Kesempurnaan ilmu dengan BERAMAL SHALEH (ACTION) tanpa henti yang menjadikan dunia lebih baik.

Hubungi 081310737352 untuk pelatihan spiritual gratis inhouse atau organisasi/arisan/keluarga,

Sunday, November 13, 2011

Mengapa kita memarahi sedangkan kita tidak mau dimarahi ????

Bisakah kita terhindar dari kesalahan ? Tidak bisa, yang artinya kejadian pasti terjadi dan terjadi lagi. Bahkan kita mengatakan "kesalahan adalah guru terbaik buat kita" dan sebagainya.
Apa sikap kita saat melakukan kesalahan ? Bisa jadi kesalahan yang kita buat itu "terasa tisak salah", lalu setelah sadar dan dilihat orang lain. Kalau bisa kesalahan itu bisa terjadi tapi tidak terlihat oleh orang lain. Kita merasa tidak suka (sakit) saat ditegur kesalahan kita dan merasa "rendah", sekalipun kita sadar kita berbuat kesalahan dan mengakui kita salah. Dalam hati kita kepada orang yang memarahi kita, "emang dia tak pernah berbuat salah" ? dan "saya mau dimarahi orang orang yang tidak berbuat salah". Kondisi kesalahan yang kita perbuat adalah kondisi yang tidak menyenangkan bagi kita dan kalau bisa semua itu terjadi tapi tidak diketahui orang lain. Mungkinkah ??? Tidak mungkin.
Kalau kita sudah merasa tidak nyaman dengan kesalahan dengan dimarahi orang, mengapa kita menjadi merasa benar untuk memarahi kesalahan orang lain ???? Camkanlah kesalahan itu harus disikapi dengan perasaan yang nyaman yang memunculkan dorongan untuk tidak mengulanginya lagi BUKAN dengan memarahi yang membuat suasana tidak nyaman yang bisa berakibat buruk dengan sikap selanjutnya.
Mari kita menciptakan suasana menyenangkan bagi semua orang yang kita hadapi karena memang kita juga seperti mereka pernah berbuat salah. Salah boleh tapi menyadari kesalahan untuk memperbaiki kesalahan itu harus dilakukan sejak kita tahu atau dibertahu orang lain. Mau tidak berbuat salah .. maka jangan menghindari kesalahan itu dan koreksilah.

Pengen syurga .... senangi kematian

Semua orang sangat ingin masuk Syurga, tapi apakah keinginan itu sangat kuat ? Ingin ke Syurga, maka menyenangi kematian. Apakah kita menyenangi kematian ??? Tak banyak orang ingin Syurga tapi tidak menyenangi kematian .... ini ditunjukkan oleh seberapa hebat orang tersebut menyiapkan kematian. Dan langkah lebih jauh dapat kita lihat apakah seseorang itu menyenangi kematian ???? Apakah orang tersebut telah banyak berbuat amal shaleh untuk menanti kematian yang dia senangi yang mengantarkannya ke Syurga.
Mari kita renungkan, Cinta Syurga ... Cinta Kematian  ... Cnta Amal Shaleh. Mauu  ?? pasti mau, tapi seberapa banyak kita berbuat, itulah kita dan dimana kita sampai ???  Semoga Allah memampukan kita untuk selalu beramal shaleh, semakin hari semakin berkualitas. Aminn

Masih irikah kita dengan orang lain ???

Dalam keseharian kita, banyak hal yang kita lihat dan kita rasakan dari lingkungan kita. Muncullah keinginan untuk bisa seperti orang lain atau kok mereka bisa ??? bukankah mereka tidak lebihbaik dari kita. Ada sedikit "iri" atas apa yang sudah diperoleh orang lain.
Melihat si anu yang tidak sekolah kok bisa sukses, dan muncul prasangka buruk ... barangkali dia pakai ilmu ..... dan cara ..... Mengapa itu bisa terjadi ??? Salah sebabnya adalah kita yang tidak mau menjadi diri kita sendiri sesuai pekerjaan, tugas atau peran kita.
"Jadi direktur itu enaknya, bisa marah, bisa datang terlambat, bisa jalan-jalan dan uangnya banyak",kata seorang karyawan. Terus kita kepengen jadi direktur. Salahkah ? Tidak. kalau kita karyawan, maka jadilah karyawan yang benar yang selalu meningkatkan kinerja kita dan team dari waktu ke waktu. Terus ?? Sampai kapan kita menjadi karyawan terus. Yakinlah pada waktu yang tepat dan diizinkan Allah, maka kesuksesan dapat kita raih dengan menjadi karyawan yang benar karena tindakan kita. Dan bisa jadi buahnya adalah diangkat menjadi direktur.
Jadi masihkah kita untuk terus "iri" dengan apa yang telah dimiliki orang lain ? Sedangkan kita belum mampu menjadi diri sendiri dengan benar sesuai tugas/pekerjaan/jabatan yang kita pegang saat ini. Menjadi hebat apa yang kita miliki sekarang menjadi lebih penting daripada "iri" dengan orang lain. Bukankah orang lain itu sudah menjadikan dirinya hebat dengan pekerjaannya.
Renungkan tubuh kita, tangan kiri tidak iri dengan tangan kanan, kaki tidak iri dengan otak, mata tidak iri dengan telinga dan demikian juga yang lain. Yakinilah bahwa kita ini harus menjadi diri kita sendiri sesuai tugasnya, ya ustad tidak iri dengan pemimpin dan sebaliknya. Jika kita memikirkan apa yang bisa kita perbuat dengan apa yang kita miliki dan tugas yang kita emban maka menjadi indahlah sebuah rumah tangga, masyarakat, kantor dan bernegara. Semoga Allah mampu menjadikan kita orang yang berkarya terus-menerus dan semakin baik. Aminn

Kebahagian berarti memberi ...

Ada dalam hidup kita ini yang sangat berarti adalah memberi sesuatu apa saja kepada seseorang yang membuat dia terlepas dari penderitaan atau membahagiakannya. Bisa uang yang kita berikan, bisa tenaga yang kita berikan atau ilmu yang kita berikan, sesuatu yang kita berikan itu tidak membuat kita berkurang, tapi bahkan menimbulkan kebahagian.
Kebahagian lain adalah di saat kita mampu melakukan pekerjaan dengan sesuatu yang kita miliki sehingga bernilai tambah. Misalkan kita memasak sesuatu yang lezat sekali dan kita lanjutkan dengan memberi kepada orang lain yang memuji kelezatan masakan kita. Saat masakan dimakan dan dipuji, muncullah kebahagian di hati ini.
Dapat kita simpulkan bahwa kebahagian itu muncul dengan cara memberikan kebahagian yang kita miliki untuk orang lain.
Kedua kebahagian itu tersimpan dengan baik dalam memori kita yang mampu menyemangati aktivitas kehidupan kita. Tapi fakta bicara kita mencari kebahagian itu dengan banyak mengumpulkan sesuatu uang, rumah, benda-benda yang kita senangi, jalan-jalan, berbelanja baju baru dan sebagainya yang kesemuanya adalah bentuk menerima materi agar kita bahagia. Tidakkah semua itu memacu kita untuk terus "serakah" dan menjadi tidak mau memberi, yang akhirnya kebahagian itu tidak pernah kira peroleh.
Masihkah sulit untuk menjadi bahagia ? Apapun yang kita miliki seharusnya mampu membahagiakan kita dengan memanfaatkannya menjadi bernilai dan berikan/berbagi kebahagian untuk orang di sekitar kita. Semoga kita selalu mampu membahagiakan hidup ini sepanjang usia kita. Amin

Sunday, October 16, 2011

Pasrah ..... ????

Bisa jadi kita sudah beberapa kali mengingatkan orang untuk kebaikan, dari hari ke hari, dari minggu ke minggu bahkan bulan ke bulan. Akhirnya kita bilang "budek aja tuh orang" dan kita sudah pasrah (tidak mengingatkan lagi)."Percuma" ...... apakah ini yang namanya pasrah ?
Seorang ibu sampai tuanya seringkali, membangunkan kita sampai "shalat ya" atau "sudah shalat belum ?" dan semua itu tidak pernah berhenti .... itukah dinamakan pasrah ?
Saya memilih pasrah itu tak berujung sampai kita tak mampu secara fisik bergerak dan hanya bisa berdoa. Seringkali kita mendengar atau melihat sebuah musibah yang buruk dimana seseorang yang tetimpa reruntuhan ...tidak bisa berbuat apa-apa lagi dan hanya hati yang bicara lewat doa dan dzikir. Kepasrahan total kepada Allah mendatangkan kebaikan
Jadi jangan pernah mengatakan pasrah "pasrah aja" kalau kita masih bisa berbuat sesuatu, itu semua kita sebenarnya malas atau tidak mau berbuat lagi karena semua itu tidak berbuah (hasil). Pastikan kita ini sama halnya dengan Nabi Muhammad hanya sebagai pemberi peringatan (tidak mampu merubah dunia) saja, maka hilangkan berharap hasil yang bisa mengantarkan kita kepada keikhlasan. Beramal shaleh dan beramal shaleh tanpa henti.

Saturday, October 15, 2011

Training calon bidan di Puncak


Alhamdulillah bisa berbagi dengan calon bidang untuk mengenal Allah lewat training 1 hari di Puncak, tertawa, merenung dan menangis .... Semoga selalu sadar setiap saat kepada Allah. Amin

Berterima kasihlah dengan amal (tindakan) shaleh

Berterima kasih seringkali terucap dan terwakili dengan lisan "terima kasih" .... bermain dengan kata terima dan kasih memberi makna bahwa keinginan kita berterima kasih dapat disempurnakan dengan bertindak positif kepada orang yang memberi kepada kita. Bagaimana berterima kasih yang terbaik ? Beramal shaleh, bertindak dengan apa yang diberikan untuk menjadi nilai plus atau bertindak untuk menyemangati diri sendiri yang dapat memberi nilai positif secara langsung/tidak langsung kepada orang yang memberi, amal shaleh itu bisa meringankan, mendukung, membuat tersenyum sampai berdoa.
Kita yang terpilih dalam melaksanakan tugas, berterima kasih kepada yang memberi tugas dan rekan kerja yang tidak ditugaskan, untuk yang terkahir ini why ? Yang pasti kita terpilih (diberi kesempatan untuk beramal shaleh) karena ada orang yang tidak terpilih dan berterima kasihlah dengan cara menjadikan diri kita melakukan yang terbaik yang dihotmati oleh banyak orang. Karena yang tidak terpilih memuji apa yang kita lakukan dengan yang terbaik, maka orang yang tidak terpilih menjadi ikut senang dan pasti juga mendukung apa yang sudah kita lakukan. Berterima kasih, dengan amal shaleh memperoleh kebaikan buat kita sendiri.
Seorang ayah BUKAN karena sebagai kepala keluarga untuk tidak berterima kasih kepada isteri dan anak, maka berterima kasihlah dengan menjadikan kita sebagai ayah yang memberikan kebaikan untuk keluarga yang membuat kagum anak dan isteri. Maka anak dan isteri dengan ikhlas (ridho) mendoakan dan mendukung apa yang sudah kita kerjakan. Jadi tugas yang kita kerjakan apapun itu mesti menjadikan kita melakukan yang terbaik sebagai bentuk berterima kasih ... inilah yang dikehendaki Allah sebagai hamba yang bersyukur. Sudahkah kita menjadi yang terbaik ?