah mimpi itu menjadi realistik dengan apa yang kita miliki. Maka jauh lebih penting bagi kita saat ini, menyadari apa yang kita miliki dan kemampuan apa yang kita bisa daripada kita membuat mimpi yang tidak berakar atas nikmat yang kita miliki.

Syukur 4, Sudahkah kita bersyukur ?

Ada banyak hal yang kita temukan, dan hampir 99% menyatakan sudah bersyukur dan bahkan disetiap penceramah mengawali pesan ceramahnya untuk bersyukur. menurut kami apa yang dibilang bersyukur itu baru ada di lisan saja, yang tidak didasari iman dan Action (bekerja teru-menerus memperbaiki).
1. Seorang karyawan bilang, "bersyukur aja dengan gaji yang kita terima" dan setiap menerima gaji mengucapkan,"Alhamdulillah". dan karyawan ini setiap tahun pendapatannya biasa-biasa hanya naik karena naiknya gaji tahunan. Orang inipun masih mengerjakan pekerjaan yang sama dan cara yang sama. Dan apa yang dilakukannya ? Mengurangi pengeluaran, misalkan makan yang lebih murah yang tadinya nasi padang sekarang makan nasi warteg, mengeluarkan uang yang perlu-perlu saja. Apa yang dilakukan untuk menurupi kekurangannya ? Biasanya banyak karyawan pindah perusahaan.              
2. Dalam keluarga, suami-isteri mensyukuri pendapatan yang diterima dengan menghemat pengeluaran, meminimal makan dan tidak banyak neko-neko. bagi beberapa orang mereka mampu mengolah bahan makanan yang  murah untuk dimakan dan bisa jadi enak.
Dari dua contoh di atas, yang pasti bahasa bersyukurnya seperti terpaksa (menerima keadaan saja) karena memang sudah begitu dan menganggap semua pendapatan itu bergantung kepada orang lain (yang memberi) sehingga memaksa dia menggunakan saja apa yang ada (pendapatan yang diterima). dan biasanya kondisi ini tidak membuat orang itu untuk memperbaiki keadaaan tersebut. Dan seringkali mereka ini suka mengeluh dan curhat ke teman dengan "menuduh" orang yang memberi itu "pelitlah".
bagaimana mengukur syukur kita ?
a. mampukah kita melihat potensi yang ada pada diri kita sebagai pemberian Allah sebagai bentuk iman kita kepada Allah ? 
b. apakah lisan bersyukur ("Alhamdulillah") itu sudah terucap dari iman yang benar ? Kita sudah menganggap bahwa apa yng kita terima itu berasal dari Allah lewat perantara orang lain. Sehingga lisan terima kasih itu betul-betul kepada Allah dan tentunya kepada orang yang memberi kepada kita.
c. sebagai bentuk terima kasih kita dengan menerima sesuatu (pendapatan) dari orang lain, maka kita pun melakukan perbuatan yang menyenangkan orang tersebut dan tentunya dengan lebih baik. Sebagai karyawan berarti kita mesti belajar untuk melakukan pekerjaan kita dengan lebih baik lagi, secara kualitas dan kuantitas. Mengerjakan dengan cara yang hebat (yang pasti lebih cepat dan lebih baik hasilnya) dan mengerjakan dengan frekuensi yang banyak. Selain itu balasan yang lebih baik itu pun kita tingkatkan dengan meningkatkan ibadah kepada Allah dengan frekuensi yang lebih banyak dan semakin khsuyuk.
Ketiga indikator ini bisa membantu kita mengukur kualitas syukur kita ?? Ketiganya mesti saling terkait dan tidak bisa hanya mengukur 1 point saja.
Sebenarnya bersyukur pun "tidak perlu" mengumbar bahwa "saya sudah bersyukur", tapi jauh lebih baik kita tunjukkan dengan perbuatan. Bisa jadi saat kita berucap "sudah bersyukur" itulah cara sikap untuk "menutupi" bahwa kita belum mampu bersyukur dalam hati, lisn dan tindakan, alias kita tidak berdaya atau terpaksa menerima keadaan.



Sunday, November 25, 2012

Menantang target besar, bersyukurkah ???

Seseorang yang dinilai baik dalam pekerjaannya, telah menjadi perhatian atasannya untuk memangku amanah yang lebih besar dengan pekerjaan yang lebih banyak/tinggi dan berkualitas. Ada dua hasil : Seseorang itu mampu melaksanakannya atau orang itu gagal.
Bagaimana hubungannya dengan mekanisme bersyukur ? amanah atau pekerjaan yang lebih tinggi yang diberikan adalah proses (bersyukur) yang menuju target kerja tertentu. Misalkan seorang manager yang tadi hanya sebagai staf yang hebat dibebankan untuk memimpin departemen dengan target sales 1 M.
Orang yang pertama, mengisi kegiatan hari-harinya dengan kesibukkan yang luar biasa dan bahkan memperpanjang jam kerjanya agar target itu tercapai. Orang ini bisa sukses, tapi bisa jadi telah "menelantarkan" kehidupan pribadinya dan keluarganya. Di Kantor meraih kesuksesan .... dan di rumah atau kehidupan pribadi dianggap sukses karena semua terpenuhi dengan menyediakan kehidupan pribadi dan keluarga dengan materi.
Orang yang kedua, mengisi kegiatan sehari-harinya dengan membangun jaringan kerja dan belajar memaksimalkan waktunya untuk mampu melaksanakan tugas mencapai target. Ada sebuah keyakinan bahwa semua itu mampu dilewatkan sebagai bentuk ujian yang diberikan Allah. Maka aktivitas spiritualpun menjadi fokus utamanya agar apa yang dikerjakannya di kantor diizinkan Allah untuk dicapai. Mengkayakan kehidupan pribadi (hobby dan kesenangan) dan keluarga sebagai bagian yang mampu mendorong pekerjaannya di kantor, paling tidak semua itu menjadi pendorong yang memberi semangat dan perasaan senang.
Kedua orang di atas dapat meraih kesuksesan HANYA karena Allah izinkan, maka kita hanya bisa melaksanakannya. Fakta orang pertama banyak yang sukses dan orang kedua yang sukses sangat sedikit. Mari dengan hati ini kita memahami kedua hal tersebut untuk kita jadikan referensi kita untuk menjadi yang terbaik sesuai kehendak Allah, yaitu bersyukur dengan memanfaatkan segala hal yang kita miliki untuk menjadi nilai tambah TANPA harus menelantarkan atau bahkan mengurangi/membuang apa yang sudah kita miliki.

Thursday, November 15, 2012

Metabolisme tubuh ya juga metabolisme pikiran

Dalam kehidupan ini seringkali kita menganggap semua berjalan baik, sewaktu kita makan tentu ada metabolisme tubuh yang membuat apa yang kita makan dapat diolah oleh tubuh sehingga menghasilkan tenaga dan sisanya dibuang secara alamiah berupa cadangan tenaga, keringat dan buang air kecil dan buang air besar. Dalam kesibukan rutinitas sehari-hari, proses yang terjadi dalam tubuh tak pernah kita pikirkan. Semua berjalan begitu saja. Saat kita tidak buang air, barulah kita merasa ada yang tidak beres maka kita pun mencari solusi dengan berbagai cara. Begitulah metabolisme tubuh berjalan dari waktu ke waktu. Semua itu tanpa kuasa kita ... Siapa yang kuasa ? Allahlah yang mengatur semuanya. Sudahkah kita bersyukur ?
Hal yang sama dengan pikiran, apa yang kita peroleh dalam pikiran tentunya ada metabolisme pikiran. Pikiran diolah oleh manajemen pikiran sehingga kita mampu memahaminya. Lalu cukupkah sampai disini pemahaman tersebut ? tentunya tidak, maka semestinya metabolisme pikiran itu terus bekerja dengan mendorong untuk berbuat (amal shaleh/action) yang sepadan dengan tenaga pada pola makan dan sebagian lagi mengikuti pola pembuangan yang menuntut pemahaman yang kita peroleh itu mesti pula dibagikan (di share) dengan orang lain lewat mengajarkan atau membantu orang lain. Apa yang terjadi bila apa yang kita terima tidak diolah ? masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan. Dan apa yang terjadi bila kita menerima sesuatu (ilmu) tapi tidak dibagi atau tidak dipraktekkan ? mestinya hal inipun dapat merusak fisik kita, hal ini dapat ditunjukkan pikiran yang kita terima yang tidak tersalurkan dengan sikap sombong atau sikap minder. Sikap inilah yang membuat tubuh menjadi semakin buruk. Bukankah kita telah diajarkan Allah untuk mengerti metabolisme pikiran dengan mengajarkan kita untuk beriman dan beramal shaleh. Beriman berarti memahami apa yang kita dapatkan dan beramal shaleh yang menunjukkan kita untuk meneruskan metabolisme pikiran. mari kita merenungkan kejadian sehari-hari :
1. Saat kita punya banyak ilmu dan tidak mau di share ke semua orang, maka yang terjadi adalah sikap sombong kita dengan ilmu yang kita miliki dan orang lain merespon kita dengan tidak mau bersahabat. Dampaknya kita menjadi jarang dibantu orang dan sedikit silaturahmi, kalaupun ada silaturahmi lebih banyak atas kepentingan.
2. Saat kita tidak peduli dengan apa yang disampaikan orang lain dan kalau ditanya kita tidak mau paham, maka yang terjadi adalah kita tidak dipercaya orang. Maka kita termasuk orang yang tidak banyak aktivitas.
3. Saat kita menganggap bahwa apa yang kita terima itu baik (bisa berupa kebaikan maupun keburukan) tanpa memikirkan metabolisme pikiran yang sehat. Maka sebenarnya bisa membuat tubuh menjadi kurang enak setelahnya. Kalau pikiran yang baik, seringkali kita berbagi dengan senang tapi kalau keburukan seringkali pula kita berbagi berupa curhat atau keluhan atau kritik. Sehatkah metabolisme pikiran kita ? Sehat bila kita berbagi dengan orang yang tepat dan mendorong untuk melakukan solusi (amal shaleh).
4. Tanpa disadari kalau kita bermasalah kita anggap selesai dalam pikiran saja. Ternyata hal ini tidak selesai, mengapa ? Karena masalah itu tidak termetabolisme dengan baik/sehat. Maka masalah bisa muncul saat ada pemicunya. Maka saat punya masalah, mesti dicarikan jalan keluarnya minimal kita share dengan orang yang memahami (atau mau berempati) sehingga kita merasa ada dorongan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Semua metabolisme pikiran inipun tidak banyak dikendalikan oleh kita, Allahlah yang berkuasa.
Mari kita mau memahami metabolisme tubuh kita, baik itu makanan dan pikiran. Tidak lain agar kita menjadi orang yang bersyukur yang mampu menyehatkan tubuh kita dengan mendorong metabolisme kita berjalan dengan semestinya.




Thursday, July 26, 2012

Bersyukur saja .... terima saja

Kalimat di atas seringkali kita ucapkan, setelah beberapa upaya kita lakukan dan pasrah. Kata bersyukur aja lebih kepada pengalihan kita karena tidak ada pilihan lain yang ingin menyenangkan hati kita.
Salahkah langkah yang kita ambil tersebut ? Bersyukurnya sudah benar, tapi yang perlu kita renungkan adalah motivasi bersyukurnya yang kurang mulus. Sesuatu yang baik mesti didukung oleh niat (motivasi) yang baik.
Bersyukur itu memanfaatkan apa yang kita miliki agar menjadi semakin bernilai. Dan kepasrahan adalah tidak adanya upaya lagi dan sudah tidak mampu memanfaatkan apa yang ada pada diri kita sendiri. Jasi bersyukur itu bukan dimulai dari upaya terakhir, tapi dimulai dari motivasi (niat) yang mampu mendorong kita untuk fokus selalu ACTION dan ACTION. Bersyukur juga tidak menuntut hasil yang diharapkan. Maka saat bersyukur yang benar terdapat keikhlasan.
Rasakan proses bersyukur itu bekerja dan hasilnya sangat luar biasa ......

Tuesday, July 3, 2012

Bersyukur

Sudah seharusnya kita bersyukur atas kehidupan ini dan menjadikan hidup penuh amal shaleh. Persiapkan diri kita untuk kematian ..... dimana saja, kapan saja. Kematian itu dekat, sedekat saat kita merenung dan memperhatikan diri kita, kita tak kuasa atas bekerja nafas ini, kita tak kuasa menentukan hasil apapun atas apa yang kita lakukan. Dan bahkan kita tak kuasa atas waktu dan aktivitas kita besok. Ya Allah, yang Maha Menguasai diri kita mampukan diri ini untuk menyadari itu semua dan mampu beramal shaleh lewat shalat, sabar, syukur dan sebagainya. Aminn
demikianlah hal tersebut terungkap dalam firman Allah berikut ini :
"kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS Al Hadid, 57 : 2)"