Kesempurnaan ilmu dengan BERAMAL SHALEH (ACTION) tanpa henti yang menjadikan dunia lebih baik.

Hubungi 081310737352 untuk pelatihan spiritual gratis inhouse atau organisasi/arisan/keluarga,

Tuesday, March 19, 2013

Kultum Subuh hari ini, Apapun dasari dengan iman


Allah berfirman ;

* }§øŠ©9 §ŽÉ9ø9$# br& (#q9uqè? öNä3ydqã_ãr Ÿ@t6Ï% É-ÎŽô³yJø9$# É>̍øóyJø9$#ur £`Å3»s9ur §ŽÉ9ø9$# ô`tB z`tB#uä «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ̍ÅzFy$# Ïpx6Í´¯»n=yJø9$#ur É=»tGÅ3ø9$#ur z`¿ÍhÎ;¨Z9$#ur tA#uäur tA$yJø9$# 4n?tã ¾ÏmÎm6ãm ÍrsŒ 4n1öà)ø9$# 4yJ»tGuŠø9$#ur tûüÅ3»|¡yJø9$#ur tûøó$#ur È@Î6¡¡9$# tû,Î#ͬ!$¡¡9$#ur Îûur ÅU$s%Ìh9$# uQ$s%r&ur no4qn=¢Á9$# tA#uäur no4qŸ2¨9$# šcqèùqßJø9$#ur öNÏdÏôgyèÎ/ #sŒÎ) (#rßyg»tã ( tûïÎŽÉ9»¢Á9$#ur Îû Ïä!$yù't7ø9$# Ïä!#§ŽœØ9$#ur tûüÏnur Ĩù't7ø9$# 3 y7Í´¯»s9'ré& tûïÏ%©!$# (#qè%y|¹ ( y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd tbqà)­GßJø9$#
177. bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa 9QS Al Baqarah, 2 : 177)

Terkadang kita belum mampu melihat satu aktivitas atau apapun yang kita lakukan tanpa dasar iman, contoh lagi wisata ke pantai bisa jadi kita melupakan keimanan kita, lagi pesta kawinan juga sama .. makan sambil berdiri dan dan bahkan kita pun ingin menunjukkan pakaian yang kita gunakan sebagai yang paling bagus. Lalu ayat di atas ingin mengajak kita untuk meningkatkan iman kita kepada Allah agar setiap perbuatan dapat didasari iman yang baik. Iman yang sebenarnya  ;
1. Sudahkah kita benar-benar yakin dan percaya kepada Allah ?
2. Sudahkah percaya datangnya hari kemudian ?  Pernahkah kita berpikir kalau apa yang kita perbuat pasti dibalas di hari kemudian ?
3.  Percayakah kita adanya malaikat ? Pernahkah kita terpikir setiap perbuatan luput dari perhatian dan catatan malaikat ?
4. Percayakah kita dengan Nabi yang telah menyampai ajaran Allah ? Bukankah apa yang kita baca dan kita terima sampai hari ini karena Nabi dan Rasul yang telah diutus Allah ?
5.Sudahkah kita membeikan harta yang kita cintai kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir dan orang yang meminta-minta ?? Bukankah yang kita berikan hanyalah sesautu yang sudah tidak kita cintai lagi selama ini ?
6. sudahkah kita memerdekan hamba sahaya ?
7. sudahkah kita MENDIRIKAN shalat tepat waktu dan selalu meningkatkannya dengan khusyuk ? 
8. Sudahkah zakat kita keluarkan, yang wajib maupun yang sunnah ?
9. Berapa banyak janji yang sudah kita tepati ?
10. Sabarkah kita dalam hidup ini terutama dalam kesempitan dan penderitaan ??
Jawaban itulah yang mampu menguatkan iman kita sehingga apa pun yang kita lakukan selalu didasarkan keimanan. Kemanapun kita menghadap ... tidak bisa dihindari untuk beriman kepada Allah.
Asbabun Nuzul ayat di atas :
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Qatadah menerangkan tentang kaum Yahudi yang menganggap bahwa yang baik itu shalat menghadap ke barat, sedang kaum Nashara mengarah ke timur, sehingga turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 177).
(Diriwayatkan oleh Abdur-razzaq dari Ma'mar, yang bersumber dari Qatadah. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abil 'Aliyah.)

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa turunnya ayat ini (S. 2: 177) sehubungan dengan pertanyaan seorang laki-laki yang ditujukan kepada Rasulullah SAW tentang "al-Bir" (kebaikan). Setelah turun ayat tersebut di atas (S. 2. 177) Rasulullah SAW memanggil kembali orang itu, dan dibacakannya ayat tersebut kepada orang tadi. Peristiwa itu terjadi sebelum diwajibkan shalat fardhu. Pada waktu itu apabila seseorang telah mengucapkan "Asyhadu alla ilaha illalah, wa asyhadu anna Muhammadan 'Abduhu wa rasuluh", kemudian meninggal di saat ia tetap iman, harapan besar ia mendapat kebaikan. Akan tetapi kaum Yahudi menganggap yang baik itu ialah apabila shalat mengarah ke barat, sedang kaum Nashara mengarah ke timur.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Mundzir yang bersumber dari Qatadah.)

Sunday, March 17, 2013

Kultum Motivasi - Menemukan Allah

Dengan uang kita bisa beli apapun yang kita inginkan, tapi semakin banyak uang semakin banyak yang kita inginkan. Terus, so what gitu lho ? Itulah UANG menjadikan kita tak berujung dan kematianlah yang menghentikan segalanya. 
BUT, Uang tidak mampu mencukupkan kita (menjadi kaya iya), uang pun tidak mampu memberikan kebahagian dan mempertahankannya. Lalu mengpa kita menjadikan UANG sebagai sarana untuk bahagia ?? Renungkan dan selami hati kita dan lihatlah disanalah yang mampu memberikan semuanya, Allah swt.

Uang atau Allah ???

Suasana tenang dan dingin setelah hujan turun membuat kita menjadi adem, dan Alhamdulillahi rabbil alamin yang telah memberi kami pemahaman untuk diamalkan,
Allah berfirman :


šÆÏBur Ĩ$¨Z9$# `tB äÏ­Gtƒ `ÏB Èbrߊ «!$# #YŠ#yRr& öNåktXq6Ïtä Éb=ßsx. «!$# ( tûïÉ©9$#ur (#þqãZtB#uä x©r& ${6ãm °! 3 öqs9ur ttƒ tûïÏ%©!$# (#þqãKn=sß øŒÎ) tb÷rttƒ z>#xyèø9$# ¨br& no§qà)ø9$# ¬! $YèÏJy_ ¨br&ur ©!$# ߃Ïx© É>#xyèø9$# ÇÊÏÎÈ  
165. dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu[106] mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). ( QS Al baqarah, 2 : 165) [106] Yang dimaksud dengan orang yang zalim di sini ialah orang-orang yang menyembah selain Allah.

Ngga salah buat kita merenungkan kecintaan kita kepada dunia (uang dan materi) bisa jadi SAMA dengan kecintaan kita kepada Allah. Dan fakta menunjukkan bahwa
Kepentingan untuk memperoleh UANG sering mengesampingkan iman kita kepada Allah swt. Buktinya UANG bisa disejajarkan (atau bahkan lebih) dengan Allah swt.
1.    Kita seperti memisahkan dan memberikan ruang dan waktu saat mencari UANG. Sisa waktunya kita berikan kepada Allah swt. Saat kita mencari UANG tidak mau diganggu dengan kepentingan kepada Allah, saat adzan tiba kitapun sering mengabaikannya dan baru mau shalat setelah aktivitas cari uangnya selesai (atau disela waktu istirahat).
2.    UANG kita cari dengan sungguh-sungguh, disimpan dan diperbanyak dengan berbagai usaha (menabung dan berinvestasi). Tapi apakah iman kita terus disimpan dan dipelihara ? dan Apakah iman itu pula diperkaya dengan memperbanyak amal ? Yang banyak terjadi, dengan adanya UANG kita baru mau berAMAL.
3.    Sikap yang buruk yang muncul dan bahkan bisa jadi lebih buruk lagi (jahat) bila kita diambil/hilang/rugi atas UANG kita miliki, seperti tidak ikhlas dan sangat ingin mengembalikannya dengan cara apapun. Dan disisi lain kita tidak merasakan apa-apa bila tidak mampu beribadah atau “lalai ibadah” dengan tidak tepat dalam waktu shalat, bisa jadi kita tidak merasa sedih dan dan tidak rasa penyesalan .. yang ada kita hanya berdoa “Ya Allah ampuni dan maafkan kesalahan kami”.
4.    Menerima dan memanfaatkan UANG dengan perasaan senang dan sebaliknya kepada Allah … kita beriman tapi berat menemui Allah lewat perintah dan laranganNYA, seperti pada ayat 165 “diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah
5.    Dan begitulah kita TETAP BERIMAN KEPADA ALLAH, tapi kita pun BUTUH UANG …. masih ada kan bukti lain yang mensinyalir kita ini mendua kepada Allah.
UANG dan UANG, “UUD” .. ujung-ujungnya UANG, UANG bukan nomer 1 tapi semua urusan memerlukan UANG. Benarkah sikap seperti ini ? Betul UANG itu kita perlukan, tapi kita harus mampu mengambil sikap yang benar. Agar kita mampu bersikap yang benar, maka ada beberap yang perlu digali lebih dalam,
1.    Sebenarnya bila kita telusuri lebih dalam dan menanyakan pada diri kita sendiri, “mengapa sih kita butuh UANG ?”   atau “Buat apa sih UANG yang kita peroleh ?” Jawaban kita adalah UANg untuk makan, untuk beli baju, untuk bayar ini dan itu.
2.    Pertanyaan berikutnya, “Setelah kita bisa makan, beli rumah dan bisa bayar itu dan ini, apa sih yang ingin kita capai/raih ? Dan akhir dari semua itu kita ingin KAYA, SUKSES dan BAHAGIA.
Dari jawaban di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa Tujuan hidup kita ini adalah ingin KAYA, SUKSES dan BAHAGIA. Lalu untuk mewujudkannya kita pun mencari SARANA untuk meraihnya dan SARANA itu adalah UANG.

BEKERJA à DAPAT UANG à KAYA, SUKSES DAN BAHAGIA

Mari kita ubah sikap kita menjadikan UANG hanya sebagai sarana dan tidak menjadikan sarana itu sebagai satu-satunya cara untuk mewujudkan tujuan hidup kita. hal ini menjadikan kita tidak bergantung UANG, perlu UANG tapi tidak satu-satunya sarana. maka sikap yang baik yang sekaligus bisa meningkatkan keimanan kita adalah menjadikan Allah swt satu-satunya pintu menuju "KAYA", SUKSES dan BAHAGIA.

BERIBADAH dalam BEKERJA à ALLAH YANG MEMENUHI MENJADIKAN BERKECUKUPAN (KAYA), SUKSES DAN BAHAGI DENGAN CARA YANG TIDAK DIDUGA DAN DIPREDIKSI

Semoga pemahaman ini menjadi introspeksi diri dan koreksi diri dalam meningkatkan keimanan kita. Amin


Saturday, March 16, 2013

Kultum subuh hari ini, "ini karunia Allah sebagai ujian untuk bersyukur"


Alhamdulillahi rabbil alamin, inilah sikap seorang Nabi yang perlu kita teladani adalah mampu menyadari bahwa nabi Sulaiman as mestiya bersyukur,"Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya)..
Dalam ayat berikut ini dijelaskan kembali bahwa bersyukur itu buat diri sendiri dan jika tidak yang rugi juga kita sendiri, sedangkan Allah Maha MUlia.
40. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip." Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia." (QS An Naml, 27 : 40)
Perhatikan apa yangn terjadi bila kita diberikan kebaikan oleh orang lain berupa materi atau bantuan, maka kita berkata :
1. "waduhhh tumben nihhh, dapat dari mana bisa begini ?" seolah kita tidak mempercayai semua yang terjadi, apa artinya ? bisa jadi kita menganggap diri kita lebih baik - merendahkan diri orang lain (sombong), dan bahkan bisa jadi muncul pula prasangka buruk. Jauh berbeda dengan sikap nabi Sulaiman as, "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya)"
2. "maaf dan terima kasih" sebagai halus untuk menolak.
3. sikap menerima dan merasa senang yang diiringi "lagi dong", mumpung gratisan dan selalu berharap lagi. 
4. Mengapa kita tidak melakukan hal berikut ini, menerima dan mengucapkan terima kasih sebagai rasa syukur untuk mengungkapkan bahwa keimanan, kita mempercayai peristiwa itu sebagai bagian dari rencana Allah untuk kebaikan kita. Pilihan ini adalah pilihan yang bijak untuk bersyukur, seperti pilihan pada ayat di atas, "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya)". Dengan demikian terjadilah kebaikan bagi yang memberi maupun yangn menerima. Banyak hal yang bisa kita dapatkan dari efek rasa syukur itu berupa rasa syukur itu mendorong kita memanfaatkan pemberian itu dengan benar, rasa syukur itu mengajari kita untuk menjadi orang yang memberi BUKAN yang menerima, rasa syukur itu membuka mata kita bahwa Allah MAHA rahman dan rahim dan sebagainya.
Berbeda pilihan point 1, 2 dan 3 yang bisa menjadikan kita orang yang sombong/merendahkan dirikita sendiri, artinya tidak ada kebaikan buat kita  dan bahkan bisa berdampak buruk bagi orang lain. Masihkah kita memilih skenario setiap kejadian dengan TIDAK BERSYUKUR ? Keputusan bersikap itu sebagai bentuk ujian dari Allah "seberapa besar keimanan kita", syukur atau kufur.
Alhamdulillahi rabbila alamin, Engkau telah beri kami pemahaman dan berbagi buat sesama, terutama buat kami sendiri untuk menyempurnakannya. AMin

Bersyukur 11, Uang segalanya ... kok sulitnya "melupakan sebentar"

Sisi lain dan sudah menjadi fakta hidup kita adalah UANG bisa merubah segala hal. Sebagai bentuk nasehat yang baik dan benar adalah UAng tidak penting tapi kita butuhkan. Terus apa hubungannya dengan syukur ? Orientasi syukur kita selalu mengharapkan balasan tambahan nikmat dan tambahan nikmat itu adalah uang, begitu sulit kondisi kita lupakan sejenak. Semua orang yang belum mendapatkan uang yang lebih berkata," yang bilang uang itu tidak penting karena mereka sudah banyak uang".
Tapi ... bisa jadi dulunya memang kita pernah mengalami apa yang sudah kita lakukan sebagai bentuk syukur dengan IKHLAS tanpa mengharapkan UANG. Dan hasilnya memang membahagiakan,"senang" yang bisa juga kita berujung "memperoleh balasan UANG yang membahagiakan". Beginilah sebaiknya kita bersikap bersyukur atau bersikap terhadap UANG. Kondisi ini menambah keyakinan atau iman kita kepada Allah yang telah memberikan "bersyukur" sebagai implementasi iman, 
1. percaya cara beriman (bersyukur) adalah cara terbaik yang berbuah kebaikan, 
2. percaya kepada janji Allah untuk bisa sabar dan istiqamah dalam mengerjakan syukur, 
3. percaya pula bahwa selalu ada godaan yang selalu ingin menghalau rasa syukur itu, 
4. dan percaya pula bahwa keinginan yang kuat dari kita untuk tetap mengerjakan syukur itu MENDAPAT bimbingan dan pertolongan dari Allah.
Susahnya ? memang berat, tapi yuuk kita selalu fokus pada syukur BUKAN orientasi hasil (UANG). Insya Allah semakin hari semakin terbiasa untuk membentuk karakter kita sebagai hamba yang bersyukur.
Alhamdulillahi rabbil alamin, Engkau telah dan terus membimbingku untuk selalu bersyukur dengan apa yang bisa saya lakukan. Hanya dan hanya bersyukur dan Hanya Engkaulah yang berhak untuk "membalas itu smeua" tanpa membuat saya tergoda untuk banyak berharap.

Friday, March 15, 2013

Kultum Subuh hari ini, Berdoa punya konsekuensi

Dalam kultum subuh hari ini, kami memahami ayat Al Baqarah, surah ke-2 ayat 186, Allah berfirman :

186. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran

ayat ini mempunyai asbabun Nuzulnya sebagai berikut ;
Ayat ini turun berkenaan dengan datangnya seorang Arab Badui kepada Nabi SAW yang bertanya: "Apakah Tuhan kita itu dekat, sehingga kami dapat munajat/memohon kepada-Nya, atau jauh, sehingga kami harus menyeru-Nya?" Nabi SAW terdiam, hingga turunlah ayat ini (S. 2: 186) sebagai jawaban terhadap pertanyaan itu.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Marduwaih, Abussyaikh dan lain-lainnya dari beberapa jalan, dari Jarir bin Abdul Hamid, dari Abdah as-Sajastani, dari as-Shalt bin Hakim bin Mu'awiyah bin Jaidah, dari bapaknya yang bersumber dari datuknya.)
Menurut riwayat lain, ayat ini (S. 2: 186) turun sebagai jawaban terhadap beberapa shahabat yang bertanya kepada Nabi SAW: "Dimanakah Tuhan kita?" 
(Diriwayatkan oleh 'Abdurrazzaq dari Hasan, tetapi ada sumber-sumber lain yang memperkuatnya. Hadits ini mursal.)
Menurut riwayat lain, ayat ini (S. 2: 186) turun berkenaan dengan sabda Rasulullah SAW: "Janganlah kalian berkecil hati dalam berdoa, karena Allah SWT telah berfirman "Ud'uni astajib lakum" yang artinya berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya) (S. 40. 60). Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Wahai Rasulullah! Apakah Tuhan mendengar doa kita atau bagaimana?" Sebagai jawabannya, turunlah ayat ini (S. 2: 186) 
(Diriwayatkan oleh Ibnu 'Asakir yang bersumber dari Ali.) Menurut riwayat lain, setelah turun ayat "Waqala rabbukum ud'uni astajib lakum" yang artinya berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya (S. 40: 60), para shahabat tidak mengetahui bilamana yang tepat untuk berdoa. Maka turunlah ayat ini (S. 2: 186) 
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari 'Atha bin abi Rabah.) 

Apa hikmahnya ? Yukk saat kita berdoa atau memohon kepada Allah menunjukkan kita meminta izin untuk mendapatkannya. Apakah kita menunggu untuk mendapatkannya ? seperti terungkap dalam ayat di atas "Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku". Tentu ada lanjutan dari kalimat ini yanng merupakan konsekuensinya yaitu " maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran". apa konsekuensi itu ?
Memenuhi segala perintah Allah yang menuju dan menguatkan iman kita DAN memelihara diri selalu dalan jalan yang benar (istiqamah). Misalkan kita berdoa "meminta rezeki", maka konsekuensi kita adalah
1. Bekerja (beramal shaleh) apa saja yang mampu menguatkan iman kita
2. Selalu memelihara pikiran, sikap dan perbuatan yang mendukung apa yang kita kerjakan YANG SESUAI  JALAN ALLAH.
3. Semua yang kita lakukan itu mesti DIYAKINI atau IMAN kepada Allah. Berdoa dengan yakin dan YAKIN pula dalam beramal shaleh.
Sudahkah kita melakukannnya ? Apakah kita berdoa lalu menunggu pemberian dari Allah ? Berdoa apa saja boleh dan alangkah baiknya kita berdoa dan melakukan konsekuensinya. Insya Allah, ALLAH lah yang punya HAK mutlak mengabulankannya dan berharaplah dan cemaslah (H2C) dalam berdoa.
Alhamdulillahi rabbil alamin, Insya Allah semua hal di atas menjadikan kami mampu menyempurnakannya amalan di atas. Amin

Bersyukur 10, Sudahkan kita mensyukuri nikmat iman ??

Tak disadari bahwa bersyukur itu menjadi biasa untuk menunggu nikmat yang datang dulu, makna lain yang tersirat adalah kita belum mampu melihat dan memahami nikmat yang ada pada diri kita. Yuuk kita melihat nikmat itu dengan jelas, apakah sudah mampu bersyukur ?
1. Nikmat iman ... tidak semua orang mendapatkannya karena iman itu terjadi siizin Allah, artinya kita menjadi muslim saat ini karena pemberian Allah swt. Kalau ini sudah kita pahami maka tanyakan pada diri kita ini apakah kita sudah bersyukur ? Secara lisan sudah kita lakukan, tapi kan tidak semudah itu bersyukur yang dimaksud oleh Allah.
a. Kalaulah iman itu kita mau syukuri, apakah iman kita telah bertambah seiring waktu ? atau bisa jadi dari sudut pandangan lain ujian yang kita terima semakin besar ? Kalau iya maka bisa jadi kita sudah berada dalam track yang benar dalam bersyukur terhadap iman
b. pernahkah kita memikirkan untuk meningkatkan iman kita dengan berbagai cara yang didasarkan proses belajar dan praktek yang disengaja ? Sepertinya hal ini tidak kita lakukan dan semua berjalan seperti biasa saja. Bila ada kejadian khusus yang cenderung memberikan efek buruk pada kita, maka kita pun hanya mengembalikan keimanan itu sendiri dengan menambah kuantitas dan kualitas yang pernah kita lakukan, setelah kejadian itu berlalu maka kita pun seakan lupa lagi dengan iman itu untuk disyukuri.
c. bisa jadi kita hanya TAHU iman itu sebagai percaya kepada Allah dan "tidak tahu" cabang iman itu sendiri sehingga kita pun memang kita bisa meningkatkan iman karena tidak tahu pula apa yang harus diperbuat. Maka seringkali kita percaya tapi tidak menunjukkan sikap dan perilaku orang yang beriman. Bahkan seringkali kita melihat pada diri kita sendiri atau orang lain DENGAN SHALAT atau IBADAH lainnya pun kok kita tidak seperti orang beriman, karena banyak hal yang merendahkan iman itu sendiri,"sudah shalat kok masih ini dan itu". Padahal dalam Al Qur'an dikatakan bahwa shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar.
d. Kita pun jarang mau melihat potensi atau nikmat yang kita miliki untuk DIMANFAATkan agar memperoleh NILAI TAMBAH sebagai bentuk kesadaran diri untuk bersyukur. Yang ada adalah kita MELAKUKAN/MENGERJAKAN sesuatu agar kita menjadi lebih kaya untuk MEMENUHI kehidupan kita yang lebih BAIK. Potensi/nikmat itu tertutupi oleh KEINGINAN kita yang berorientasi DUNIA/MATERI atau UANG, yang membuat kita selalu berdoa pada HASIL dengan memohon diberikan rezeki, kebahagian dan kesuksesan. Salahkah ini ? Tidak, tapi mejadi lebih pantas dengan menjadikan kita orang yanng bersyukur maka Allah CUKUPkan kehidupan kita dengan nikmat atau kebaikan dari apa yang kita lakukan.
e. Bersyukur hanya "citra diri" saja maka kita pun hanya mengandalkan bersyukur dalam lisan dengan ucapan khsuyuk,"Alhamdulillahi rabbil alamin" saat kita menerima sesuatu dari orang lain. Bisa jadi kita tak pernah mengucapkan "Alhamdulillahi rabbila alamin" setelah mampu beribadah dan membantu orang lain atau dimudahkan dalam suatu urusan.
f. dan banyak lagi hal yang bisa jadi belum terpikir oleh kami TAPI Anda pikirkan .. BUkankah ini juga  ????

Kita hanya melihat satu aspek bersyukur atas iman kita yang menjadi dasar dalam kehidupan kita di dunia ini. Sepertinya memang kita cenderung memisahkan urusan dunia dengan kualitas iman kita untuk disyukuri, "iman bisa naik tapi keduniaan kitapun naik"
Alhamdulillahi rabbil alamin .... Insya Allah tulisan kami ini mampu menjadikan kami semakin baik dalam bersyukur atas iman yang telah ENGKAU berikan/izinkan. Amin

Thursday, March 14, 2013

Penyakit = Tindakan Buruk = DOsa

Berpikir tentang dosa, ya sesuatu yang dilarang kita langgar. Hanya itu, tapi juga ada balasan atas dosa itu. Dan seiring waktu dosa itu sudah menjadi biasa dan kita tidak meras berbuat dosa lagi yang faktanya kita telah berbuat dosa.

Terus apa hubungannya dosa dan penyakit ? Penyakit merupakan respon tubuh terhadap ketidakseimbangan dalam metabolisme tubuh. Salah satu contoh adalah mata yang merah karena kelelahan yang seharusnya kita istirahat. Bila kondisi ini kita teruskan maka mata kita menjadi bengkak. penyakit yang kita bilang sebagai penyakit adalah pikiran yang menyuruh untuk terus bekerja melawan tubuh memerlukan istirahat. Sesuatu yang dipaksakan yang menyebabkan tubuh merasakan sakit. sakit yang dirasakan sedikit demi sedikit ini sepanjang hidup kita membuat gejala fisik (sakit) dan juga membuat perubahan perilaku akibat fisik yang berubah. sebagai contoh berbohong adalah penyakit yang memaksakan mulut berbicara negatif yang membuat mulut berbicara sesuai rekayasa pikiran ... membentuk mulut tersenyum tidak alami yang selanjutnya membuat perilaku kita menjadi suka bohong karena terbentuknya mulut. Contoh lainnya adalah tubuh yang tiduran sedang membaca pun cenderung membuat tubuh malas sehingga kita tertidur.

Berbuat dosa adalah perbuatan buruk DAN perbuatan melawan energi kebaikan yang datangnya dari Allah. Kok bisa ? Mari kita telusuri, tubuh ini terdiri dari kumpulan organ tubuh (tangan, otak, kaki dan sebagainya. Organ tubuh itu terbentuk dari jutaan jaringan yang terdiri pula dari kumpulan molekul. Setiap molekul terdiri dari aton dan yang juga merupakan kumpulan quark (ukuran atom terkecil). nah mulai dari atom terkecil inilah Allah menghidupi kita yaitu setiap atom bergerak selama 24 jam (selama kita bernyawa) yang akhirnya membuat stand by organ tubuh untuk siap melakukan sesuatu, artinya pergerakan dari Allah adalah energi Allah yang berlaku sunatullah untuk berbuat kebaikan. energi kebaikan bila kita diam atau melawan energi kebaikan dengan keinginan (berasal dari pikiran) yang cenderung buruk maka tubuh merasakan sakit akibat konflik tersebut. keinginan itu yang cenderung buruk sebagai energi buruk bila sedang menurun dan tidak ada maka saat itulah energi kebaikan itu bisa terjadi, sebagai contoh kebohongan itu terungkap saat kita tidak SIAP lagi untuk berekayasa mengalihkan/melawan energi kebaikan, yang ada kejujuran. Dalam kehidupan sehari-hari ... bila sama anak kita,"bilang sama si A ayah tidak di rumah" dan si anak yang masih mempunyai energi kebaikan menjawab,"kok ayah bohong"  lalu kita pun bisa urung untuk berbohong karena malu (energi kebaikan) dari anak kta. Atau yang terjadi anak kita ikut berbohong, maka energi kebaikan dari anak kita pun kalah dengan energi rekayasa dari kita. dan di lain waktu kita lupa dengan berbohong (tidak fokus lagi dengan kebohongan tadi) maka kita bisa berbicara yang benar sebagai energi kebaikan yang tidak bisa ditahan terungkap lewat pembicaraan kita kepada si A, "oh ya kemarin saya ada di rumah kok".

Sekuat apapun keinginan kita yang kita rekayasa untuk melawan atau mengalihkan atau membelokkan energi kebaikan yang datangnya dari Allah, PASTILAH kita kalah. Bayangkan karena keinginan kita untuk mencari uang dengan tidak tidur semalaman, maka kita pun kalah menjadi smekain lemah dan tertidur juga dan sisa kekuatan kita melawan selalu berbuah kesakitan. Maka boleh jadi penyakit itu memberikan sinyal kepada kita :
1. Peringatan bahwa kita itu mempunyai energi yang salah/buruk.
2. Bisa jadi keinginan itu BAIK atau energi yang baik, tapi karena caranya yang belum tepat, maka membuka mata kita untuk belajar lebih baik lagi.
3. Hal lain bisa juga Allah ingin memberikan kita obat (solusi atasa kesalahan daroi energi buruk) untuk mengobati orang lain lewat kita yang mengalaminya.
4. Dijadikan kita sebagai orang yang diwakilkan Allah untuk dijadikan cermin buat orang lain yang mampu merubah orang lain menjadi baik.
5. Bisa jadi hal lain yang belum terpikir oleh kita dan kita ketahui setelah melewatinya (mengambil hikmah dari kejadian kita sendiri).
Alhamdulillah ya Allah hanya karena Engakau saya dapat menuangkan tulisan ini agar saya menjadi lebih baik lagi dan bisa menjadi wawasan atau inspirasi bagi yang membaca. Amin



   

Sunday, March 10, 2013

Bersyukur 9, Tawar nenawar ??

Tanpa kita sadari bahwa bersyukur seperti halnya jual-beli. Kok bisa ? Ada ungkapan yang pernah kita ucapkan tanpa sadar,"kalau ada saya tambah bersyukur". Sekilas tidak ada yang salah. BUt bila kita renungkan lebih dalam, maka kita seperti menawar kalau Allah kasih saya lebih maka saya mau bersyukur lebih berkualitas (lebih banyak). apa yang terjadi ? Kita berkomunikasi dengan Allah, kalau Allah kasih maka kita baru mau. Posisi bargaining ini tidak pantas bagi kita sebagai hamba Allah, dimana memang kita bisa berkehendak tapi hal itu jadi kesalahan fatal. Allahlah yang berkehendak bahwa bila hambaNYA bersyukur maka Aku tambahkan nikmat.
lalu apa ynng harus kita lakukan ? memohon maaf an ampun kepada Allah atas sikap dan perilaku kita tersebut di atas. Dan yang pantas dan seharusnya kita lakukan adalah benar-benar bersyukur atas nikmat yang telah diberikan dan kalau tidak bersyukur kitapun memperoleh balasanNYA. Dan jangan sampai pula bahwa kita sudah berharap balasan nikmatNYA atas apa yang kita lakukan daam bersyukur. Balasan itu HAK Allah dan kita hanya berhak memohon agar apa yang kita inginkan sesuai dengan apa yang Allah berikan sebagai balasanNYA.
Semoga penjelasan ini dapat menjadi inspirasi kita dalam memperbaiki sikap dan cara kita bersyukur. Ya, Allah janjiMU benar, maka ajari dan mampukan kami untuk bersyukur dan hanya bersyukur. Amin

Friday, March 1, 2013

Syukur 8, Rekayasa syukur ?

Rasa syukur pasti menghasilkan kebaikan dan kalaupun belum kita peroleh kebaikan itu maka kita bisa menjadi sabar. dan sabar itu buah dari kebaikan.

Tuesday, February 26, 2013

Syukur 6, karyawan bersyukur 1

Menerapkan bersyukur sebagai karyawan dimulai dari :
1. Menerima dengan ikhlas "sewaktu" kita diterima sebagai katyawan pertama kali di perusahaan kita sekarang dan akibatnya bersyukur (rasa terima kasih) itu membuat kita ingin membalas semua dengan pekerjaan yang membuat perusahaan semakin meningkat
2. Sadari bahwa sebelum kita masuk kerja di perusahaan sekarang, dulunya kemampuan kita tidak seberapa dan sekarang kita sudah bisa ini dan sudah bisa itu. Maka bersyukurlah dengan kemampuan kita yang sudah berkembang itu untuk dipraktekkan di perusahaan kita sekarang
3. Dan bersyukur pula kalau kita menjadi "trouble maker" yang membuat perusahaan yang lambat berkembang dengan cara "keluar" dari perusahaan.
Mari kita perhatikan keterkaitan antara kita, perusahaan dan apakah kita sudah bersyukur ??
Apakah perusahaan menjadi semakin berkembang yang juga membawa kita kepada karir yang lebih baik ?? Bila ya, maka apa yang kita kerjakan atau team kerjakan membawa keberkahan bagi banyak orang (perusahaan). Dan bila terjadi salah satu menjadi lebih baik :
a. Diri kita semakin baik dalam karir tapi belum mampu membawa perubahan bagi perusahaan, maka kebersyukuran itu masih dalam lingkup personal. Lalu apa yang mesti kita lakukan ? Membawa banyak orang dalam visi yang sama dalam bersyukur.
b. dan sebaliknya, bila perusahaan menjadi semakin hebat (berkembang), tapi kita masih seperti itu-itu saja. Hal ini menunjukkan kita tertinggal dari gerbong (perusahaan), kita sendiri belum bersyukur .
c. Dan dapat kita ukur pula kualitatif, apakah ilmu, cara kerja, ketenangan hati, banyaknya rekan dan sebagainya ? kalau tidak bertambah, maka bersyukurnya kita masih rendah dan tidak bertambah. Sebaliknya  bila ya, maka teruskanlah cara yang sudah kita lakukan semakin baik lagi secara kualitas maupun kuantitas.

Sunday, February 24, 2013

mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran/kekuasaan Allah?

Dalam keseharian, kita tidak merasakan dan memandang bahwa kita ini mengakui (percaya) kepada kebesaran dan kekuasaan Allah, TAPI bila ditanya kita percaya pada kebesaran/kekuasaan Allah ? Jawabannya adalah SAYA PERCAYA. lalu bila kita membaca ayat 13 Surah Nuh ini, apa yang terpikir oleh kita ?


$¨B ö/ä3s9 Ÿw tbqã_ös? ¬! #Y$s%ur ÇÊÌÈ  
13. mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran/kekuasaan Allah?

dalami lebih lanjut pertanyaan dari ayat di atas adalah mempertanyakan apa yang sebenarnya yang kita percayai ? Hanya lisan dan pemahaman saja tanpa mempraktekkannya.
Coba kita renungkan :
Kita percaya kebesaran/kekuasaan Allah ... misalkan Allah menciptakan malam dan siang seperti pada ayat berikut ini masih dalam surah NUh

Ÿ@yèy_ur tyJs)ø9$# £`ÍkŽÏù #YqçR Ÿ@yèy_ur }§ôJ¤±9$# %[`#uŽÅ  ÇÊÏÈ  
16. dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita?

Kita masih percaya di lisan dan pemahaman saja tanpa mengamalkannya. bagaimana keimanan itu terwujud dalam tindakan (amal shaleh).
1. Kita mesti mampu mengatur aktivitas kita agar tibanya malam kita sudah siap memasuki suasana malam. Maka bila waktu itu tidak cukup pada siang hari, maka dapat dilanjutkan keesokan hari tanpa memaksa untuk mengerjakannya di malam hari yang telah menyita haknya tubuh dalam beristirahat. lalu agar kita mampu mengelola itu semua dengan cara menambah ilmu agar apa yang kita kerjakan dap[at dikerjakan lebih cepat dan lebih berkualitas.
2. Kita menanti malam dengan senang hati BUKAN merasa capek/terpaksa sehingga malam itu tidak dapat kita nikmati (berjalan seperti apa adanya). Bukankah dengan adanya malam membuat kita dimampukan oleh Allah di pagi hari dengan kondisi yang lebih baik. Kitakah yang berkuasa melakukannya ? Tidak, maka dari itu sambutlah malam sebagai bekal kita untuk bekerja di siang hari.
3, Kita pun mesti mampu melihat, menyadari, merasakan dan mengakui semua dibalik kekuasaan Allah dalam menciptakan siang dan malam yang terjadi berulang-ulang dan diatur secara harmonis. maka tidak mengeluh kita berhenti bekerja karena datangnya malam dan mengeluh datangnya siang karena waktu istirahat kita tidak cukup.
4. dan banyak hal lain yang mampu kita sikapi dan kerjakan dalam MEMPERCAYAI KEKUASAAN ALLAH.

dengan penjelasan di atas, semoga menjadi wawasan ilmu yang mampu meningkatkan keimanan kita kepada Allah swt. 




Saturday, February 23, 2013

Syukur 5, syukur vs mimpi

Telur dan ayam, mana yang lebih dulu ? Banyak mengatakan semaunya kita, kalau kita bilang ayam ya benar dan bila kita bilang telur ya benar juga. Mengacu pada penciptaan manusia, maka bisa jadi ayam yang lebih dulu. Analog dengan cerita ayam dan telur, mana yang lebih penting ... bersyukur dapat nikmat atau memimpi kan nikmat baru bersyukur.
Mari kita selami makna, bermimpi yang mendorong kita bekerja (bersyukur) dengan memanfaatkan apa yang kita miliki. Dalam banyak kasus seringkali kondisi menimbulkan tekanan pada diri manusia karena harus mengejar mimpi itu, kalau tercapai ya bagus (tapi kita sudah mengalami perubahan fisik dan psikis karena tekanan) dan kalau tidak tercapai semakin membuat kita sangat tertekan atau bisa juga semakin mendorong untuk mencapainya (tapi kondisi tubuh semakin tertekan).
Sebaliknya bila kita bersyukur dengan niat selalu melakukan perubahan untuk menjadi lebih baik berdasarkan apa yang kita miliki, di saat itulah kita mampu memprediksi apa yang ingin kita capai (bisa juga berupa mimpi kita tapi bisa juga tidak). Kondisi ini kita bekerja tanpa beban dan dilingkupi perasaan senang.  hal ini mampu memberikan atau mengoptimalkan kinerja kerja kita, dimana bila tercapai apa yang kita prediksi (kita inginkan) maka muncul kebaikan berupa ungkapan rasa syukur yang luar biasa yang tertuju kepada Allah (sang Pencipta). Dan sebagai rasa syukur, kita pun terpancing untuk berbagi atas nikmat yang kita terima.
dari penjelasan di atas, boleh-boleh saja kita bermimpi tinggi lalu jangan sampai menjadi beban yang memberatkan sehingga tubuh menjadi tidak sehat. Kalaupun kita ingin bermimpi, maka buatlah mimpi itu menjadi realistik dengan apa yang kita miliki. Maka jauh lebih penting bagi kita saat ini, menyadari apa yang kita miliki dan kemampuan apa yang kita bisa daripada kita membuat mimpi yang tidak berakar atas nikmat yang kita miliki.

Syukur 4, Sudahkah kita bersyukur ?

Ada banyak hal yang kita temukan, dan hampir 99% menyatakan sudah bersyukur dan bahkan disetiap penceramah mengawali pesan ceramahnya untuk bersyukur. menurut kami apa yang dibilang bersyukur itu baru ada di lisan saja, yang tidak didasari iman dan Action (bekerja teru-menerus memperbaiki).
1. Seorang karyawan bilang, "bersyukur aja dengan gaji yang kita terima" dan setiap menerima gaji mengucapkan,"Alhamdulillah". dan karyawan ini setiap tahun pendapatannya biasa-biasa hanya naik karena naiknya gaji tahunan. Orang inipun masih mengerjakan pekerjaan yang sama dan cara yang sama. Dan apa yang dilakukannya ? Mengurangi pengeluaran, misalkan makan yang lebih murah yang tadinya nasi padang sekarang makan nasi warteg, mengeluarkan uang yang perlu-perlu saja. Apa yang dilakukan untuk menurupi kekurangannya ? Biasanya banyak karyawan pindah perusahaan.              
2. Dalam keluarga, suami-isteri mensyukuri pendapatan yang diterima dengan menghemat pengeluaran, meminimal makan dan tidak banyak neko-neko. bagi beberapa orang mereka mampu mengolah bahan makanan yang  murah untuk dimakan dan bisa jadi enak.
Dari dua contoh di atas, yang pasti bahasa bersyukurnya seperti terpaksa (menerima keadaan saja) karena memang sudah begitu dan menganggap semua pendapatan itu bergantung kepada orang lain (yang memberi) sehingga memaksa dia menggunakan saja apa yang ada (pendapatan yang diterima). dan biasanya kondisi ini tidak membuat orang itu untuk memperbaiki keadaaan tersebut. Dan seringkali mereka ini suka mengeluh dan curhat ke teman dengan "menuduh" orang yang memberi itu "pelitlah".
bagaimana mengukur syukur kita ?
a. mampukah kita melihat potensi yang ada pada diri kita sebagai pemberian Allah sebagai bentuk iman kita kepada Allah ? 
b. apakah lisan bersyukur ("Alhamdulillah") itu sudah terucap dari iman yang benar ? Kita sudah menganggap bahwa apa yng kita terima itu berasal dari Allah lewat perantara orang lain. Sehingga lisan terima kasih itu betul-betul kepada Allah dan tentunya kepada orang yang memberi kepada kita.
c. sebagai bentuk terima kasih kita dengan menerima sesuatu (pendapatan) dari orang lain, maka kita pun melakukan perbuatan yang menyenangkan orang tersebut dan tentunya dengan lebih baik. Sebagai karyawan berarti kita mesti belajar untuk melakukan pekerjaan kita dengan lebih baik lagi, secara kualitas dan kuantitas. Mengerjakan dengan cara yang hebat (yang pasti lebih cepat dan lebih baik hasilnya) dan mengerjakan dengan frekuensi yang banyak. Selain itu balasan yang lebih baik itu pun kita tingkatkan dengan meningkatkan ibadah kepada Allah dengan frekuensi yang lebih banyak dan semakin khsuyuk.
Ketiga indikator ini bisa membantu kita mengukur kualitas syukur kita ?? Ketiganya mesti saling terkait dan tidak bisa hanya mengukur 1 point saja.
Sebenarnya bersyukur pun "tidak perlu" mengumbar bahwa "saya sudah bersyukur", tapi jauh lebih baik kita tunjukkan dengan perbuatan. Bisa jadi saat kita berucap "sudah bersyukur" itulah cara sikap untuk "menutupi" bahwa kita belum mampu bersyukur dalam hati, lisn dan tindakan, alias kita tidak berdaya atau terpaksa menerima keadaan.



Friday, February 22, 2013

Syukur 3, NATO Belum Syukur

NATO yang dimaksud adalah No Action Talk Only, apakah hanya berterima kasih cukup disebut bersyukur ? Mari kita pahami penjelasan berikut ini, Dalam literatur agama dikatakan bahwa syukur itu terdiri dari 3 unsur yaitu :
1. Diawali keyakinan dalam hari - syukur untuk diyakini sebagai langkah keimanan kepada Allah. Karena kita tahu dan paham bahwa nikmat yang kita terima dari Allah dan kebaikan Allah, maka muncullah iman itu yang membuat kita bersyukur dengan hati.
2. Terucap dalam lisan sebagai bentuk ungkapan kepada Allah dan sekaligus kepada perantara (orang lain), mengucapkan terima kasih kepada orang yang telah membantu kita. Dengan iman yang sudah ada di hati mampu mendorong kita untuk memuji dan berterima kasih atas apa yang kita yakini datangnya dari Allah.
3. Melakukan aktivitas yang memberi nilai tambah (keberkahan) bagi kita dan orang sekitar kita. Tak lengkap syukur itu hanya sebatas lisan saja.
Pengertian syukur di atas merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, Tidak ada bersyukur hanya lisan saja (mengucapkan "terima kasih atau Alhamdulillah saja") tanpa Amal Shaleh atau Action.
Mengacu dari tafsiran syukur sebelum, syukur adalah bekerja yang bermnafaat sehingga memberi nilai lebih dari hasilnya (ditambahnya nikmat oleh Allah). maka dapat kita rumuskan bahwa jika kita bersyukur adalah ada keyakinan (iman) kepada Allah terhadap nikmat yang kita terima yang memunculkan niat baik untuk beramal shaleh (Action) yang seiring dengan perkataan yang baik.
dalam kata "terima kasih" dapat dimaknai bahwa "terima" merupakan apa yang kita terima dari Allah berupa nikmat yang langsung maupun lewat perantara orang lain dan kata "kasih" dimaknai sebagai bentuk balasan atas apa yang kita terima dengan amal shaleh (action).
Demikian juga kami memaknai kata "thanks you" merupakan ungkapan terima kasih kepada "you" yang ditafsirkan kepada Anda, Anda dan Anda ... orang yang memberi kebaikan kepada kita dan memberikan balsan kepada siapa pun kepada orang di sekitar kita.
Selain itu SYUKUR tidak bisa kita baca tanpa "U" (dibaca you), artinya mempunyai nilai sosial bahwa tidak terjadi sykur itu tanpa ada orang lain (you "U"), maka syukur mengjaari kita untuk bermasyarakat yang saling menguntungkan.

Thursday, February 21, 2013

Syukur 2, apa itu syukur ?

Kami memberanikan untuk menafsirkan kata syukur dari ayat Ibrahim : 7, "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."
1. Ada dua tipe orang yaitu yang bersyukur dan ada pula yang tidak bersyukur
2. Jika kamu bersyukur ... bersyukur tehadap apa ? terhadap nikmat yang telah diberikan. Artinya kita ini sudah diberikan nikmat atau modal baik berupa tubuh ini yang berisi mesin yang bisa digerakkan untuk mengolah nikmat lain di luar tubuh kita yaitu alam.
3. Orang yang bersyukur itu pasti mampu melihat, tahu dan memahami nikmatnya, orang yang tidak mampu melihat nikmat (kemampuannya) seperti kebanyakan orang yang suka mengeluh sehingga yang dilihat hanya keburukan dari apa yang dimilkinya. demikian juga ada orang yang tahu tapi tidak mau memanfaatkan (tidak ada Action atau Amal).
4. Bersyukur itu adalah bekerja dengan memaksimalkan pikiran, tubuh, perasaan sebagai mesin untuk memanfaatkan alam disekitar kita menjadi sesuatu yang punya nilai tambah yang memberi kebaikan. mengapa demikian ? Ada orang yang bekerja saja tanpa nilai kebaikan (tidak memberi kebaikan kepada orang di sekitarnya), maka bisa jadi kebaikan untuk dirinya sendiri pun tidak bertambah. maka bekerja itu mempunyai niat yang baik dan dikerjakan dengan cara yang baik pula. Tentu hasilnya pun baik berupa ditambahkan nikmat, artinya bekerja yang seperti itu bisa menambah kebaikan berupa tambah materi/untung, tambah sehat, tambah amalnya, tambah tenteram, tambah teman, tambah yang lainnya.
5. Apakah bersyukur mengenal batas waktu (selesai) ? Tidak ada, saat kita berhenti bersyukur berarti kita kufur (tidak bersyukur). maka yang kita peroleh adalah bersyukur terpenuhi nikmat lalu saat kufur nikmat itu bisa hilang. Tidak ada manusia yang seperti itu, maunya bertambah terus nikmatnya .. artinya bersyukur itu terus-menerus. Bekerja terus-menerus sudah bersyukur ? Belum tentu, bersyukur itu bekerja dari hari ke hari menunjukkan nilai tambah yang semakin meningkat. Misalkan bulan ini bisa membeli singkong, bulan besok bisa membeli dan mengolah jadi singkong goreng selanjut jadi keripik dan menjadi lagi keripik balado/pedas dan seterus mampu menjual dengan jaringan yang besar dan banyak. itulah yang dinamai improvement yang berkelanjutan seiring waktu yang dikenal dengan kaizen, PDCA, Six Sigma dan telah menjadi teori manajemen modern. dan semua manajemen modern menerapkan prinsip bersyukur. Organisasi yang sukses dan bertahan terus mempunyai misi atau niat yang baik dan dilakukan dengan cara yang  baik pula.
6. Tapi sebaliknya orang yang sudah diberikan nikmat lalu mengingkarinya, tidak mau bekerja dengan kebaikan (asal kerja saja), banyak mengeluh, diam menunggu kebaikan dari orang lain (meminta-minta), iri dan sejenisnya atau dengan kata lain tidak bersyukur seperti point di atas maka yang diperoleh adalah adzab yang merepresntasikan balasan yang buruk berupa penderitaan, kesengsaraan, kesusahan, kesulitan dan sebagainya.
7. HAnya Ada dua pilihan bersyukur atau kufur (tidak bersyukur), dengan kata lain ada yang sukses dan ada yang gagal.  
Nikmat awal = Apa yang ada pada diri kita dan alam sekitar kita
Bersyukur = Nikmat awal + nikmat baru
Tidak bersyukur = 0 bahkan Negatif (masuk neraka) atau meniadakan apa yang ada pada dirinya

Jadi perkara syukur bukan sekedar urusan agama yang mengajari kita berterima kasih, tapi mengajari kita banyal hal yang PASTI bermanfaat bagi kita. Sebenarnya tidak ada pilihan, karena kita tidak mau menderita (menerima adzab) maka kita memilih bersyukur. Bersyukur itu memerlukan proses dan waktu, maka mulailah dengan mencari tahu ilmunya dan mempraktekkannya, lalu mengevaluasi dan memperbaikinya.

Alhamdulillahi  rabbil alamin ... ilmuMU dapat kami peroleh dan semoga menjadi amalan kami dan bermanfaat bagi semua. Amin

Tuesday, February 19, 2013

Syukur 1, Memulai ...

Ada banyak hal yang ingin kita dapatkan dan ada banyak cara untuk mendapatkan, TAPI hanya ada satu semua itu terjadi dengan MEMULAI. Lalu apa ya ?
Keinginanku untuk menulis buku BUKAN hanya sekedar, saat keinginan itu menguat maka apapun sudah kulakukan. Ya menulis ... menguatkan niat setiap hari untuk menulis dan terjadi hanya sekian bulan lalu hilang .... juga sudah mencatat dalam buku impian .... ikut kursus menulis.... kerangka buku pun sudah dibuat .... dan banyak lagi BUT BUKU itu tak pernah ada.
Hari ini saya hanya ingin menjadikan semua itu terjadi, maka mulailah.
Ide buku yang ingin saya tulis adalah pengalaman dan pemahaman dalam hidup dan juga sebetulnya sebagai bentuk protes juga untuk mereka yang berlindung dari apa yang ingin saya tulis.
Materinya adalah SYUKUR atau bersyukur, maka muncullah ingin memberi judul Manajemen Syukur, Berani syukur SIAP KAYA, Kaizennya Islam .. bersyukur, Bersyukur siapa takut ?
keinginan ini merupakan ungkapan perasaan tentang syukur karena ada kekuatan untuk mewujudkan bahwa Islam itu mudah dan Islam itu Luar biasa. Mengapa syukur ? Kok nggak Sabar atau Ikhlas dan sebagainya ? Tidak ada jawaban yang pasti ... yang ada adalah semua yang ingin saya tulis ini merupakan sikap keinginan tahuan dan kok saya udah bersyukur tapi nggak sesuai hasilnya. Dan yang pasti semua yang kutulis hari ini adalah rahmat dari Allah.
Tak ingin meras lebih hebat, saya mulailah untuk mengutip ayat Ibrahim, 14 : 7. Bila kamu bersyukur maka AKU tambahkan nikmatKU dan bila kita tidak bersyukur maka tunggulah adzabKU". Pertanyaan menggelitik adalah semua orang sudah merasa bersyukur dan seharusnya mereka sudah memperoleh nikmat yang banyak ..tapi mengapa kita hanya seperti ini ??? Kurang iya, tapi lebih juga TIDAK. salahkah syukur kita ? Kita jawab kita sudah bersyukur kok dengan BENAR, " Alhamdulillahi rabbil alamin" menjadi ucapan wajib saat kita menerima sesuatu dan bahkan kita hidup dalam kesederhanaan (tidak boros) ATAU memang kita ini merasa pede bahwa kita sedang diuji oleh Allah swt dengan pemberian nikmat yang sedikit.
Tafsir lain dari ayat di atas adalah mau bersyukur berarti banyak nikmat (kaya), bisa kaya hati atau kaya kehidupan dunia ... ada ide judul BERANI SYUKUR SIAP KAYA. Kata berani sebagai bentuk kesengajaan yang didorong kekuatan yang luar biasa untuk menjalaninya dan hasilnya kita SIAP menerima nikmat. SIAP menunjukkan kita mempersiapkan kemampuan dan manajemen yang benar agar mampu menerima dan mengelola dengan ikhlas apapun nikmatnya.
Selain itu sampai hari ini saya sudah mempunyai materi pelatihan bersyukur dengan durasi 1 hari penuh agar pemahaman dari apa yang ingin saya tulis itu menjadi nyata dan mudah dipahami serta dipraktekkan oleh orang yang mengikutinya.
Yuuk berpikir bahwa tidak ada yang sempurna, maka saya menulis lagi untuk besok. Ditunggu ya komentarnya.

Sunday, February 17, 2013

Tidak ada yang sempurna

Seringkali kita mengatakan "tidak ada yang sempurna", tapi fakta berkata lain yaitu kita ingin sempurna. Dari hal yang sederhana sampai yang paling rumit. Soal makan saja, kita ingin yang paling enak, maka sikap yang baik adalah kita berusaha menemukan dan mencari makanan yang enak yang menyenangkan hati kita TANPA harus kecewa bila tidak mendapatkannya. Tapi sepanjang hidup kita ini ada kalanya enak dan banyak yang tidak enaknya. Yang jadi masalah adalah saat makan tidak enak kita menjadi kecewa dan protes sama yang masak atau makanan yang tidak bagus atau menyalahkan diri sendiri yang tak mampu membeli makanan yang enak dan sebagainya. Bukankah makan yang tidak enak itu merupakan perjalanan menuju kesempurnaan, artinya memang tidak ada makanan yang enak ("tidak ada yang sempurna"). kalau begitu mengapa kita mesti kecewa ? Karena kita telah membuat harapan atau angan-angan atau cita-cita yang disetting di kepala kita "saya mau makan enak" lalu pikiran itulah yang membuat kita kecewa karena  kenyataannya yang didapat tidak sesuai. Bisa jadi kekecewaan tersebut kita jadikan dorongan atau motivasi untuk menyempurnakannya untuk makan berikutnya. Baikkah itu ? Baik saja. Pola ini (pola harapan - kecewa - "sempurna" - harapan baru - kecewa lagi - "sempurna" dan seterusnya) membuat kesehatan terganggu secara psikis maupun fisik. Lalu bagaimana yang mesti kita lakukan atau bersikap ?
Oke, mari kita perhatikan sikap awal kita bahwa "tidak ada yang sempurna", maknanya 
1. Memang tidak ada yang sempurna (idealnya). makan yang enak itu yang kita sebut "sempurna" sebenarnya adalah ketidaksempurnaan, contoh saat kita makan enak, sebenarnya kita meniadakan atau tidak memperhatikan faktor lain, tempe yang kita makan di warung makan biasa menjadi enak karena kita tidak memperhatikan bahwa tempe itu sehat atau tidak. Mengapa begitu ? karena dilain waktu saat kita makan tempe dengan melihat cara mengolahnya (di warung itu) yang jorok, maka kitapun bilang,"iihh tempenya jijik dan ngga enak", padahal tempe yang sama pernah kita makan enak. Jadi "kesempurnaan" yang kita bilang itu adalah "ketidaksempurnaan" atau hanya sempurna dengan kondisi tertentu. Dengan kata lain kita mau menerima keadaaan (bersyukur) tertentu dengan "mengabaikan" hal lain .
2. Apa yang kita usahakan terus-menerus merupakan upaya kesempurnaan tiada akhir (sampai mati). Lalu mengapa kita mesti kecewa ? Maka sebenarnya hari demi hari yang kita lakukan adalah upaya perbaikan atau koreksi atas apa yang sudah kita lakukan, kondisi ini dikenal proses belajar. Proses belajar itu memberi suasana dan sikap menyenangkan. Inilah sikap yang mesti kita kembangkan terhadap apa yang sudah kita lakukan dan akan kita lakukan.
3. Kesempurnaan yang kita maksud adalah sempurna hanya faktor tertentu saja dengan mengabaikan faktor lain (alias "tidak ada yang sempurna"), artinya kita menetapkan suatu harapan pada faktor tertentu yang dibatasi waktu tertentu juga. yang menjadi pertanyaan adalah salahkah harapan itu ? atau salahkah waktu yang kita tetapkan itu ? Alangkah indahnya bila kita menetapkan target itu di ujung kematian kita dan menetapkan harapan yangsangat tinggi. maka kita terus berupaya mencapai itu semua sampai mati dan mengurangi kekecewaan yang seringkali membuat kita "bermasalah". Harapan yang tinggi dan waktu yang tidak pernah kita ketahui kapan terjadinya merupakan sebuah ketidakpastian yang mampu mendorong kita berusaha (motivator).
4. langkah lanjutan dari point 4 adalah kita mulai mengambangkan sikap menerima keadaan, menetapkan target-tagret hidup yang merupakan bagian dari tujuan hidup tertinggi yang kita inginkan dalam hidup ini, menerima kondisi waktu yang kita tetapkan agar mampu mendorong dan membuat kita fokus kepada apa yang kita kerjakan. Contoh nyata seperti keinginan bersilaturahmi dapat kita terjemahkan dan diwujudkan yang merupakan bagian dari silaturahmi yang sebenarnya dengan bertemu muka DENGAN menerima keadaan kita yang jauh dan hanya mempunyai handphone, maka untuk tetap bisa berkomunikasi (bagian dari silaturahmi) setiap hari atau setiap waktu yang kita inginkan (merupakan bagian dari waktu yang kita tetapkan untuk bersilaturahmi di hari Lebaran).
Terima kasih ya Allah yang telah memberiku pemahaman ini agar menjadi semakin baik dalam bertindak (beramal). semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita membacanya.

Saturday, January 5, 2013

Jika kesusahan, maka shalatlah

Al Qur'an memberi petunjuk atas persoalan kita atau petunjuk bagi kehidupan yang lebih baik. Kalau kita mengalami kesusahan, apa sih yang kita perbuat ?
Bisa jadi kita memikirkan persoalan itu dan mencari solusinya.
Bisa jadi kita meminta bantuan orang lain untuk membantu menyelesaikan persoalan kita
Bisa jadi kita merenungkan mengapa persoalan itu terjadi dengan mencari kesalahannya.
Bisa jadi kita menyalahkan orang lain atas apa yang kita alami.
Bisa jadi kita cuek dan larut rutinitas sehari-hari
Allah menuntun kita dalam surah Thahaa ayat 130 : 

130. Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang, (QS Thahaa, 20 : 130)

Langkah awal adalah bersabar dengan menenangkan diri kita atas persoalan yang kita hadapi (persoalan bisa terjadi karena perbuatan atau tindakan orang lain kepada kita, dimana kita tidak terima).
    
131. dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal (QS Thahaa, 20 : 131)
Persoalan atau kesusahan kita bisa juga disebabkan kita memfokuskan pandangan melihat kehidupan dunia yang menarik hati dari orang yang Allah lebihkan, sehingga kita memaksakan kehendak untuk memilikinya juga.


Dan selanjutnya kita bertasbih dengan memuji Allah lewat shalat.
   
132. dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa (QS Thahaa, 20 : 132)

Ibnu Hatim meriwayatkan dari Tsabit, dia mengatakan bahwa Rasulullahsaw, “apabila ditimpa suatu kesusahan, beliau memanggil keluarganya, seraya bersabda “Marilah shalat, marilah shalat” Tsabit berkata, “ Para nabi itu apabila ditimpa suatu kesulitan, mereka segera melaksanakan shalat”

Dan dalam bertasbih dan shalat mesti dilakukan dengan kesungguhan ;
Imam At Thirmidzi dan Ibnu Majah meriwayatkan sebuah hadist dari Abu Hurairah dari Nabi Saw bersabda,”Sesungguhnya Allah swt, curahkanlah segenap kemampuanmu untuk beribadah kepadaKU, niscaya Aku penuhi dadamu dengan rasa cukup dan aku tutupi kefakiranmu. Tetapi jika kamu tidak mengerjakannya Aku akan penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan aku tidak menutupi kefakiranmu.
Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, ia berkata “aku mendengar Nabi saw bersabda,”Barangsiapa yang menjadikan tujuannya hanya satu yaitu akhirat saja, niscaya Allah akan mencukupkan baginya kehidupan dunianya. Tetapi siapa yang tujuannya bercabang-cabang dalam urusan dunia saja, niscaya Allah tidak akan peduli kepadanya dilembah manapun dibumi ini dia binasa.

Dengan penjelasan di atas, mari kita meneladani nabi dan Rasul kita yaitu bila ada kesusahan maka mereka sabar dan shalat (bertasbih siang malam).



Thursday, January 3, 2013

Silaturahmi ...kok repot ??

Seringkali kita menterjemahkan silaturahmi itu lebih dekat dengan keluarga dan teman atau saudara jauh. Bahkan kita sering merencanakan untuk bersilaturahmi pada hari libur. Banyak hal yang menghambat kita mau bersilaturahmi, seperti kesibukan kantor dan kecapean. Kok jadi repotnya silaturahmi itu ? 
Terpikir oleh saya yang sedang mengikuti rapat atau meeting di kantor, dalam rapat itu kita bertemu dan berbagi dan tertawa serta menemukan solusi bersama. Kalau kita renungkan itulah silaturahmi yang sebenarnya. Mari kita selami beberapa hal berikut ini :
1. Silaturahmi itu merupakan pertemuan dengan niat baik, dan tidak ada kan dibatasi dengan siapa kita bertemu. Bisa dengan anak buah, teman atau bos atau bahkan konsumen, bisa berdua bisa bertiga dan seterusnya.
2. Silaturahmi itu aktivitas berkomunikasi yang positif kan, dan tidak ada batasan pembicaraan dalam silaturahmi.
3. Silaturahmu itu melakukan berbagi tawa, canda dan ilmu dan solusi dengan berempati. Bukankah dalam silaturahmi itu terjadi interaksi positif yang membuat semua merasa senang dengan pertemuan dan hasilnya.
4. Silaturahmi itu bisa terjadi kapan saja bUKAN. Saat briefing, memanggil bawah atau dipanggil atasan, bertanya kepada seseorang dan sebagainya. Itu kan terjadi setiap hari dalam pekerjaan kita.
5. Kalau sudah seperti di atas, bukankah kita sudah tidak membedakan ada urusan kantor dan ada urusan agama (akhirat). Artinya kita bekerja dilandasi niat ibadah, OK kan ?
Jadi mengapa mesti repot "ada silaturahmi ada meeting", ya meeting ya silaturahmi dan ya silaturahmi ya meeting.
Alhamdulillah saya diberi inspirasi dari apa yang saya lakukan dengan bimbingan Allah swt. Sepertinya mudahnya Islam itu untuk dijalankan. Silaturahmi itu bisa membuka pintu rezeki, berarti dalam bekerja hampir setiap hari kita mendapati pintu rezeki itu dan Insya Allah dengan usaha dan diizinkan Allah, rezeki itu mudah diraih.