Kesempurnaan ilmu dengan BERAMAL SHALEH (ACTION) tanpa henti yang menjadikan dunia lebih baik.

Hubungi 081310737352 untuk pelatihan spiritual gratis inhouse atau organisasi/arisan/keluarga,
Showing posts with label tafsir Al Qur'an. Show all posts
Showing posts with label tafsir Al Qur'an. Show all posts

Sunday, May 26, 2013

Membalas boleh, sabar lebih baik

Kita sering mengatakan kata "sabar", "sabar ya" begitulah nasehat kita berikan kepada teman atau orang yang kita temui. Artinya makna yang paling dalam adalah BUKAN sekedar menunggu dan menerima. Untuk kasus kita mengalami musibah sepertinya lebih mudah dibandingkan kalau kita mendapatkan perlakuan tidak sopan atau didzalimi. Dalam musibah kita bisa menerima keadaan itu dan seiring waktu menjadi "tidak merasakan lagi" karena kita sudah melewatinya alias sudah disibuukan oleh rutinitas.
Bagaimana kalau kita didzalimi ? maka seperti yang difirmankan Allah sebagai berikut :\
dan jika kamu memberikan balasan, Maka balaslah dengan Balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. akan tetapi jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar (QS An nahl, 16 : 126)
Begitulah kita diajarkan membalas apa yng orang lain lakukan terhadap kita. Disakiti, maka kita pun menyakiti kembali, disinilah kelemahan kita dalam membalas :
1. Kita tidak mampu mengukur level yang sama dengan apa yang dilakukan orang lain terhadap kita. maka kita tidak bisa mengendalikan balasan kita dan CENDERUNG berlebih karena saat membalas yang bicara adalah emosional.
2. Dan apa yang terjadi dengan pembalasan kita ? Tidak pernah berhenti, mengapa ? karena bisa memunculkan ringan sampai  berat untuk membenci orang yang melakukannya.
Maka dari ayat di atas kita diajak oleh Allah berpikir sesuai syariat, yaitu SABAR itu lebih baik. Ada jalan yang lebih baik kok kita tidak pilih ? Disitulah persoalannya, yaitu membalas itu soal emosi dan emosi itu tidak bisa dikendalikan dan cenderung membangkitkan keburukan lanjutan. Dalam keadaan seperti inilah SABAR sebagai solusinya. Bagaimana bisa Sabar ? Maka muncul motif emosi yang lazim "enak aja sudah didzalim kok diam saja" atau bahkan kita mengatakan "Kalau saya diam, maka bisa lebih dzalim". SABAR itu adalah praktek dari iman kepada Allah :
1. Kita mesti mutlak menyakini petunjuk Allah itu BENAR, baik proses menjalani SABAR itu sendiri dan hasilnya.
2. SABAR bukan berarti DIAM, maka kta hijrah (pergi dari orang yang mendzalimi) sebagai langkah awal agar tidak terjadi lagi kedzaliman.
3. Langkah SABAR berikutnya adalah MENERIMA apa yang terjadi untuk tidak dibalas dan menyerahkan bahwa Allahlah pemberi balasan yang terbaik.
4. Mengambil pelajaran dari kejadian itu yang dijadikan pemahaman bahwa Kita tidak boleh mencontohnya.
5. Yakin kepada Allah semua itu bisa berlalu bila kita melakukan amal shaleh.
Dengan demikian SABAR adalah solusi yang terbaik buat jiwa kita dan orang lain sehingga kita menerapkan amar ma'ruf nahi mungkar.
renungkan petunjuk ini dengan benar dan cari pula referensi tambahannya agar kita semakin mampu memahami petunjuk Allah swt tersebut.
Contoh kasus, bila ada orang yang salah, berbohong atau membuat tindakan yang salah, maka yang kuat dalam diri kita adalah ingin sekali bahwa dia mengakui kesalahannya .... dan tidak hanya itu BAHKAN kita CENDERUNG ingin menunjukkan bahwa kitalah orang yang benar. Begitulah pola yang terjadi kecuali orang yang sabar. 
Alhamdulillahi rabbil alamin, Hari ini saya telah diberi pemahaman dan sekaligus amal shalehnya dalam mengahadapi persoalan hidup. Insya Allah semakin hari semakin teranglah hidayahMU dalam aktivitas dalam hidupku.

Wednesday, May 22, 2013

Anak dan Harta BELUM TENTU jadi kebaikan


Allah berfirman :
54. Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu. 55. Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), 56. Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? tidak, sebenarnya mereka tidak sadar[1007]. (QS Al mu’minun, 23 : 53 – 55) [1007] Lihat surat at Taubah ayat 55, dan Lihat surat Ali Imran ayat 178.
Peringatan yang baik buat kita semua, yaitu ANAK DAN HARTA BELUM TENTU memberikan kebaikan kepada kita. Sudahkah kita berpikir seperti ini ? Tentunya kebenaran ayat ini mutlak untuk mengingatkan kita selalu hati-hati dalam menyikapi anak dan harta.
Sebagian dari kita selalu menyambut anak dan harta adalah kebaikan dari Allah swt dan bahkan kita merasa Allah telah mengabulkan doa kita. Terus apa yang kita perbuat ? Kita menyayangi mereka dan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya … bahkan terkadang tanpa sadar kita telah sering “mengabaikan” Allah swt karena mengurus dan menuruti anak dan menyayangi harta. Maka kalimat “akankah kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka ?” mesti menjadi focus kita yaitu bagaimana menjadikan anak dan harta memberikan kebaikan bagi kita., yaitu BERAMAL SHALEH … mendidik anak-anak dengan tangan kita menjadi anak yang shaleh, TIDAK sekedar memberikan sekolah yang hebat di pesantren atau sekolah terpadu. Karena bila kita yang mendidik berarti kita menciptakan diri kita sendiri semakin beriman dan mengajak seluruh keluarga. BUkankah banyak kejadian anak yang pintar sekolah semakin beriman tapi orang tuanya Tidak lebih baik dari anaknya.
Selanjutnya kita wajib bekerja untuk memperoleh kenikmatan dunia yang sebagiannya dinafkahkan kepada kaum yang berhak menerimanya, sehingga kita mampu selalu menjadi orang yang ingat Allah. Kita bekerja mencari nafkah karena Allah, maka wajiblah kita menuruti perintah Allah dengan menafkahkan sebagiannya karena apa yang kita dapatkan semua atas izinNYA.
Alhamdulillahi rabbil alamin, Engkau yang Maha Suci telah memberikan kami pemahaman dan petunjuk, mampukan kami untuk menjalaninya. Maafkan kesalahan kami agar langkah semakin mudah untuk mendekat kepadaMU. Amin


Sunday, May 19, 2013

Kita ingin dunia, Allah menghendaki akhirat

Allah berfirman dalam surah Al Anfal, surah ke-8 ayat 67,

(67) Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Apa makna yang kita bisa peroleh dari ayat di atas, kita diajak untuk mengoreksi apa yang sudah kita lakukan dan apa yang sudah kia peroleh :
Berawal dari suatu pekerjaan yang benar dengan niat yang baik pula, dimana dicontohkan berperang melawan kaum kafir. Dan kesempurnaan perang adalah menundukkan dan melumpuhkan musuh, disinilah kita mulai digoda untuk mulai cenderung kepada dunia, karena peperangan menghasilkan harta rampasan perang. Disinlah Allah swt mengoreksi kita agar tetap kepada pahala atau akhirat.
Bagaimana dengan kehidupan kita ?  Dapat kita analogikan dalam hidup kita sebagai berikut ;
Awal yang baik pula kita bekerja untuk mencapai kesuksesan dan kesempurnaan sukses itu ditandai oleh semakin banyaknya materi dan kebanggaan. Disinilah awal kita mudah tergoda kepada dunia, kita semakin pede bahwa kesuksesan itu karena kita. Ini memunculkan kebanggaan dan menjadi sombong setelah kita mulai banyak bicara berbagi pengalaman dan kita mengklaim inilah tip kita untuk sukses adalah cara yang paling hebat. Dan tidak berhenti sampai disini, kita pun sudah mulai menerima penghargaan berupa materi yang telah menjadikan suka mengumpukan dan mempertunjukkan kepada banyak orang. Hanya sedikit yang kita sedekahkan, dan orientasi kita cenderung kepada mengumpulkan materi.
Begitulah Allah berfirman "Allah menghendaki akhirat atau pahala tapi manusia ingin harta", Insya Allah ayat ini mampu mengingatkan kita untuk selalu berada di jalanNYA, yaitu selalu berharap akhirat. Jadikan apa yang sudah kita lakukan buah dari dimampukannya kita melakukannya oleh Allah dan demikian juga materi yang kita peroleh sebagai bentuk ujian dari Allah swt. Maka sikapi dengan bijak seperti halnya diakhir ayat Allah yang Maha Bijaksana dalam menyikapi hidup ini agar kita mendapatkan kebaikan terhadap apapun yang kita lakukan dan kita peroleh.
Alhamdulillahi rabbil alamin, Insya Allah menjadi pemahaman yang baik untuk dimampukan oleh Allah untuk kita jalankan. amin

Sunday, May 5, 2013

Kita beriman tapi masih belum maksimal dalam beramal shaleh

Allah berfriman dalam surah Al Hajj, surah ke-22 ayat 11,


11. dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi[980]; Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam Keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang[981]. rugilah ia di dunia dan di akhirat. yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.[980] Maksudnya: tidak dengan penuh keyakinan. [981] Maksudnya: kembali kafir lagi ( QS Al hajj, 22 : 11)

Termasuk dimanakah kita dalam beriman kepada Allah ? Kita yang muslim telah mengnklaim diri kita adalah orang yang percaya dan menyakini bahwa Tuhan kita adalah Allah yang ESA. Tapi sering ada pertanyaan dalam diri kita sendiri "kok saya belum benar-benar beriman", buktinya masih banyak yang belum kita kerjakan dari perintah Allah. Bukankah kalau kita beriman maka kita pun taat.
mari kita pahami ayat di atas, ada diantara manusia yang masih ragu dalam beriman kepada Allah. Orang tersebut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Saat menerima kebaikan, mereka tetap dalam keadaan itu juga
2. Saat ditimpa bencana, maka mereka berbalik dari Allah swt.
Untuk point 1, kita hampir sama dan bahkan kita lebih merasa bahwa kitalah yang melakukannya. Kita tidak menambah amal yang menambah keimanan kita. dan bisa jadi kita lebih cenderung untuk dalam kondisi seperti itu atau cisa juga membuat kita sombong.
Sedangkan point 2, bisa jadi kita tidak seperti itu saat menerima bencana. Tapi boleh kita merenung saat kita menerima bencana kita lebih banyak ibadah dan berdoa ...lalu bila doa kita terkabul kita kembali seperti biasa.
Mengapa kedua hal diatas bisa terjadi ? Karena memang iman yang sudah kita peroleh tidak kita pupuk agar bisa tumbuh lebih baik. Bagaimana caranya ?
Agar kita tidak dalam keraguan .... maka tanamkan diri kita untuk selalu membaca Al Qur'an, kok gitu ? 
Kalau isi kepala (pikiran) kita adalah BAIK, maka sikap dan cara berpikir kita pun BAIK dan sebaliknya. Kita menjadi ragu karena banyak hal dan setiap hari kita dimasuki oleh ilmu dan pemahaman yang BUKAN dari Al Qur'an. Kalau kita percaya kepada Allah, kita pun percaya kepada hari kiamat. Untuk sampai kepada hari kiamat (kematian), kita mesti membangun kebiasaan BAIK sehingga iman kepada Allah itu terisi dengan AMAL SHALEH. dan hal itu bisa terjadi bila kita SELALU membaca Al Qur'an 
Karena kita jarang membaca Al Qur'an maka pikiran kita terisi oleh rayuan syetan sehingga terbentuklah pola "pikir syetan" .... berdampak kepada "pembantahan" saat kita membaca atau mempraktekkan isi Al Qur'an.

di antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah[976] tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti Setiap syaitan yang jahat, [976] Maksud membantah tentang Allah ialah membantah sifat-sifat dan kekuasaan Allah, misalnya dengan mengatakan bahwa malaikat-malaikat itu adalah puteri- puteri Allah dan Al Quran itu adalah dongengan orang- orang dahulu dan bahwa Allah tidak Kuasa menghidupkan orang-orang yang sudah mati dan telah menjadi tanah  ( QS Al hajj, 22 : 3)
  
4. yang telah ditetapkan terhadap syaitan itu, bahwa Barangsiapa yang berkawan dengan Dia, tentu Dia akan menyesatkannya, dan membawanya ke azab neraka. ( QS Al hajj, 22 : 3)

Dan ayat selanjutnya Allah menerangkan bahwa hari kiamat itu dapat ditunjukkan oleh serangkaian kekuasaan Allah yang berhubungan dengan hal itu, yaitu dimana mampu menghidupkan yang mati dan mematikan yang hidup, seperti lanjutan ayat berikut ini. Lanjutan dari ajakan untuk taat dengan mempertanyakan apakah kita masih ragu “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur)”

5. Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.di antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah[976] tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti Setiap syaitan yang jahat, [976] Maksud membantah tentang Allah ialah membantah sifat-sifat dan kekuasaan Allah, misalnya dengan mengatakan bahwa malaikat-malaikat itu adalah puteri- puteri Allah dan Al Quran itu adalah dongengan orang- orang dahulu dan bahwa Allah tidak Kuasa menghidupkan orang-orang yang sudah mati dan telah menjadi tanah. ( QS Al hajj, 22 : 5)

6. yang demikian itu, karena Sesungguhnya Allah, Dialah yang haq[977] dan Sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, [977] Maksudnya: Allah-lah Tuhan yang sebenarnya, yang wajib disembah, yang berkuasa dan sebagainya.  ( QS Al hajj, 22 : 6)


Tidak lain semua penjelasan dari Allah itu agar kita sadar tentang kekuasaannya yang terjadi pada diri kita sendiri dan sekitar kita :
1.    Proses penciptaan manusia yang tadinya tidak ada menjadi ada kemudian dari bayi hingga dewasa
2.    Allah mematikan manusia sesuai ketentuanNYA ada yang mati muda dan ada yang mati tua.
3.    Allah menunbuhkan berbagai tanaman/tumuhan yang tadinya telah “mati” dengan menurunkan hujan

Tiga kejadian di atas kita lihat dan alami sepanajng hidup kita. Tapi dalam kenyataannya kita seringkali tidak mempertanyakan “bagaimana hal itu terjadi ?” dan hanya menerima keadaan itu sebagai hal yang memang harus terjadi. Keadaan ini (jawaban atas renunngan semua peristiwa di atas) menjadi penentu bagi kita apakah kita menyadari dan memahaminya ? Lalu membuat kita BERIMAN kepada Allah  dan  TAAT.

Semua itu Allah tunjukkan sebagai bentuk bahwa “Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”  dan kita pun SUDAH melihatnya, ada yang percaya sebatas pengetahuan, ada yang membantah dan ada pula yang percaya dan taat.
Dan kita pun ditegaskan lagi oleh Allah “Sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang”

7. dan Sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.  ( QS Al hajj, 22 : 7)

Apa hikmahnya bagi kita yang muslim ? Bahwa ada makna yang dalam dari beriman kepada Allah DAN BERIMAN KEPADA HARI KIAMAT, yaitu mendorong kita untuk TAAT (bertaqwa) dengan perintah dan laranganNYA. Maka konsekuensi dari beriman kepada Allah dan hari kiamat adalah ketaatan kepada Allah, dan bila kita ragu dengan hal itu maka renungkanlah semua kejadian alam ini adalah datang dari kekuasaan Allah. Dan untuk memahami itu diperlukan ilmu yang hak yang benar yaitu kita Allah … Al Qur’an. Jadi membaca Al Qur’an sebagai petunjuk (ilmu yang benar) yang benar yang menuntun kita untuk mempercayai Allah, hari kiamat dan bagaimana caranya untuk taat.

Alhamdulillahi rabbli alamn, Hari ini kita telah manambah ilmu yang kita ambil hikmah dari Al Qur’an. Mari kita tanamkan bahwa ayat-ayat Al Qur’an itu BUKAN TEORI tapi ayat-ayat nyata yang dapat kita lihat, pahami dan aplikasikan. Yang membuat kita masih melaksanakan sepenuhnya ayat-ayat Al Qur’an itu karena kita masih jarang memahaminya (membaca AL Qur’an) sehingga dalam tindakan kita masih “ragu”. Hal inilah yang membentuk keyakinan dan pikiran kita tidak tertuju kepada Al Qur’an. Kalau kita sering belajar berhitung berkali-kali menjadikan kita mahir dari yang tadinya tidak tahu. Mengapa kita tidak melakukannya pada kebiasaan untuk membaca dan memahami Al Qur’an ?