Kesempurnaan ilmu dengan BERAMAL SHALEH (ACTION) tanpa henti yang menjadikan dunia lebih baik.

Hubungi 081310737352 untuk pelatihan spiritual gratis inhouse atau organisasi/arisan/keluarga,

Saturday, July 13, 2013

Bercermin hati

Dalam kehidupan bermasyarakat pasti terjadi interaksi sesama anggota masyarakat yang dikenal atau pun orang lain yang berada dalam lingkungan itu. Kata bercermin seringkali melekat saat kita bercermin untuk merapihkan diri dan berdandan, dimana kita mampu melihat diri kita yang sebenarnya dari kaca cermin. Bila ada kekurangan, kita pun langsung merapihkannya agar penampilan kita menjadi lebih baik. Kita hanya menutupi kekurangan fisik kita atau sedikit merubah yang masih bisa dirubah. Tapi bagaimana dengan sikap dan perilaku kita ? Tidak bisa kita lihat.
Yang bisa kita lakukan adalah merenungkan diri kita sendiri. Dan kondisi ini terjadi bila keadaan yang kita alami tidak mengenakkan kita. Hal ini jarang terjadi, maka kita perlu bercermin dengan cara lain yaitu BERCERMIN dengan melihat perilaku orang lain. Contoh, saat kita melihat orang yang marah ... maka kita pun berkomentar "gila ya tuhh orang marah melulu kerjanya". Komentar tersebut seolah-olah kita ini tidak pernah marah dan menjadi orang baik, tapi bila kita dalami lebih lanjut bahwa komentar itu adalah cerminan kita juga.
1. Komentar itu juga bisa terjadi kalau kita marah.
2. Isi komentar kita adalah menunjukkan kita pun sedang "marah", kita belum mampu menahan emosi untuk tidak komentar. Komentar kita tidak membuat kondisi apapun menjadi baik, terhadap diri kita sendiri bahkan menjadi buruk dengan komentar itu. BUkankah sebaiknya kita mendoakan mereka yang marah untuk menjadi baik atau dengan kemampuan kita mampu meredam langsung kemarahan orang tersebut. Jadi orang marah, malah kita rugi.
3. Pengalaman adalah guru terbaik, maka ambil hikmah untuk berdoa agar kita mampu menahan emosi kita dalam setiap tindakan.
Yang terpenting cara di atas bisa kita katakan "CERMIN HATI", sejak dari bangun pagi sampai kita tidur kembali ... begitu banyak kita bercermin hati dalam sehari yang seharusnya mampu merubah sikap dan perilaku kita.
Alhamdulillahi rabbil alamin, Insya Allah pemahaman ini mampu menggugah kita menjadi manusia yang semakin baik. Amin


Wednesday, July 10, 2013

Memohon dalam doa

Seorang temen bilang,"doa itu adalah meminta izin untuk mendapatkan sesuatu". Maka banyak dari kita berdoa memohon keinginan kita dikabulkan. Misalkan .... Memohon ingin punya anak, maka keinginan kita adalah punya anak. Keinginan ini merupakan hasil yang kita mohonkan, bukan proses atau bahkan kita tidak meminta dimampukan untuk mendapatkan hasilnya. Jika ditelusuri lebih dalam  , bahwa doa yang meminta izin untuk mendapatkannya itu tidak nyambung. Kok bisa ? Mari kita dalami pengertian doa di atas,  kata izin untuk mendapatkan sesuatu berarti ada dua step yaitu diizinkan Allah dan Apa yang Allah ingin berikan.
Lebih lanjut, izin ibarat pintu rumah dan apa yang Allah miliki berupa isi dari rumah itu. Mngapa saya mengatakan ada dua hal yaitu izin dan pemberian Allah. Bisa jadi kita diizinkan masuk rumah, tapi Allah hanya memberi sesuatu yang bisa jadi tidak sama dengan apa yang kita inginkan. Bisa-bisa apa yang kita inginkan ada didalam genggaman Allah tapi tidak memberi manfaat, sehingga Allah memberi yang lain yang "tidak kita sukai" (karena bukan keinginan kita). Hal ini tanpa tidak kita sadari bahwa kita sudah diberikan oleh Allah swt dan bahkan pemberian itu tidak kita manfaatkan. Alhasil kita berdoa lagi untuk mendapatkan keinginan kita tersebut dan kita berkata "doa saya belum dikabulkan Allah swt". Dn sebaliknya Allah swt bisa mengabulkan doa kita dengan mengizinkan dan memberi Apa yang kita inginkan, dengan maksud memberi balasan atas apa yang telah kita perbuat (Allah swt senang dengan amal shaleh kita) atau maksud pemberian Allah itu sebagai ujian bagi kita apakah kita mampu memanfaatkannya alias bersyukur atas terpenuhinya keinginana kita sekalipun amalan kita belum cukup sebagai balasan amal shaleh yang kita perbuat.
Bagaimana kita tahu Allah telah memberi izin dan memenuhi keinginan kita ?
Doa itu disampaikan seolah-olah satu arah kepada Allah swt sebagai komunikasi kita kepada Allah. Dikatakan berdoa kalau kita meminta "lisan" kepada Allah, bisa jadi berdoa itu tidak mesti diucapkan karena doa tadi meminta izin kepada Allah maka amalan shaleh yang kita lakukan  yang diridhai Allah swt dimana Allah Maha Melihat apa yang kita kerjakan. Amalan shaleh tadi sudah membuat Allah mengizinkan apa yang kita inginkan tanpa kita minta.
Sebenarnya kita tidak pernah tahu apakah doa kita terkabul atau nggak, karena bisa jadi apa yang kita peroleh hari ini bukan karena doa kita tapi doa orang lain atau bahkan memang Allah yang ingin berikan sebagai ujian. Maka dari itu pentingkah kita berdoa meminta sesuatu ? Penting, tapi jauh lebih penting kita beramal shaleh yang banyak, bisa dibarengi dengan doa memohon izin mendapatkan rahmat Allah sebagai pintu untuk meraih kebaikan dari Allah swt, dan langkah yang telah digariskan adalah berdoa untuk meminta apa yang kita inginkan

Monday, June 24, 2013

Doa in 5 Action ... Jarang dikabulkan doanya

Seorang teman menjadi seperti frustasi dengan ibadahnya dan doanya selama ini. Mengapa ? Jawabannya singkat "saya sudah banyak berdoa dan saya pun shalat, tapi hidup saya tidak lebih baik dan doa saya tidak dikabulkan Allah swt". Dan ada beberapa orang yang sama pengalaman seperti itu, menjadi semakin jauh dari Allah, dengan alasan doanya tak pernah dikabulkan Dan yang lebih parah lagi mereka bilang "orang yang tak berdoa dan tak shalat pun hidupnya bisa lebih baik dari saya". Kalau kita bertemu dengan mereka, apa sih yang mesti kita perbuat ? Apakah kita mesti memberi nasehat dan petuah ? Sepertinya mereka tidak butuh itu ... lalu membiarkannya. Kita saling cuek dan tidak mau peduli sesama, urusan mereka adalah urusan mereka sendiri dan urusan kita adalah urusan kita. Dan akhirnya .... mereka pun beribadah seperti apa adanya, yang penting ibadah saja dan memenuhi kewajiban, hidup ya hidup dan ibadah ya ibadah.
Apa urusannya kita ikut dalam urusan mereka ? Memang tidak ada, dosa ya dosa mereka. Tapi ingat kita masih ada tugas sebagai seorang yang memberi peringatan, menasehati dalam kesabaran dan dalam kebaikan.  Jadi mari kita temukan solusinya ...
1. Jadilah teman bagi mereka, mendengar curhatnya mereka sambil menggali mengapa mereka seperti itu ?  Bahwa mereka tidak sendiri dan banyak orang seperti mereka, dan langkah kita minimal mengamini ... dan berempati. Nasehat bisa jadi tidak dibutuhkan lagi karena sudah banyak nasehat yang mereka terima ... dan mereka merasa nasehat itu tidak menyelesaikan masalah.
2. Memberi bantuan yang meringankan mereka sudah menjadi sesuatu yang sangat berharga. Bantuan yang mengarah kepada penyelesaian masalah mereka. Misalkan memberi pekerjaan atau order atau barang untuk meringankan persoalan mereka.
3. Mengajak mereka ke Masjid atau majlis orang shaleh daripada memberi nasehat yang sama, apalagi kita menasehati "taubat dan banyak dzikir/shalat".
4. Memberi wawasan dengan melihat orang yang kondisinya di bawah mereka, tapi masih mempunyai bersemangat dalam beribadah, diantaranya masih terus berdoa.
5. Salah satu yang mudah dan pasti bisa mereka lakukan adalah DOA, memohon izin Allah swt agar dimampukan untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri. "Berdoa saja kok repot, kalau berdoa belum tentu dikabulkan maka mengapa kita tidak berdoa terus ?".
Doa dalam banyak referensi telah menyakinkan kita bahwa doa itu memberi kebaikan. Semua berbau nasehat kebaikan .... dan yang mereka perlukan adalah BERDOA SAJA, berdoa setelah shalat 5 waktu. Artinya BERDOA sebanyak 5 kali dalam sehari. Berdoalah dengan niat yang BAIK dan optimis Allah swt mampu memberikan solusi dalam setiap langkah kehidupan kita.
Berdoa satu, dua, tiga dan seterusnya  ..... Maka Allah swt MAHA MENDENGAR DAN MELIHAT apa yang kita perbuat.
Alhamdulillahi rabbil alamin, Insya Allah swt pemahaman ini mampu menggerakkan saya sendiri untuk terus memperbaiki moral dan perilaku menuju iman yang sempurna.








Friday, June 7, 2013

Budak UANG dan harta

Kata budak memang sudah digunakan di zaman dulu kala dan apakah sekarang masih ada ? Ada yang bila ada dan ada juga bilang "hare gene masih ada perbudakan". Antara iya dan tidak, masih tersamar kata budak itu kita bisa pakai untuk menggambarkan seperti perbudakan zaman dulu. Budak zaman dulu merupakan seseorang yang hidupnya mengabdi kepada seseorang karena orang tersebut sudah dibeli oleh majikannya untuk dikuasai dan dimanfaatkan.
Adakah  kita termasuk budah HARTA ? Budahk harta berarti kita telah menjadi budak dari harta, kita tertuju kepada harta dan bila harta itu hilang atau berkurang maka kita jadi sedih.
Inilah dia mesin dari BUDAK HARTA itu, berawal dari kehidupan kita yang ingin hidup lebih baik, maka kita mencari alat atau sarana yang mampu menghidupi kita. Itulah UANG, dengan UANG kita bisa beli makanan, minuman, rumah, pakaian dan lainnya. Semakin kita mendapatkan UANG semakin bernafsu kita berekspresi dengan materi yang lebih (bukan yang utama). Kita dapat UANG untuk makan enak di mall yang terkenal, bukan perkara apa yang dimakan tapi tempat makannya yang membuat kita bernilai atau bahkan harganya. Maka dengan demikian harga diri kita meningkat karena hal itu. Selesaikah sampai di sini ? Tidak. Kita semakin tergoda untuk mencoba mall yang lebih hebat lagi atau kita ingin merasakan masakan yang belum pernah orang biasa makan. Akibatnya ? Kita mencari UANG lagi yang lebih banyak dan tidak pernah berhenti. Bukan saja dari kita pencarian uang itu tidak berhenti, tapi bisa juga dari orang lain yang BISA menunjukkan mereka lebih baik dari kita. DAN kita pun terusik dan menjadi ingin yang terhebat dan inilah yang membuat kita menjadi tidak pernah puas dan terus mencari UANG dan UANG.

Semua proses di atas menjadikan kita sebagai BUDAK UANG, UANG yang memerintahkan kita bekerja BUKAN lagi kita yang menguasai UANG.
Ada hal lain yang mesti kita cermati, Apa yang kita miliki dengan UANG bisa disamai atau bahkan dilewati oleh seorang "perampok", bisa hari ini atau besok. Lalu pertanyaannya, apakah kita mau disamakan dengan perampok ? Pasti jawaban Anda adalah TIDAK SAMA. Terus apanya yang tidak sama ? sama-sama cari UANG dan mempertontonkan UANG, yang beda kan hanya caranya saja. Renungkan kalimat berikut :
Kalau perampok dapat UANG banyak ... masak sih kita orang baik tidak bisa melebihi apa yang dimiliki perampok ?
Jawaban kita adalah pembedanya, itulah dia cara yang elegan dalam mendapatkan lebih banyak UANG yang lebih baik dari perampok. Artinya, tidak sekedar UANG yang kita peroleh tapi ketenangan jiwa mampu menjadikan kita mengayakan UANG yang kita miliki, sedangkan perampok mempunyai jiwa yang rapuh dan tidak tenang sekalipun mereka mempunyai UANG  yang sangat BANYAK
Mari kita tetap fokus kepada pekerjaan yang membuat kita tenang dan memberilah kebaikan untuk semua orang agar kita mampu dikayakan oleh orang yang melihatnya (membayar kita dengan UANG) dan yang pasti Allah swt melihat semua itu. Allah swt MAHA ADIL dan BIJAKSANA.
Alhamdulillahi rabbil alamin, Insya Allah pemahaman ini menjadikan kita semakin berarti dalam hidup ini. jadikan tulisan ini sebagai inspirasi Anda.

Bahagia untuk membiayai hidup (UANG) dan mengggapai SUKSES

Tujuan kita kerja adalah mencari atau mendapatkan UANG. Sama halnya atasan kita atau pemilik perusahaan mencari UANG. Tapi banyak fakta, kita dan pemilik usaha tidak klop dalam bermutualisme untuk tujuan yang sama, artinya win-win solution. Win-win solution adalah kita sebagai karyawan mendapatkan UANG yang sesuai harapan dan pemiliki usaha juga mendapatkan UANG, keuntungan yang diinginkan. Dua orang yang memiliki TUJUAN yang sama, maka sebenarnya terbentuk KERJASAMA yang menyenangkan. Fakta bicara ... banyak karyawan kecewa dengan UANG yang didapat dan merasa pemilik mendapatkan UANG lebih banyak tanpa memikirkan karyawan, dan sebaliknya. Dimana letak kesalahannya ?
Sepertinya sekuat apapun hubungan karyawan dengan pemilik usaha, kalau tujuannya HANYA UANG, maka hasil akhirnya pasti tidak memberikan rasa keadilan. Mengapa ? karena UANG mempunyai daya tarik yang kuat untuk menjadikan kita mengabaikan segala hal yang baik. MEMANG kita tidak selalu menunjukkan UANG kita secara langsung, UANG itu sering diekspresikan dalam bentuk materi seperti rumah, perhiasan, pakaian, mobil, besarnya perusahaan, titel dan sebagainya. Mari kita perhatikan hal yang sederhana saja,
Seorang ibu yang menunjukkan perhiasannya, dengan mudah membuat ibu yang lain ingin melebihinya atau bahkan ibu tadi bisa mempertunjukkan perhiasan lain atau materi lain yang belum dimiliki ibu yang pertama.
Sebuah keluarga dapat menunjukkan UANGnya dengan memperlihatkan anaknya yang sekolah di tempat yang mahal. Bisa jadi bagi mereka yang tidak dapat mempertunjukkan lebihbaik dari keluarga itu, biasanya berkomentar "sekolah hebat itu belum menjamin anaknya pintar, yang penting kepintarannya bukan sekolahnya" ... itulah yang ditunjukkan mereka yang belum mampu menyaingi UANGnya dengan mengalihkan kepada hal yang tidak dimiliki orang lain.
Kedua cerita di atas adalah persaingan. Sama juga di tempat kita bekerja.
Maka ada salah satu solusi yang menarik untuk dicermati yaitu biarkan pemilik usaha tertuju kepada UANG dan kita mengalihkannya dengan tertuju bagaimana kebahagian dalam bekerja. Lha terus kita dapat UANG darimana untuk kehidupan kita. Mari kita dalami lebih lanjut :
1. Kalau kita bekerja dengan fokus UANG maka terjadi "konflik" dengan pemilik usaha. Maka mutualisme itu bisa jadi bukan sama fokusnya tapi mempunyai tujuan akhir yang sama dengan pekerjaan yang berbeda-beda (saling melengkapi).
2. Apa yang bisa kita lakukan ? Mari kita buat diri kita menjadi senang atau bahagia dulu. Kebahagian itu dapt kita bangun dari rumah (keluarga). Maka ciptakan suasana kebahagian itu terus mengalir dalam diri kita sampai waktu kita masuk kerja - pulang kerja.
3. Bagaimana point 2 itu bekerja untuk kita (menghasilkan UANG) ? Kita tidak perlu fokus berapa UANG yang kita dapatkan dari apa yang kita kerjakan, tapi fokuslah kepada kebahagian kita. kebahagian kita mampu membuat kita bekerja lebih baik ... ikhlas sehingga kinerja yang dihasilkan jauh lebih baik. Secara fisik kita dilihat pemilik menarik karena kebahagian itu sendiri yang membawa aura positif dimata pemiliki. Lalu hasil kerja pun dilihat sangat baik oleh pemiliki usaha. 
4. Hasil kerja dari kebahagian kita tadi yang berdampak positif kepada kinerja usaha, maka semua itu dapat memberi keuntungan yang besar bagi pemilik.
5. Terus ? Dari hal itu, biasanya pemiliki usaha sangat murah hati untuk membalas dengan baik. Bisa gaji yang cukup, bisa juga selalu membantu kita kalau kita kesusahan dan sebagainya.

Bagaimana menurut Anda ? Cara cerdas dalam bekerja yang memberikan manfaat kebaikan bagi kita sebagai karyawan dan juga bagi pemilik usaha. Tidak ada persaingan dari kedua pihak, dan bahkan kebahagian kita membuat iri pemiliki usaha untuk mengikutinya. Dan di dalam kebahagian tidak ada persaingan karena setiap kebahagian memiliki keunikan tersendiri dan tidak sama. Dengan demikian kita yang tadinya fokus mencari UANG, dapat kita lakukan dengan Membahagiakan diri untuk meraih UANG dan mencapai kesuksesan.

Alhamdulillahi rabbil alamin, hari ini kami telah mendapatkan pemahaman baru yang positif dan semoga menjadi inspirasi bagi pembaca dan saya untuk melaksanakannya.

 



Sunday, May 26, 2013

Membalas boleh, sabar lebih baik

Kita sering mengatakan kata "sabar", "sabar ya" begitulah nasehat kita berikan kepada teman atau orang yang kita temui. Artinya makna yang paling dalam adalah BUKAN sekedar menunggu dan menerima. Untuk kasus kita mengalami musibah sepertinya lebih mudah dibandingkan kalau kita mendapatkan perlakuan tidak sopan atau didzalimi. Dalam musibah kita bisa menerima keadaan itu dan seiring waktu menjadi "tidak merasakan lagi" karena kita sudah melewatinya alias sudah disibuukan oleh rutinitas.
Bagaimana kalau kita didzalimi ? maka seperti yang difirmankan Allah sebagai berikut :\
dan jika kamu memberikan balasan, Maka balaslah dengan Balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. akan tetapi jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar (QS An nahl, 16 : 126)
Begitulah kita diajarkan membalas apa yng orang lain lakukan terhadap kita. Disakiti, maka kita pun menyakiti kembali, disinilah kelemahan kita dalam membalas :
1. Kita tidak mampu mengukur level yang sama dengan apa yang dilakukan orang lain terhadap kita. maka kita tidak bisa mengendalikan balasan kita dan CENDERUNG berlebih karena saat membalas yang bicara adalah emosional.
2. Dan apa yang terjadi dengan pembalasan kita ? Tidak pernah berhenti, mengapa ? karena bisa memunculkan ringan sampai  berat untuk membenci orang yang melakukannya.
Maka dari ayat di atas kita diajak oleh Allah berpikir sesuai syariat, yaitu SABAR itu lebih baik. Ada jalan yang lebih baik kok kita tidak pilih ? Disitulah persoalannya, yaitu membalas itu soal emosi dan emosi itu tidak bisa dikendalikan dan cenderung membangkitkan keburukan lanjutan. Dalam keadaan seperti inilah SABAR sebagai solusinya. Bagaimana bisa Sabar ? Maka muncul motif emosi yang lazim "enak aja sudah didzalim kok diam saja" atau bahkan kita mengatakan "Kalau saya diam, maka bisa lebih dzalim". SABAR itu adalah praktek dari iman kepada Allah :
1. Kita mesti mutlak menyakini petunjuk Allah itu BENAR, baik proses menjalani SABAR itu sendiri dan hasilnya.
2. SABAR bukan berarti DIAM, maka kta hijrah (pergi dari orang yang mendzalimi) sebagai langkah awal agar tidak terjadi lagi kedzaliman.
3. Langkah SABAR berikutnya adalah MENERIMA apa yang terjadi untuk tidak dibalas dan menyerahkan bahwa Allahlah pemberi balasan yang terbaik.
4. Mengambil pelajaran dari kejadian itu yang dijadikan pemahaman bahwa Kita tidak boleh mencontohnya.
5. Yakin kepada Allah semua itu bisa berlalu bila kita melakukan amal shaleh.
Dengan demikian SABAR adalah solusi yang terbaik buat jiwa kita dan orang lain sehingga kita menerapkan amar ma'ruf nahi mungkar.
renungkan petunjuk ini dengan benar dan cari pula referensi tambahannya agar kita semakin mampu memahami petunjuk Allah swt tersebut.
Contoh kasus, bila ada orang yang salah, berbohong atau membuat tindakan yang salah, maka yang kuat dalam diri kita adalah ingin sekali bahwa dia mengakui kesalahannya .... dan tidak hanya itu BAHKAN kita CENDERUNG ingin menunjukkan bahwa kitalah orang yang benar. Begitulah pola yang terjadi kecuali orang yang sabar. 
Alhamdulillahi rabbil alamin, Hari ini saya telah diberi pemahaman dan sekaligus amal shalehnya dalam mengahadapi persoalan hidup. Insya Allah semakin hari semakin teranglah hidayahMU dalam aktivitas dalam hidupku.

Wednesday, May 22, 2013

Anak dan Harta BELUM TENTU jadi kebaikan


Allah berfirman :
54. Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu. 55. Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), 56. Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? tidak, sebenarnya mereka tidak sadar[1007]. (QS Al mu’minun, 23 : 53 – 55) [1007] Lihat surat at Taubah ayat 55, dan Lihat surat Ali Imran ayat 178.
Peringatan yang baik buat kita semua, yaitu ANAK DAN HARTA BELUM TENTU memberikan kebaikan kepada kita. Sudahkah kita berpikir seperti ini ? Tentunya kebenaran ayat ini mutlak untuk mengingatkan kita selalu hati-hati dalam menyikapi anak dan harta.
Sebagian dari kita selalu menyambut anak dan harta adalah kebaikan dari Allah swt dan bahkan kita merasa Allah telah mengabulkan doa kita. Terus apa yang kita perbuat ? Kita menyayangi mereka dan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya … bahkan terkadang tanpa sadar kita telah sering “mengabaikan” Allah swt karena mengurus dan menuruti anak dan menyayangi harta. Maka kalimat “akankah kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka ?” mesti menjadi focus kita yaitu bagaimana menjadikan anak dan harta memberikan kebaikan bagi kita., yaitu BERAMAL SHALEH … mendidik anak-anak dengan tangan kita menjadi anak yang shaleh, TIDAK sekedar memberikan sekolah yang hebat di pesantren atau sekolah terpadu. Karena bila kita yang mendidik berarti kita menciptakan diri kita sendiri semakin beriman dan mengajak seluruh keluarga. BUkankah banyak kejadian anak yang pintar sekolah semakin beriman tapi orang tuanya Tidak lebih baik dari anaknya.
Selanjutnya kita wajib bekerja untuk memperoleh kenikmatan dunia yang sebagiannya dinafkahkan kepada kaum yang berhak menerimanya, sehingga kita mampu selalu menjadi orang yang ingat Allah. Kita bekerja mencari nafkah karena Allah, maka wajiblah kita menuruti perintah Allah dengan menafkahkan sebagiannya karena apa yang kita dapatkan semua atas izinNYA.
Alhamdulillahi rabbil alamin, Engkau yang Maha Suci telah memberikan kami pemahaman dan petunjuk, mampukan kami untuk menjalaninya. Maafkan kesalahan kami agar langkah semakin mudah untuk mendekat kepadaMU. Amin