Kesempurnaan ilmu dengan BERAMAL SHALEH (ACTION) tanpa henti yang menjadikan dunia lebih baik.

Hubungi 081310737352 untuk pelatihan spiritual gratis inhouse atau organisasi/arisan/keluarga,

Monday, April 29, 2013

Masihkah kita bergantung kepada dunia ???

Allah berfirman dalam Surah Al Anbiyaa, surah ke-21 ayat


66. Ibrahim berkata: Maka Mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?"

Mengingatkan kita bahwa beriman kepada Allah itu berarti menggantungkan atau menyerahkan diri kita kepada Allah dalam segala urusan. Tapi dalam kehidupan ini, kita banyak bergantung dan merasa sedih bila tidak mendapatkan uang, jabatan dan sebagainya. Bukankah hal ini menunjukkan bahwa kita mula dan segera menggantungkan kehidupan kita kepda kehidupan dunia berupa materi. maka Allah lewat cerita Ibrahim mengajak kita sendiri untuk introspeksi diri, apakah iman kita sekarang ini masih bersandar kepada Allah atau dunia.
Apakah kehidupan dunia ini (uang dan jabatan)  mampu berbicara atau melihat sehingga mampu memberi petunjuk bagi kehidupan kita ? BUkankah kita sebagai manusia sudah mempunyai kekuatan itu ... mampu berpikir, melihat dan berbicara. Mengapa kita masih bergantung kepada dunia ?
Apa hikmahnya bagi kita ? Sudah sepantasnyalah kita bersyukur atas nikmat iman dan nikmat sehat yang sampai hari ini kita peroleh dengan izinNYA. Lalu sudahkah iman kita ini benar … menjadikan Allah swt sebagai satu-satunya sembahan kita. Terkadang fakta tidak sejalan antara iman kita dengan apa yang kita kerjakan. Maka kita sering merasa atau seolah-olah sudah merasa beriman dengan apa yang sudah kita lakukan dan sepertinya kita sudah beramal banyak. Akibatnya kita sudah merasa cukup (malas untuk meningkatkan amal shaleh) dan tidak mau belajar atau mengevaluasi lagi terhadap apa yang sudah kita kerjakan.
Untuk itu kita perlu menguji/mengevaluasi dengan cerdas seperti yang diteladani oleh Nabi Ibrahim :
1.    Apakah kita bisa menerima kondisi bila harta, jabatan dan sebagainya tidak ada lagi ?? Atau perhatikan apa yang terjadi saat kita kehilangan ?
2.    Lanjutkan dengan pertanyaan, apakah semua yang kita miliki itu bisa seperti kita .. berpikir, melihat, membaca, mendengar, menolong kita ? Renungkan apakah patut kita menjadikan yang “tidak bernilai” itu sebagai tempat kita bergantung ?
3.    Renungkan kembali … apakah apa yang kita miliki tersebut dapat memberikan manfaat ? Kita jawab iya, misalkan dengan uang kita mampu membeli apa saja. Tapi dibalik itu banyak keburukan yang muncul seperti bisa serakah, sombong dan bahkan kurang atau hanya sedikit sedekahnya.
4.    Atau pernahkah harta dan sebagainya mampu menyelematkan kita dari keburukan atau musibah ???
5.    Bahkan bila kita renungkan lebih dalam saat kita tidak memiliki apa-apa, kondisi dimana kita mampu dekat dengan Allah, banyak waktu beribadah dan beramal shaleh, bahagia dan lebih sering mendapatkan petunjuk yang benar. Dan semua itu lebih banyak memberikan pendangan bahwa kita merasa yakin Allahlah segalanya. Bandingkan saat kita memiliki mobil … bisa jadi kita ingin menyombongkan mobil kita karena usah yang kita lakukan, yang terjadi adalah waktu banyak dihabiskan untuk jalan-jalan dan belanja yang menuntut kita untuk bekerja keras lagi untuk memiliki uang yang banyak agar bisa jalan-jalan. Tidak ada lagi waktu untuk bersilaturahmi, sedikit saja untuk saling membantu, sedikit pula untuk sedekah. Kondisi ini tidak banyak memberi kebaikan bagi orang-orang di sekitar kita.
6.    Dalam ujian di atas atas kekurangan atau kehilangan yang kita alami, pastilah ada godaan yang membuat kita tidak tahan terhadap kondisi itu. Maka muncullah bisikan syetan untuk tetap menjadikan kita tergantung lagi kepada materi, “bagaimana mau shalat kalau lapar ? atau bagaimana mau sedekah kalau tidak ada uang banyak ?” dan sebagainya. Kekurangan atau kehilangan itu pun seizing Allah yang dimaksudkan untuk menguji kita, apakah kita bisa melewatinya dengan tepap beriman kepada Allah swt ? Maka petunjuk menghadapinya pun sudah oleh sampaikan lewat Al Qur’an, mengapa kita tidak kembali membaca dan mengikuti petunjuk Allah itu.
7.    Dari hal di atas, syukuri nikmat iman yang benar untuk merenungkan semua hal diatas bahwa Allahlah menjadi tujuan iman kita yang menuntun kita kepada jalan yang benar dan Allahlah yang memberikan segal hal yang kita butuhkan.

Alhamdulillahi rabbil alamin, Insya Allah semua yang kita baca dan pahami di atas merupakan petunjuk dari Allah agar kita mampu menyikapi dan bertindak dalam menghadapi kondisi di atas. Mari kita syukur nikmat iman ini dengan tidak membiarkannya saja, tapi mensyukuri dengan banyak beramal shaleh, menjalankan petunjuk yang telah Allah berikan dalam Al Qur’an lalu selalulah untuk menguji atau mengevaluasinya. 
 

No comments :

Post a Comment

The Real Action ( The first step .... will be open your mind)