Allah berfirman dalam Surah Al Anbiyaa, surah ke-21 ayat
66. Ibrahim berkata: Maka Mengapakah kamu menyembah selain Allah
sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi
mudharat kepada kamu?"
Mengingatkan kita bahwa beriman kepada Allah itu berarti menggantungkan atau menyerahkan diri kita kepada Allah dalam segala urusan. Tapi dalam kehidupan ini, kita banyak bergantung dan merasa sedih bila tidak mendapatkan uang, jabatan dan sebagainya. Bukankah hal ini menunjukkan bahwa kita mula dan segera menggantungkan kehidupan kita kepda kehidupan dunia berupa materi. maka Allah lewat cerita Ibrahim mengajak kita sendiri untuk introspeksi diri, apakah iman kita sekarang ini masih bersandar kepada Allah atau dunia.
Apakah kehidupan dunia ini (uang dan jabatan) mampu berbicara atau melihat sehingga mampu memberi petunjuk bagi kehidupan kita ? BUkankah kita sebagai manusia sudah mempunyai kekuatan itu ... mampu berpikir, melihat dan berbicara. Mengapa kita masih bergantung kepada dunia ?
Apa hikmahnya bagi kita ?
Sudah sepantasnyalah kita bersyukur atas nikmat iman dan nikmat sehat yang sampai
hari ini kita peroleh dengan izinNYA. Lalu sudahkah iman kita ini benar …
menjadikan Allah swt sebagai satu-satunya sembahan kita. Terkadang fakta tidak
sejalan antara iman kita dengan apa yang kita kerjakan. Maka kita sering merasa
atau seolah-olah sudah merasa beriman dengan apa yang sudah kita lakukan dan sepertinya
kita sudah beramal banyak. Akibatnya kita sudah merasa cukup (malas untuk
meningkatkan amal shaleh) dan tidak mau belajar atau mengevaluasi lagi terhadap
apa yang sudah kita kerjakan.
Untuk itu kita perlu menguji/mengevaluasi
dengan cerdas seperti yang diteladani oleh Nabi Ibrahim :
1.
Apakah kita bisa menerima kondisi bila harta, jabatan dan
sebagainya tidak ada lagi ?? Atau perhatikan apa yang terjadi saat kita
kehilangan ?
2.
Lanjutkan dengan pertanyaan, apakah semua yang kita miliki itu
bisa seperti kita .. berpikir, melihat, membaca, mendengar, menolong kita ?
Renungkan apakah patut kita menjadikan yang “tidak bernilai” itu sebagai tempat
kita bergantung ?
3.
Renungkan kembali … apakah apa yang kita miliki tersebut dapat
memberikan manfaat ? Kita jawab iya, misalkan dengan uang kita mampu membeli
apa saja. Tapi dibalik itu banyak keburukan yang muncul seperti bisa serakah,
sombong dan bahkan kurang atau hanya sedikit sedekahnya.
4.
Atau pernahkah harta dan sebagainya mampu menyelematkan kita
dari keburukan atau musibah ???
5.
Bahkan bila kita renungkan lebih dalam saat kita tidak memiliki
apa-apa, kondisi dimana kita mampu dekat dengan Allah, banyak waktu beribadah
dan beramal shaleh, bahagia dan lebih sering mendapatkan petunjuk yang benar.
Dan semua itu lebih banyak memberikan pendangan bahwa kita merasa yakin
Allahlah segalanya. Bandingkan saat kita memiliki mobil … bisa jadi kita ingin
menyombongkan mobil kita karena usah yang kita lakukan, yang terjadi adalah
waktu banyak dihabiskan untuk jalan-jalan dan belanja yang menuntut kita untuk
bekerja keras lagi untuk memiliki uang yang banyak agar bisa jalan-jalan. Tidak
ada lagi waktu untuk bersilaturahmi, sedikit saja untuk saling membantu,
sedikit pula untuk sedekah. Kondisi ini tidak banyak memberi kebaikan bagi
orang-orang di sekitar kita.
6.
Dalam ujian di atas atas kekurangan atau kehilangan yang kita
alami, pastilah ada godaan yang membuat kita tidak tahan terhadap kondisi itu.
Maka muncullah bisikan syetan untuk tetap menjadikan kita tergantung lagi kepada
materi, “bagaimana mau shalat kalau lapar ? atau bagaimana mau sedekah kalau
tidak ada uang banyak ?” dan sebagainya. Kekurangan atau kehilangan itu pun
seizing Allah yang dimaksudkan untuk menguji kita, apakah kita bisa melewatinya
dengan tepap beriman kepada Allah swt ? Maka petunjuk menghadapinya pun sudah
oleh sampaikan lewat Al Qur’an, mengapa kita tidak kembali membaca dan
mengikuti petunjuk Allah itu.
7.
Dari hal di atas, syukuri nikmat iman yang benar untuk
merenungkan semua hal diatas bahwa Allahlah menjadi tujuan iman kita yang
menuntun kita kepada jalan yang benar dan Allahlah yang memberikan segal hal
yang kita butuhkan.
Alhamdulillahi rabbil alamin,
Insya Allah semua yang kita baca dan pahami di atas merupakan petunjuk dari
Allah agar kita mampu menyikapi dan bertindak dalam menghadapi kondisi di atas.
Mari kita syukur nikmat iman ini dengan tidak membiarkannya saja, tapi
mensyukuri dengan banyak beramal shaleh, menjalankan petunjuk yang telah Allah
berikan dalam Al Qur’an lalu selalulah untuk menguji atau mengevaluasinya.