Kesempurnaan ilmu dengan BERAMAL SHALEH (ACTION) tanpa henti yang menjadikan dunia lebih baik.

Hubungi 081310737352 untuk pelatihan spiritual gratis inhouse atau organisasi/arisan/keluarga,

Tuesday, February 26, 2013

Syukur 6, karyawan bersyukur 1

Menerapkan bersyukur sebagai karyawan dimulai dari :
1. Menerima dengan ikhlas "sewaktu" kita diterima sebagai katyawan pertama kali di perusahaan kita sekarang dan akibatnya bersyukur (rasa terima kasih) itu membuat kita ingin membalas semua dengan pekerjaan yang membuat perusahaan semakin meningkat
2. Sadari bahwa sebelum kita masuk kerja di perusahaan sekarang, dulunya kemampuan kita tidak seberapa dan sekarang kita sudah bisa ini dan sudah bisa itu. Maka bersyukurlah dengan kemampuan kita yang sudah berkembang itu untuk dipraktekkan di perusahaan kita sekarang
3. Dan bersyukur pula kalau kita menjadi "trouble maker" yang membuat perusahaan yang lambat berkembang dengan cara "keluar" dari perusahaan.
Mari kita perhatikan keterkaitan antara kita, perusahaan dan apakah kita sudah bersyukur ??
Apakah perusahaan menjadi semakin berkembang yang juga membawa kita kepada karir yang lebih baik ?? Bila ya, maka apa yang kita kerjakan atau team kerjakan membawa keberkahan bagi banyak orang (perusahaan). Dan bila terjadi salah satu menjadi lebih baik :
a. Diri kita semakin baik dalam karir tapi belum mampu membawa perubahan bagi perusahaan, maka kebersyukuran itu masih dalam lingkup personal. Lalu apa yang mesti kita lakukan ? Membawa banyak orang dalam visi yang sama dalam bersyukur.
b. dan sebaliknya, bila perusahaan menjadi semakin hebat (berkembang), tapi kita masih seperti itu-itu saja. Hal ini menunjukkan kita tertinggal dari gerbong (perusahaan), kita sendiri belum bersyukur .
c. Dan dapat kita ukur pula kualitatif, apakah ilmu, cara kerja, ketenangan hati, banyaknya rekan dan sebagainya ? kalau tidak bertambah, maka bersyukurnya kita masih rendah dan tidak bertambah. Sebaliknya  bila ya, maka teruskanlah cara yang sudah kita lakukan semakin baik lagi secara kualitas maupun kuantitas.

Sunday, February 24, 2013

mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran/kekuasaan Allah?

Dalam keseharian, kita tidak merasakan dan memandang bahwa kita ini mengakui (percaya) kepada kebesaran dan kekuasaan Allah, TAPI bila ditanya kita percaya pada kebesaran/kekuasaan Allah ? Jawabannya adalah SAYA PERCAYA. lalu bila kita membaca ayat 13 Surah Nuh ini, apa yang terpikir oleh kita ?


$¨B ö/ä3s9 Ÿw tbqã_ös? ¬! #Y$s%ur ÇÊÌÈ  
13. mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran/kekuasaan Allah?

dalami lebih lanjut pertanyaan dari ayat di atas adalah mempertanyakan apa yang sebenarnya yang kita percayai ? Hanya lisan dan pemahaman saja tanpa mempraktekkannya.
Coba kita renungkan :
Kita percaya kebesaran/kekuasaan Allah ... misalkan Allah menciptakan malam dan siang seperti pada ayat berikut ini masih dalam surah NUh

Ÿ@yèy_ur tyJs)ø9$# £`ÍkŽÏù #YqçR Ÿ@yèy_ur }§ôJ¤±9$# %[`#uŽÅ  ÇÊÏÈ  
16. dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita?

Kita masih percaya di lisan dan pemahaman saja tanpa mengamalkannya. bagaimana keimanan itu terwujud dalam tindakan (amal shaleh).
1. Kita mesti mampu mengatur aktivitas kita agar tibanya malam kita sudah siap memasuki suasana malam. Maka bila waktu itu tidak cukup pada siang hari, maka dapat dilanjutkan keesokan hari tanpa memaksa untuk mengerjakannya di malam hari yang telah menyita haknya tubuh dalam beristirahat. lalu agar kita mampu mengelola itu semua dengan cara menambah ilmu agar apa yang kita kerjakan dap[at dikerjakan lebih cepat dan lebih berkualitas.
2. Kita menanti malam dengan senang hati BUKAN merasa capek/terpaksa sehingga malam itu tidak dapat kita nikmati (berjalan seperti apa adanya). Bukankah dengan adanya malam membuat kita dimampukan oleh Allah di pagi hari dengan kondisi yang lebih baik. Kitakah yang berkuasa melakukannya ? Tidak, maka dari itu sambutlah malam sebagai bekal kita untuk bekerja di siang hari.
3, Kita pun mesti mampu melihat, menyadari, merasakan dan mengakui semua dibalik kekuasaan Allah dalam menciptakan siang dan malam yang terjadi berulang-ulang dan diatur secara harmonis. maka tidak mengeluh kita berhenti bekerja karena datangnya malam dan mengeluh datangnya siang karena waktu istirahat kita tidak cukup.
4. dan banyak hal lain yang mampu kita sikapi dan kerjakan dalam MEMPERCAYAI KEKUASAAN ALLAH.

dengan penjelasan di atas, semoga menjadi wawasan ilmu yang mampu meningkatkan keimanan kita kepada Allah swt. 




Saturday, February 23, 2013

Syukur 5, syukur vs mimpi

Telur dan ayam, mana yang lebih dulu ? Banyak mengatakan semaunya kita, kalau kita bilang ayam ya benar dan bila kita bilang telur ya benar juga. Mengacu pada penciptaan manusia, maka bisa jadi ayam yang lebih dulu. Analog dengan cerita ayam dan telur, mana yang lebih penting ... bersyukur dapat nikmat atau memimpi kan nikmat baru bersyukur.
Mari kita selami makna, bermimpi yang mendorong kita bekerja (bersyukur) dengan memanfaatkan apa yang kita miliki. Dalam banyak kasus seringkali kondisi menimbulkan tekanan pada diri manusia karena harus mengejar mimpi itu, kalau tercapai ya bagus (tapi kita sudah mengalami perubahan fisik dan psikis karena tekanan) dan kalau tidak tercapai semakin membuat kita sangat tertekan atau bisa juga semakin mendorong untuk mencapainya (tapi kondisi tubuh semakin tertekan).
Sebaliknya bila kita bersyukur dengan niat selalu melakukan perubahan untuk menjadi lebih baik berdasarkan apa yang kita miliki, di saat itulah kita mampu memprediksi apa yang ingin kita capai (bisa juga berupa mimpi kita tapi bisa juga tidak). Kondisi ini kita bekerja tanpa beban dan dilingkupi perasaan senang.  hal ini mampu memberikan atau mengoptimalkan kinerja kerja kita, dimana bila tercapai apa yang kita prediksi (kita inginkan) maka muncul kebaikan berupa ungkapan rasa syukur yang luar biasa yang tertuju kepada Allah (sang Pencipta). Dan sebagai rasa syukur, kita pun terpancing untuk berbagi atas nikmat yang kita terima.
dari penjelasan di atas, boleh-boleh saja kita bermimpi tinggi lalu jangan sampai menjadi beban yang memberatkan sehingga tubuh menjadi tidak sehat. Kalaupun kita ingin bermimpi, maka buatlah mimpi itu menjadi realistik dengan apa yang kita miliki. Maka jauh lebih penting bagi kita saat ini, menyadari apa yang kita miliki dan kemampuan apa yang kita bisa daripada kita membuat mimpi yang tidak berakar atas nikmat yang kita miliki.

Syukur 4, Sudahkah kita bersyukur ?

Ada banyak hal yang kita temukan, dan hampir 99% menyatakan sudah bersyukur dan bahkan disetiap penceramah mengawali pesan ceramahnya untuk bersyukur. menurut kami apa yang dibilang bersyukur itu baru ada di lisan saja, yang tidak didasari iman dan Action (bekerja teru-menerus memperbaiki).
1. Seorang karyawan bilang, "bersyukur aja dengan gaji yang kita terima" dan setiap menerima gaji mengucapkan,"Alhamdulillah". dan karyawan ini setiap tahun pendapatannya biasa-biasa hanya naik karena naiknya gaji tahunan. Orang inipun masih mengerjakan pekerjaan yang sama dan cara yang sama. Dan apa yang dilakukannya ? Mengurangi pengeluaran, misalkan makan yang lebih murah yang tadinya nasi padang sekarang makan nasi warteg, mengeluarkan uang yang perlu-perlu saja. Apa yang dilakukan untuk menurupi kekurangannya ? Biasanya banyak karyawan pindah perusahaan.              
2. Dalam keluarga, suami-isteri mensyukuri pendapatan yang diterima dengan menghemat pengeluaran, meminimal makan dan tidak banyak neko-neko. bagi beberapa orang mereka mampu mengolah bahan makanan yang  murah untuk dimakan dan bisa jadi enak.
Dari dua contoh di atas, yang pasti bahasa bersyukurnya seperti terpaksa (menerima keadaan saja) karena memang sudah begitu dan menganggap semua pendapatan itu bergantung kepada orang lain (yang memberi) sehingga memaksa dia menggunakan saja apa yang ada (pendapatan yang diterima). dan biasanya kondisi ini tidak membuat orang itu untuk memperbaiki keadaaan tersebut. Dan seringkali mereka ini suka mengeluh dan curhat ke teman dengan "menuduh" orang yang memberi itu "pelitlah".
bagaimana mengukur syukur kita ?
a. mampukah kita melihat potensi yang ada pada diri kita sebagai pemberian Allah sebagai bentuk iman kita kepada Allah ? 
b. apakah lisan bersyukur ("Alhamdulillah") itu sudah terucap dari iman yang benar ? Kita sudah menganggap bahwa apa yng kita terima itu berasal dari Allah lewat perantara orang lain. Sehingga lisan terima kasih itu betul-betul kepada Allah dan tentunya kepada orang yang memberi kepada kita.
c. sebagai bentuk terima kasih kita dengan menerima sesuatu (pendapatan) dari orang lain, maka kita pun melakukan perbuatan yang menyenangkan orang tersebut dan tentunya dengan lebih baik. Sebagai karyawan berarti kita mesti belajar untuk melakukan pekerjaan kita dengan lebih baik lagi, secara kualitas dan kuantitas. Mengerjakan dengan cara yang hebat (yang pasti lebih cepat dan lebih baik hasilnya) dan mengerjakan dengan frekuensi yang banyak. Selain itu balasan yang lebih baik itu pun kita tingkatkan dengan meningkatkan ibadah kepada Allah dengan frekuensi yang lebih banyak dan semakin khsuyuk.
Ketiga indikator ini bisa membantu kita mengukur kualitas syukur kita ?? Ketiganya mesti saling terkait dan tidak bisa hanya mengukur 1 point saja.
Sebenarnya bersyukur pun "tidak perlu" mengumbar bahwa "saya sudah bersyukur", tapi jauh lebih baik kita tunjukkan dengan perbuatan. Bisa jadi saat kita berucap "sudah bersyukur" itulah cara sikap untuk "menutupi" bahwa kita belum mampu bersyukur dalam hati, lisn dan tindakan, alias kita tidak berdaya atau terpaksa menerima keadaan.



Friday, February 22, 2013

Syukur 3, NATO Belum Syukur

NATO yang dimaksud adalah No Action Talk Only, apakah hanya berterima kasih cukup disebut bersyukur ? Mari kita pahami penjelasan berikut ini, Dalam literatur agama dikatakan bahwa syukur itu terdiri dari 3 unsur yaitu :
1. Diawali keyakinan dalam hari - syukur untuk diyakini sebagai langkah keimanan kepada Allah. Karena kita tahu dan paham bahwa nikmat yang kita terima dari Allah dan kebaikan Allah, maka muncullah iman itu yang membuat kita bersyukur dengan hati.
2. Terucap dalam lisan sebagai bentuk ungkapan kepada Allah dan sekaligus kepada perantara (orang lain), mengucapkan terima kasih kepada orang yang telah membantu kita. Dengan iman yang sudah ada di hati mampu mendorong kita untuk memuji dan berterima kasih atas apa yang kita yakini datangnya dari Allah.
3. Melakukan aktivitas yang memberi nilai tambah (keberkahan) bagi kita dan orang sekitar kita. Tak lengkap syukur itu hanya sebatas lisan saja.
Pengertian syukur di atas merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, Tidak ada bersyukur hanya lisan saja (mengucapkan "terima kasih atau Alhamdulillah saja") tanpa Amal Shaleh atau Action.
Mengacu dari tafsiran syukur sebelum, syukur adalah bekerja yang bermnafaat sehingga memberi nilai lebih dari hasilnya (ditambahnya nikmat oleh Allah). maka dapat kita rumuskan bahwa jika kita bersyukur adalah ada keyakinan (iman) kepada Allah terhadap nikmat yang kita terima yang memunculkan niat baik untuk beramal shaleh (Action) yang seiring dengan perkataan yang baik.
dalam kata "terima kasih" dapat dimaknai bahwa "terima" merupakan apa yang kita terima dari Allah berupa nikmat yang langsung maupun lewat perantara orang lain dan kata "kasih" dimaknai sebagai bentuk balasan atas apa yang kita terima dengan amal shaleh (action).
Demikian juga kami memaknai kata "thanks you" merupakan ungkapan terima kasih kepada "you" yang ditafsirkan kepada Anda, Anda dan Anda ... orang yang memberi kebaikan kepada kita dan memberikan balsan kepada siapa pun kepada orang di sekitar kita.
Selain itu SYUKUR tidak bisa kita baca tanpa "U" (dibaca you), artinya mempunyai nilai sosial bahwa tidak terjadi sykur itu tanpa ada orang lain (you "U"), maka syukur mengjaari kita untuk bermasyarakat yang saling menguntungkan.

Thursday, February 21, 2013

Syukur 2, apa itu syukur ?

Kami memberanikan untuk menafsirkan kata syukur dari ayat Ibrahim : 7, "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."
1. Ada dua tipe orang yaitu yang bersyukur dan ada pula yang tidak bersyukur
2. Jika kamu bersyukur ... bersyukur tehadap apa ? terhadap nikmat yang telah diberikan. Artinya kita ini sudah diberikan nikmat atau modal baik berupa tubuh ini yang berisi mesin yang bisa digerakkan untuk mengolah nikmat lain di luar tubuh kita yaitu alam.
3. Orang yang bersyukur itu pasti mampu melihat, tahu dan memahami nikmatnya, orang yang tidak mampu melihat nikmat (kemampuannya) seperti kebanyakan orang yang suka mengeluh sehingga yang dilihat hanya keburukan dari apa yang dimilkinya. demikian juga ada orang yang tahu tapi tidak mau memanfaatkan (tidak ada Action atau Amal).
4. Bersyukur itu adalah bekerja dengan memaksimalkan pikiran, tubuh, perasaan sebagai mesin untuk memanfaatkan alam disekitar kita menjadi sesuatu yang punya nilai tambah yang memberi kebaikan. mengapa demikian ? Ada orang yang bekerja saja tanpa nilai kebaikan (tidak memberi kebaikan kepada orang di sekitarnya), maka bisa jadi kebaikan untuk dirinya sendiri pun tidak bertambah. maka bekerja itu mempunyai niat yang baik dan dikerjakan dengan cara yang baik pula. Tentu hasilnya pun baik berupa ditambahkan nikmat, artinya bekerja yang seperti itu bisa menambah kebaikan berupa tambah materi/untung, tambah sehat, tambah amalnya, tambah tenteram, tambah teman, tambah yang lainnya.
5. Apakah bersyukur mengenal batas waktu (selesai) ? Tidak ada, saat kita berhenti bersyukur berarti kita kufur (tidak bersyukur). maka yang kita peroleh adalah bersyukur terpenuhi nikmat lalu saat kufur nikmat itu bisa hilang. Tidak ada manusia yang seperti itu, maunya bertambah terus nikmatnya .. artinya bersyukur itu terus-menerus. Bekerja terus-menerus sudah bersyukur ? Belum tentu, bersyukur itu bekerja dari hari ke hari menunjukkan nilai tambah yang semakin meningkat. Misalkan bulan ini bisa membeli singkong, bulan besok bisa membeli dan mengolah jadi singkong goreng selanjut jadi keripik dan menjadi lagi keripik balado/pedas dan seterus mampu menjual dengan jaringan yang besar dan banyak. itulah yang dinamai improvement yang berkelanjutan seiring waktu yang dikenal dengan kaizen, PDCA, Six Sigma dan telah menjadi teori manajemen modern. dan semua manajemen modern menerapkan prinsip bersyukur. Organisasi yang sukses dan bertahan terus mempunyai misi atau niat yang baik dan dilakukan dengan cara yang  baik pula.
6. Tapi sebaliknya orang yang sudah diberikan nikmat lalu mengingkarinya, tidak mau bekerja dengan kebaikan (asal kerja saja), banyak mengeluh, diam menunggu kebaikan dari orang lain (meminta-minta), iri dan sejenisnya atau dengan kata lain tidak bersyukur seperti point di atas maka yang diperoleh adalah adzab yang merepresntasikan balasan yang buruk berupa penderitaan, kesengsaraan, kesusahan, kesulitan dan sebagainya.
7. HAnya Ada dua pilihan bersyukur atau kufur (tidak bersyukur), dengan kata lain ada yang sukses dan ada yang gagal.  
Nikmat awal = Apa yang ada pada diri kita dan alam sekitar kita
Bersyukur = Nikmat awal + nikmat baru
Tidak bersyukur = 0 bahkan Negatif (masuk neraka) atau meniadakan apa yang ada pada dirinya

Jadi perkara syukur bukan sekedar urusan agama yang mengajari kita berterima kasih, tapi mengajari kita banyal hal yang PASTI bermanfaat bagi kita. Sebenarnya tidak ada pilihan, karena kita tidak mau menderita (menerima adzab) maka kita memilih bersyukur. Bersyukur itu memerlukan proses dan waktu, maka mulailah dengan mencari tahu ilmunya dan mempraktekkannya, lalu mengevaluasi dan memperbaikinya.

Alhamdulillahi  rabbil alamin ... ilmuMU dapat kami peroleh dan semoga menjadi amalan kami dan bermanfaat bagi semua. Amin

Tuesday, February 19, 2013

Syukur 1, Memulai ...

Ada banyak hal yang ingin kita dapatkan dan ada banyak cara untuk mendapatkan, TAPI hanya ada satu semua itu terjadi dengan MEMULAI. Lalu apa ya ?
Keinginanku untuk menulis buku BUKAN hanya sekedar, saat keinginan itu menguat maka apapun sudah kulakukan. Ya menulis ... menguatkan niat setiap hari untuk menulis dan terjadi hanya sekian bulan lalu hilang .... juga sudah mencatat dalam buku impian .... ikut kursus menulis.... kerangka buku pun sudah dibuat .... dan banyak lagi BUT BUKU itu tak pernah ada.
Hari ini saya hanya ingin menjadikan semua itu terjadi, maka mulailah.
Ide buku yang ingin saya tulis adalah pengalaman dan pemahaman dalam hidup dan juga sebetulnya sebagai bentuk protes juga untuk mereka yang berlindung dari apa yang ingin saya tulis.
Materinya adalah SYUKUR atau bersyukur, maka muncullah ingin memberi judul Manajemen Syukur, Berani syukur SIAP KAYA, Kaizennya Islam .. bersyukur, Bersyukur siapa takut ?
keinginan ini merupakan ungkapan perasaan tentang syukur karena ada kekuatan untuk mewujudkan bahwa Islam itu mudah dan Islam itu Luar biasa. Mengapa syukur ? Kok nggak Sabar atau Ikhlas dan sebagainya ? Tidak ada jawaban yang pasti ... yang ada adalah semua yang ingin saya tulis ini merupakan sikap keinginan tahuan dan kok saya udah bersyukur tapi nggak sesuai hasilnya. Dan yang pasti semua yang kutulis hari ini adalah rahmat dari Allah.
Tak ingin meras lebih hebat, saya mulailah untuk mengutip ayat Ibrahim, 14 : 7. Bila kamu bersyukur maka AKU tambahkan nikmatKU dan bila kita tidak bersyukur maka tunggulah adzabKU". Pertanyaan menggelitik adalah semua orang sudah merasa bersyukur dan seharusnya mereka sudah memperoleh nikmat yang banyak ..tapi mengapa kita hanya seperti ini ??? Kurang iya, tapi lebih juga TIDAK. salahkah syukur kita ? Kita jawab kita sudah bersyukur kok dengan BENAR, " Alhamdulillahi rabbil alamin" menjadi ucapan wajib saat kita menerima sesuatu dan bahkan kita hidup dalam kesederhanaan (tidak boros) ATAU memang kita ini merasa pede bahwa kita sedang diuji oleh Allah swt dengan pemberian nikmat yang sedikit.
Tafsir lain dari ayat di atas adalah mau bersyukur berarti banyak nikmat (kaya), bisa kaya hati atau kaya kehidupan dunia ... ada ide judul BERANI SYUKUR SIAP KAYA. Kata berani sebagai bentuk kesengajaan yang didorong kekuatan yang luar biasa untuk menjalaninya dan hasilnya kita SIAP menerima nikmat. SIAP menunjukkan kita mempersiapkan kemampuan dan manajemen yang benar agar mampu menerima dan mengelola dengan ikhlas apapun nikmatnya.
Selain itu sampai hari ini saya sudah mempunyai materi pelatihan bersyukur dengan durasi 1 hari penuh agar pemahaman dari apa yang ingin saya tulis itu menjadi nyata dan mudah dipahami serta dipraktekkan oleh orang yang mengikutinya.
Yuuk berpikir bahwa tidak ada yang sempurna, maka saya menulis lagi untuk besok. Ditunggu ya komentarnya.

Sunday, February 17, 2013

Tidak ada yang sempurna

Seringkali kita mengatakan "tidak ada yang sempurna", tapi fakta berkata lain yaitu kita ingin sempurna. Dari hal yang sederhana sampai yang paling rumit. Soal makan saja, kita ingin yang paling enak, maka sikap yang baik adalah kita berusaha menemukan dan mencari makanan yang enak yang menyenangkan hati kita TANPA harus kecewa bila tidak mendapatkannya. Tapi sepanjang hidup kita ini ada kalanya enak dan banyak yang tidak enaknya. Yang jadi masalah adalah saat makan tidak enak kita menjadi kecewa dan protes sama yang masak atau makanan yang tidak bagus atau menyalahkan diri sendiri yang tak mampu membeli makanan yang enak dan sebagainya. Bukankah makan yang tidak enak itu merupakan perjalanan menuju kesempurnaan, artinya memang tidak ada makanan yang enak ("tidak ada yang sempurna"). kalau begitu mengapa kita mesti kecewa ? Karena kita telah membuat harapan atau angan-angan atau cita-cita yang disetting di kepala kita "saya mau makan enak" lalu pikiran itulah yang membuat kita kecewa karena  kenyataannya yang didapat tidak sesuai. Bisa jadi kekecewaan tersebut kita jadikan dorongan atau motivasi untuk menyempurnakannya untuk makan berikutnya. Baikkah itu ? Baik saja. Pola ini (pola harapan - kecewa - "sempurna" - harapan baru - kecewa lagi - "sempurna" dan seterusnya) membuat kesehatan terganggu secara psikis maupun fisik. Lalu bagaimana yang mesti kita lakukan atau bersikap ?
Oke, mari kita perhatikan sikap awal kita bahwa "tidak ada yang sempurna", maknanya 
1. Memang tidak ada yang sempurna (idealnya). makan yang enak itu yang kita sebut "sempurna" sebenarnya adalah ketidaksempurnaan, contoh saat kita makan enak, sebenarnya kita meniadakan atau tidak memperhatikan faktor lain, tempe yang kita makan di warung makan biasa menjadi enak karena kita tidak memperhatikan bahwa tempe itu sehat atau tidak. Mengapa begitu ? karena dilain waktu saat kita makan tempe dengan melihat cara mengolahnya (di warung itu) yang jorok, maka kitapun bilang,"iihh tempenya jijik dan ngga enak", padahal tempe yang sama pernah kita makan enak. Jadi "kesempurnaan" yang kita bilang itu adalah "ketidaksempurnaan" atau hanya sempurna dengan kondisi tertentu. Dengan kata lain kita mau menerima keadaaan (bersyukur) tertentu dengan "mengabaikan" hal lain .
2. Apa yang kita usahakan terus-menerus merupakan upaya kesempurnaan tiada akhir (sampai mati). Lalu mengapa kita mesti kecewa ? Maka sebenarnya hari demi hari yang kita lakukan adalah upaya perbaikan atau koreksi atas apa yang sudah kita lakukan, kondisi ini dikenal proses belajar. Proses belajar itu memberi suasana dan sikap menyenangkan. Inilah sikap yang mesti kita kembangkan terhadap apa yang sudah kita lakukan dan akan kita lakukan.
3. Kesempurnaan yang kita maksud adalah sempurna hanya faktor tertentu saja dengan mengabaikan faktor lain (alias "tidak ada yang sempurna"), artinya kita menetapkan suatu harapan pada faktor tertentu yang dibatasi waktu tertentu juga. yang menjadi pertanyaan adalah salahkah harapan itu ? atau salahkah waktu yang kita tetapkan itu ? Alangkah indahnya bila kita menetapkan target itu di ujung kematian kita dan menetapkan harapan yangsangat tinggi. maka kita terus berupaya mencapai itu semua sampai mati dan mengurangi kekecewaan yang seringkali membuat kita "bermasalah". Harapan yang tinggi dan waktu yang tidak pernah kita ketahui kapan terjadinya merupakan sebuah ketidakpastian yang mampu mendorong kita berusaha (motivator).
4. langkah lanjutan dari point 4 adalah kita mulai mengambangkan sikap menerima keadaan, menetapkan target-tagret hidup yang merupakan bagian dari tujuan hidup tertinggi yang kita inginkan dalam hidup ini, menerima kondisi waktu yang kita tetapkan agar mampu mendorong dan membuat kita fokus kepada apa yang kita kerjakan. Contoh nyata seperti keinginan bersilaturahmi dapat kita terjemahkan dan diwujudkan yang merupakan bagian dari silaturahmi yang sebenarnya dengan bertemu muka DENGAN menerima keadaan kita yang jauh dan hanya mempunyai handphone, maka untuk tetap bisa berkomunikasi (bagian dari silaturahmi) setiap hari atau setiap waktu yang kita inginkan (merupakan bagian dari waktu yang kita tetapkan untuk bersilaturahmi di hari Lebaran).
Terima kasih ya Allah yang telah memberiku pemahaman ini agar menjadi semakin baik dalam bertindak (beramal). semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita membacanya.