Kesempurnaan ilmu dengan BERAMAL SHALEH (ACTION) tanpa henti yang menjadikan dunia lebih baik.

Hubungi 081310737352 untuk pelatihan spiritual gratis inhouse atau organisasi/arisan/keluarga,

Wednesday, March 20, 2013

Kultum Subuh hari ini, Baca Al Qur'an = Bersyukur

Allah berfirman ;


$¯RÎ) çm»uZ÷ƒyyd Ÿ@Î6¡¡9$# $¨BÎ) #[Ï.$x© $¨BÎ)ur #·qàÿx. ÇÌÈ  
3. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.(QS Al Insan, 71 : 3)


Allah sudah mensinyalir bahwa manusia itu ada dua golongan yaitu manusia yang bersyukur dan ada pula yang tidak bersyukur/kufur. Kalimat Allah telah menunjuki (SABIL)bermakna Allah telah menyampaikan petunjuk yang dimulai dari Nabi Adam sampai Rasul Muhammad saw  yang terangkum dalam Al Qur'an dan Al Qur'an itu diteruskan oleh orang yang ditunjuk Allah sampai hari ini. Siapa pun orangnya baik muslim dan non muslim TAHU bahwa Al Qur'an itu petunju bagi orang yang ingin bersyukur. Jadi saat kita dilahirkan kitapun diberik modal yaitu pendengaran, penglihatan dan hati untuk memeahami petunjuk itu, sudahkah kita membaca, mempelejari, memahami dan mempraktekkan serta menyampaikan kepada orang lain.
Kita bisa menjadi hamba yang pandai bersyukur ... kalau kita membaca petunjuk Allah yang benar. Bagaimana dengan orang yang tidak pernah membaca (dalam arti sampai memahami dan mempraktekkan) ? maka menjadi orang yang kufur. Termasuk manakah kita sekarang ?
maka sempurnakan membaca (samapai mempraktekkan) petunjuk Allah agar kita termasuk orang-orang yang telah diberi peunjuk oleh Allah menjadi hamba yang bersyukur.
Alhamdulilllahi rabbil alamin, semoga pemahaman ini menjadikan kami lebih bijaksana dalam melaksanakan petunjuk Allah. Amin


Tuesday, March 19, 2013

Kultum Subuh hari ini, Apapun dasari dengan iman


Allah berfirman ;

* }§øŠ©9 §ŽÉ9ø9$# br& (#q9uqè? öNä3ydqã_ãr Ÿ@t6Ï% É-ÎŽô³yJø9$# É>̍øóyJø9$#ur £`Å3»s9ur §ŽÉ9ø9$# ô`tB z`tB#uä «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ̍ÅzFy$# Ïpx6Í´¯»n=yJø9$#ur É=»tGÅ3ø9$#ur z`¿ÍhÎ;¨Z9$#ur tA#uäur tA$yJø9$# 4n?tã ¾ÏmÎm6ãm ÍrsŒ 4n1öà)ø9$# 4yJ»tGuŠø9$#ur tûüÅ3»|¡yJø9$#ur tûøó$#ur È@Î6¡¡9$# tû,Î#ͬ!$¡¡9$#ur Îûur ÅU$s%Ìh9$# uQ$s%r&ur no4qn=¢Á9$# tA#uäur no4qŸ2¨9$# šcqèùqßJø9$#ur öNÏdÏôgyèÎ/ #sŒÎ) (#rßyg»tã ( tûïÎŽÉ9»¢Á9$#ur Îû Ïä!$yù't7ø9$# Ïä!#§ŽœØ9$#ur tûüÏnur Ĩù't7ø9$# 3 y7Í´¯»s9'ré& tûïÏ%©!$# (#qè%y|¹ ( y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd tbqà)­GßJø9$#
177. bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa 9QS Al Baqarah, 2 : 177)

Terkadang kita belum mampu melihat satu aktivitas atau apapun yang kita lakukan tanpa dasar iman, contoh lagi wisata ke pantai bisa jadi kita melupakan keimanan kita, lagi pesta kawinan juga sama .. makan sambil berdiri dan dan bahkan kita pun ingin menunjukkan pakaian yang kita gunakan sebagai yang paling bagus. Lalu ayat di atas ingin mengajak kita untuk meningkatkan iman kita kepada Allah agar setiap perbuatan dapat didasari iman yang baik. Iman yang sebenarnya  ;
1. Sudahkah kita benar-benar yakin dan percaya kepada Allah ?
2. Sudahkah percaya datangnya hari kemudian ?  Pernahkah kita berpikir kalau apa yang kita perbuat pasti dibalas di hari kemudian ?
3.  Percayakah kita adanya malaikat ? Pernahkah kita terpikir setiap perbuatan luput dari perhatian dan catatan malaikat ?
4. Percayakah kita dengan Nabi yang telah menyampai ajaran Allah ? Bukankah apa yang kita baca dan kita terima sampai hari ini karena Nabi dan Rasul yang telah diutus Allah ?
5.Sudahkah kita membeikan harta yang kita cintai kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir dan orang yang meminta-minta ?? Bukankah yang kita berikan hanyalah sesautu yang sudah tidak kita cintai lagi selama ini ?
6. sudahkah kita memerdekan hamba sahaya ?
7. sudahkah kita MENDIRIKAN shalat tepat waktu dan selalu meningkatkannya dengan khusyuk ? 
8. Sudahkah zakat kita keluarkan, yang wajib maupun yang sunnah ?
9. Berapa banyak janji yang sudah kita tepati ?
10. Sabarkah kita dalam hidup ini terutama dalam kesempitan dan penderitaan ??
Jawaban itulah yang mampu menguatkan iman kita sehingga apa pun yang kita lakukan selalu didasarkan keimanan. Kemanapun kita menghadap ... tidak bisa dihindari untuk beriman kepada Allah.
Asbabun Nuzul ayat di atas :
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Qatadah menerangkan tentang kaum Yahudi yang menganggap bahwa yang baik itu shalat menghadap ke barat, sedang kaum Nashara mengarah ke timur, sehingga turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 177).
(Diriwayatkan oleh Abdur-razzaq dari Ma'mar, yang bersumber dari Qatadah. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abil 'Aliyah.)

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa turunnya ayat ini (S. 2: 177) sehubungan dengan pertanyaan seorang laki-laki yang ditujukan kepada Rasulullah SAW tentang "al-Bir" (kebaikan). Setelah turun ayat tersebut di atas (S. 2. 177) Rasulullah SAW memanggil kembali orang itu, dan dibacakannya ayat tersebut kepada orang tadi. Peristiwa itu terjadi sebelum diwajibkan shalat fardhu. Pada waktu itu apabila seseorang telah mengucapkan "Asyhadu alla ilaha illalah, wa asyhadu anna Muhammadan 'Abduhu wa rasuluh", kemudian meninggal di saat ia tetap iman, harapan besar ia mendapat kebaikan. Akan tetapi kaum Yahudi menganggap yang baik itu ialah apabila shalat mengarah ke barat, sedang kaum Nashara mengarah ke timur.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Mundzir yang bersumber dari Qatadah.)

Sunday, March 17, 2013

Kultum Motivasi - Menemukan Allah

Dengan uang kita bisa beli apapun yang kita inginkan, tapi semakin banyak uang semakin banyak yang kita inginkan. Terus, so what gitu lho ? Itulah UANG menjadikan kita tak berujung dan kematianlah yang menghentikan segalanya. 
BUT, Uang tidak mampu mencukupkan kita (menjadi kaya iya), uang pun tidak mampu memberikan kebahagian dan mempertahankannya. Lalu mengpa kita menjadikan UANG sebagai sarana untuk bahagia ?? Renungkan dan selami hati kita dan lihatlah disanalah yang mampu memberikan semuanya, Allah swt.

Uang atau Allah ???

Suasana tenang dan dingin setelah hujan turun membuat kita menjadi adem, dan Alhamdulillahi rabbil alamin yang telah memberi kami pemahaman untuk diamalkan,
Allah berfirman :


šÆÏBur Ĩ$¨Z9$# `tB äÏ­Gtƒ `ÏB Èbrߊ «!$# #YŠ#yRr& öNåktXq6Ïtä Éb=ßsx. «!$# ( tûïÉ©9$#ur (#þqãZtB#uä x©r& ${6ãm °! 3 öqs9ur ttƒ tûïÏ%©!$# (#þqãKn=sß øŒÎ) tb÷rttƒ z>#xyèø9$# ¨br& no§qà)ø9$# ¬! $YèÏJy_ ¨br&ur ©!$# ߃Ïx© É>#xyèø9$# ÇÊÏÎÈ  
165. dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu[106] mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). ( QS Al baqarah, 2 : 165) [106] Yang dimaksud dengan orang yang zalim di sini ialah orang-orang yang menyembah selain Allah.

Ngga salah buat kita merenungkan kecintaan kita kepada dunia (uang dan materi) bisa jadi SAMA dengan kecintaan kita kepada Allah. Dan fakta menunjukkan bahwa
Kepentingan untuk memperoleh UANG sering mengesampingkan iman kita kepada Allah swt. Buktinya UANG bisa disejajarkan (atau bahkan lebih) dengan Allah swt.
1.    Kita seperti memisahkan dan memberikan ruang dan waktu saat mencari UANG. Sisa waktunya kita berikan kepada Allah swt. Saat kita mencari UANG tidak mau diganggu dengan kepentingan kepada Allah, saat adzan tiba kitapun sering mengabaikannya dan baru mau shalat setelah aktivitas cari uangnya selesai (atau disela waktu istirahat).
2.    UANG kita cari dengan sungguh-sungguh, disimpan dan diperbanyak dengan berbagai usaha (menabung dan berinvestasi). Tapi apakah iman kita terus disimpan dan dipelihara ? dan Apakah iman itu pula diperkaya dengan memperbanyak amal ? Yang banyak terjadi, dengan adanya UANG kita baru mau berAMAL.
3.    Sikap yang buruk yang muncul dan bahkan bisa jadi lebih buruk lagi (jahat) bila kita diambil/hilang/rugi atas UANG kita miliki, seperti tidak ikhlas dan sangat ingin mengembalikannya dengan cara apapun. Dan disisi lain kita tidak merasakan apa-apa bila tidak mampu beribadah atau “lalai ibadah” dengan tidak tepat dalam waktu shalat, bisa jadi kita tidak merasa sedih dan dan tidak rasa penyesalan .. yang ada kita hanya berdoa “Ya Allah ampuni dan maafkan kesalahan kami”.
4.    Menerima dan memanfaatkan UANG dengan perasaan senang dan sebaliknya kepada Allah … kita beriman tapi berat menemui Allah lewat perintah dan laranganNYA, seperti pada ayat 165 “diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah
5.    Dan begitulah kita TETAP BERIMAN KEPADA ALLAH, tapi kita pun BUTUH UANG …. masih ada kan bukti lain yang mensinyalir kita ini mendua kepada Allah.
UANG dan UANG, “UUD” .. ujung-ujungnya UANG, UANG bukan nomer 1 tapi semua urusan memerlukan UANG. Benarkah sikap seperti ini ? Betul UANG itu kita perlukan, tapi kita harus mampu mengambil sikap yang benar. Agar kita mampu bersikap yang benar, maka ada beberap yang perlu digali lebih dalam,
1.    Sebenarnya bila kita telusuri lebih dalam dan menanyakan pada diri kita sendiri, “mengapa sih kita butuh UANG ?”   atau “Buat apa sih UANG yang kita peroleh ?” Jawaban kita adalah UANg untuk makan, untuk beli baju, untuk bayar ini dan itu.
2.    Pertanyaan berikutnya, “Setelah kita bisa makan, beli rumah dan bisa bayar itu dan ini, apa sih yang ingin kita capai/raih ? Dan akhir dari semua itu kita ingin KAYA, SUKSES dan BAHAGIA.
Dari jawaban di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa Tujuan hidup kita ini adalah ingin KAYA, SUKSES dan BAHAGIA. Lalu untuk mewujudkannya kita pun mencari SARANA untuk meraihnya dan SARANA itu adalah UANG.

BEKERJA à DAPAT UANG à KAYA, SUKSES DAN BAHAGIA

Mari kita ubah sikap kita menjadikan UANG hanya sebagai sarana dan tidak menjadikan sarana itu sebagai satu-satunya cara untuk mewujudkan tujuan hidup kita. hal ini menjadikan kita tidak bergantung UANG, perlu UANG tapi tidak satu-satunya sarana. maka sikap yang baik yang sekaligus bisa meningkatkan keimanan kita adalah menjadikan Allah swt satu-satunya pintu menuju "KAYA", SUKSES dan BAHAGIA.

BERIBADAH dalam BEKERJA à ALLAH YANG MEMENUHI MENJADIKAN BERKECUKUPAN (KAYA), SUKSES DAN BAHAGI DENGAN CARA YANG TIDAK DIDUGA DAN DIPREDIKSI

Semoga pemahaman ini menjadi introspeksi diri dan koreksi diri dalam meningkatkan keimanan kita. Amin


Saturday, March 16, 2013

Kultum subuh hari ini, "ini karunia Allah sebagai ujian untuk bersyukur"


Alhamdulillahi rabbil alamin, inilah sikap seorang Nabi yang perlu kita teladani adalah mampu menyadari bahwa nabi Sulaiman as mestiya bersyukur,"Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya)..
Dalam ayat berikut ini dijelaskan kembali bahwa bersyukur itu buat diri sendiri dan jika tidak yang rugi juga kita sendiri, sedangkan Allah Maha MUlia.
40. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip." Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia." (QS An Naml, 27 : 40)
Perhatikan apa yangn terjadi bila kita diberikan kebaikan oleh orang lain berupa materi atau bantuan, maka kita berkata :
1. "waduhhh tumben nihhh, dapat dari mana bisa begini ?" seolah kita tidak mempercayai semua yang terjadi, apa artinya ? bisa jadi kita menganggap diri kita lebih baik - merendahkan diri orang lain (sombong), dan bahkan bisa jadi muncul pula prasangka buruk. Jauh berbeda dengan sikap nabi Sulaiman as, "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya)"
2. "maaf dan terima kasih" sebagai halus untuk menolak.
3. sikap menerima dan merasa senang yang diiringi "lagi dong", mumpung gratisan dan selalu berharap lagi. 
4. Mengapa kita tidak melakukan hal berikut ini, menerima dan mengucapkan terima kasih sebagai rasa syukur untuk mengungkapkan bahwa keimanan, kita mempercayai peristiwa itu sebagai bagian dari rencana Allah untuk kebaikan kita. Pilihan ini adalah pilihan yang bijak untuk bersyukur, seperti pilihan pada ayat di atas, "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya)". Dengan demikian terjadilah kebaikan bagi yang memberi maupun yangn menerima. Banyak hal yang bisa kita dapatkan dari efek rasa syukur itu berupa rasa syukur itu mendorong kita memanfaatkan pemberian itu dengan benar, rasa syukur itu mengajari kita untuk menjadi orang yang memberi BUKAN yang menerima, rasa syukur itu membuka mata kita bahwa Allah MAHA rahman dan rahim dan sebagainya.
Berbeda pilihan point 1, 2 dan 3 yang bisa menjadikan kita orang yang sombong/merendahkan dirikita sendiri, artinya tidak ada kebaikan buat kita  dan bahkan bisa berdampak buruk bagi orang lain. Masihkah kita memilih skenario setiap kejadian dengan TIDAK BERSYUKUR ? Keputusan bersikap itu sebagai bentuk ujian dari Allah "seberapa besar keimanan kita", syukur atau kufur.
Alhamdulillahi rabbila alamin, Engkau telah beri kami pemahaman dan berbagi buat sesama, terutama buat kami sendiri untuk menyempurnakannya. AMin

Bersyukur 11, Uang segalanya ... kok sulitnya "melupakan sebentar"

Sisi lain dan sudah menjadi fakta hidup kita adalah UANG bisa merubah segala hal. Sebagai bentuk nasehat yang baik dan benar adalah UAng tidak penting tapi kita butuhkan. Terus apa hubungannya dengan syukur ? Orientasi syukur kita selalu mengharapkan balasan tambahan nikmat dan tambahan nikmat itu adalah uang, begitu sulit kondisi kita lupakan sejenak. Semua orang yang belum mendapatkan uang yang lebih berkata," yang bilang uang itu tidak penting karena mereka sudah banyak uang".
Tapi ... bisa jadi dulunya memang kita pernah mengalami apa yang sudah kita lakukan sebagai bentuk syukur dengan IKHLAS tanpa mengharapkan UANG. Dan hasilnya memang membahagiakan,"senang" yang bisa juga kita berujung "memperoleh balasan UANG yang membahagiakan". Beginilah sebaiknya kita bersikap bersyukur atau bersikap terhadap UANG. Kondisi ini menambah keyakinan atau iman kita kepada Allah yang telah memberikan "bersyukur" sebagai implementasi iman, 
1. percaya cara beriman (bersyukur) adalah cara terbaik yang berbuah kebaikan, 
2. percaya kepada janji Allah untuk bisa sabar dan istiqamah dalam mengerjakan syukur, 
3. percaya pula bahwa selalu ada godaan yang selalu ingin menghalau rasa syukur itu, 
4. dan percaya pula bahwa keinginan yang kuat dari kita untuk tetap mengerjakan syukur itu MENDAPAT bimbingan dan pertolongan dari Allah.
Susahnya ? memang berat, tapi yuuk kita selalu fokus pada syukur BUKAN orientasi hasil (UANG). Insya Allah semakin hari semakin terbiasa untuk membentuk karakter kita sebagai hamba yang bersyukur.
Alhamdulillahi rabbil alamin, Engkau telah dan terus membimbingku untuk selalu bersyukur dengan apa yang bisa saya lakukan. Hanya dan hanya bersyukur dan Hanya Engkaulah yang berhak untuk "membalas itu smeua" tanpa membuat saya tergoda untuk banyak berharap.