Kesempurnaan ilmu dengan BERAMAL SHALEH (ACTION) tanpa henti yang menjadikan dunia lebih baik.

Hubungi 081310737352 untuk pelatihan spiritual gratis inhouse atau organisasi/arisan/keluarga,

Monday, October 10, 2011

Berterima kasih dan berdoa buat semua

Seringkali kesuksesan itu menjadi ukuran apa yang kita lakukan. SUKSES berarti SAYA, tapi bila direnungkan kita SUKSES karena upaya orang lain. SUCCESS bisa dibaca sempurna SUCCESS without U (you), artinya yang mengantarkan kesuksesan kita BUKAN hanya karena kita tapi karena you .... teman dekat, pasangan, orang tua, bawahan, atasan, pembantu dan siapa pun orangnya. Maka sudah sepantasnyalah kita berterima kasih. Sudahkah kita berterima kasih ?
Berat atau tidak sadar atau memang tidak mau untuk berterima kasih, dan bisa jadi berterima kasih itu adalah awal dari kesuksesan kita. Terima kasih membuahkan hasil berupa perasaan senang pada orang yang diucapkan terima kasih sehingga menjadikan orang itu ingin lagi membantu dan bahkan berdoa buat kesuksesan kita. Maukah kita menjalani SUKSES seperti ini ? HANYA sering berterima kasih dengan tulus.
Bagaimana selain berterima kasih, kita pun berdoa buat orang yang telah membantu kita ?? Maka kesuksesan itu pun semakin dekat kepada kita. Dan Yang pasti kesuksesan itu tidak perlu modal besar selain apa yang kita perbuat ... iringi dengan berterima kasih dan berdoa kepada orang di sekitar kita.

Berkenalan dengan emosi

Emosi yang ditunjukkan dengan ekspresi lewat perasaan tanpa disadari selalu menghinggapi sepanjang hari kita, mulai dari bangun pagi sudah memunculkan perasaan dingin sehingga kita bisa menarik selimut untuk tetap hangat atau kita bangun dengan beraktivitas agar tubuh tetap hangat sampai menjelang tidur. perasaan capek ingin tidur memunculkan upaya dengan menonton tv sampai kita tertidur atau tidurpun disengaja dengan memajamkan mata. Dari cerita itu, apakah emosi itu negatif atau positif ?? Kebanyakan orang membagi emsoi dengan emosi egatif dan emosi positif, tapi benarkah itu ? Emosi merupakan reaksi atas apa yang kita rasakan, kita lihat, kita dengar dan apapun itu yang berupa perasaan yang cenderung pada otak kanan, emosi adalah pendorong untu berbuat. Maka emosi itu netral dan menjadi negatif atau positif tergantung dari tidankan yang kita lakukan.
Karena emosi itu lebih bersifat non logika (perasaan), maka solusinya hanya dengan menikmatinya .... tindakan yang logis. Perasaan sayang, maka nikmati perasaan itu dengan lisan yang santun atau berbuat kebaikan dan sebagainya.
Karena emosi itu cenderung kepada yang negatif, maka ajaklah bicara terus-menerus dengan tenang emosi itu hingga emosi itu menurun.
Karena ketidakmampuan dan kelemahan kita, maka emosi itu dapat dikontrol dan diarahkan kepada yang positif HANYA dengan mendekatkan kepada yang menciptakan segalanya, Allah Swt.
Semoga perkenalan ini membuat kita menjadi orang yang mampu mengarahkan emosi yang membuat kita sukses.

Wednesday, October 5, 2011

Menunggu Rezeki .....

Keinginan terbesar dalam keseharian kita adalah mendapatkan rezeki, rezeki tidak berarti sekedar memperoleh uang, tapi bisa jadi segala sesuatu yang mencukupkan kita untuk bisa hidup. Seorang pedagang yang menjaga jajanan menunggu pelanggan yang datang, apakah betul pedagang itu menunggu rezeki ? Benar dia menunggu rezeki, tapi pedagang itu sudah mempersiapkan dan mendisplay jajanannya merupakan aktivitas yang BUKAN sekedar menunggu rezeki. Lalu dengan senyuman dan perilaku dalam menjajakan dagangan untuk mudah dilihat dan menarik BUKAN juga sekedar menuunggu rezeki. Tetap bertahan dari waktu ke waktu sampai datrangnya pelanggan untuk membeli merupakan upaya untuk menjadi sabar BUKAN sekedar menunggu rezeki dan akhirnya kita berucap Alhamdulillahi rabbil alamin. Kembali terus melakukannya dan berdoa BUKAN sekedar lagi menunggu rezeki tapi meraih upaya untuk dicintai, diridhai dan dirahmati Allah. Semoga Allah selalu membimbing kita untuk tetap lurus meraih rahmatNYA melalui rezeki yang kita peroleh dengan menjadi hamba yang pandai bersyukur

Tuesday, October 4, 2011

Semangat kerja .... terbiasa dan menurun

Semangat kerja ibarat api, perlu energi awal yang besar untuk memunculkannya. Api yang kecil bisa menjadi besar dan bisa terus membakar bila ada yang dibakar. Sebaliknya semangat menurun bila yang dibakar sedikit atau sulit dibakar. Semangat yang tadinya kecil bisa menjadi bertambah besar semangat bila apa yang kita lakukan sesuai dengan semangatnya. Semangat perlu dijaga dan kita memerlukan situasi dan lingkungan yang mendukung, layaknya api menjadi padam bila bertemu air dan kurangnya oksigen.
Sejak pagi, berangkat kerja bersemangat ..... menjadi menurun saat kita sudah mulai kesal dengan jalan yang macet atau menunggu kendaraan yang tak kunjung tiba, ditambah suasana hari yang tidak bersahabat, misalkan hujan. Yang akhirnya semua itu menjadi kacau saat tiba di kantor, ngomel sendiri dan kadang berbincang tentang kemacetan dengan siapa yang kita temui. Atau bisa juga terkondisi oleh pekerjaan yang sama setiap hari yang membuat kita bete/bosan yang berakhir menurunnya semangat. Kalau sudah begini, apa yang bisa kita lakukan ? Semangat yang sudah ada dapat terus dipertahankan dengan selalu ingat tujuan akhirnya, sekalipun ada sedikit gangguan/godaan, yang berani mendekati/melakukan hal kecil yang mengarah kepada semangat yang membangun, yang cukup berarti carilah alasan-alasan untuk tetap bersemangat yang mampu membakar semangat itu semakin besar dan selalu mencari cara-cara (berubah) untuk menuju semangat tertinggi pada akhir pencapaian.

Monday, October 3, 2011

Macet ....frustasi..... emosi

Hampir minimal 1 bulan sekali atau bahkan ada yang lebih mengalami kemacetan. Di pertigaan jalan karena tidak ada lampu lalu lintas atau polisi, bisa menyebabkan kemacetan .... membuat kita frustasi dan emosi serta menuduh orang lain yang tak sabaran.
Bila renungkan sesaat mengapa kemacetan itu terjadi karena pada saat yang bersamaan semua (banyak) orang berada di pertigaan itu untuk mengejar (takut terlambat) waktu tiba di tempat tujuan tepat waktu. Nggak percaya, coba diperhatikan bila ada seseorang yang dengan santai berada ditengah kemacetan itu, menunggu dan mengikuti arus yang ada ... dapat ditebak orang itu "belum" atau tidak membutuhkan waktu cepat tiba di rumah atau memang. orangnya sabar. Sangat berbeda bila di pertigaan itu ada pengatur lampu lalu lintas atau marka lainnya. Bisakah kita lebih menghargai orang lain untuk berjalan dan kita menunggu agar lancar ? Bukankah menghargai orang lain itu lebih manusia ..... dan bila tidak ada saling menghargai itu, maka mementingkan diri sendiri berarti macet.
Kita ini lebih patuh pada lampu lalu lintas/peraturan dan sejenisnya daripada patuh langsung kepada orang, setuju nggak ? .......
Lalu lintas/peraturan itu yang sering kita patuhi ... tidak bernyawa, ibarat bekerja layaknya robot. Apakah kita sudah kehilangan "kemanusian" ? Bukankah peraturan itu dibuat oleh manusia juga, maka sebaiknya peraturan tak tertulis dalam etika dan kesopanan menjadi lebih penting dari sekedar peraturan tertulis.
So Belajar untuk menjadi manusia yang seutuhnya.

Sunday, October 2, 2011

Bermain ... bekerja .... belajar

Ungkapan "belajar sambil bermain" yang menarik adalah kata berman yang membuat kita merasa nyaman dan tidak ada beban. Mengapa orang dewasa semakin kurang suka bermain ? Bisa jadi kita sudah tidak memberi ruang dan waktu untuk bermain karena kesibukan kerja, terutama di kota besar. Bermain dan bekerja seolah-olah menjadi dua hal yang berbeda, apa bedanya dengan "belajar dan bermain". Fakta menunjukkan bahwa kalau sedang bekerja tidak boleh bermain, maka seringkali saat libur tiba banyak orang berlibur/bermain untuk sementara melupakan bekerja. Dan bila waktu bekerja tiba kembali, maka tak ada lagi waktu bermain. Adakah yang salah ? Tidak ada yang salah, tapi alangkah indahnya bila kita mempunyai sikap "Bekerja sambil bermain"
Bekerja sambil bermain diartikan bekerja dengan perasaan senang (perasaan yang muncul saat bermain) dan memanfaatkan apa yang kita kerjakan sebagai objek permainan sehingga kita terhindar dari rasa terbebani. Saat menemui kesulitan, maka muncul segala upaya untuk menyelesaikannya dengan senang dan dengan sabar terus mencari solusi. Akibatnya kita bisa banyak belajar dari hal yang sudah kita lakukan dan merasa ingin mengerjakan lebih baik lagi (demikian juga kalau kita bermain, menjadi menantang untul naik level).
Jadi bermain - bekerja - belajar menjadi satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan. Berani melakukannya ? Pasti menyenangkan dan manfaat.

Saturday, October 1, 2011

Seandainya aku jadi ...

Seringkali kalau kita melihat/mendengar (ke atas) sesuatu yang menarik/enak dari orang lain, terbersit muncul keinginan untuk "memilikinya". Seandainya ..... saya jadi orang itu (jabatan/yang memiliki materi berlebih), maka banyaklah hal yang ingin kita lakukan. Tapi bagaimana dengan sesuatu yang kita lihat ke bawah ? Kita tidak mau berandai tapi "kasihan ya". Anak buah pengen banget kayak atasan, dan atasan bilang nggak enak jadi atasan. kalau ini terjadi maka muncul ketidakharmonisan hubungan karena setiap orang tidak menyadari/menerima posisinya masing-masing.
Apa yang bisa kita perbuat ? Terimalah posisi dengan senang hati dan BERANDAILAH menjadi diri sendiri yang terbaik, maka semakin hari. Berandai dengan menjadi bawahan yang benar, maka kita siap menjadi atasan ("seandainya jadi atasan"). Berandailah menjadi atasan yang benar, maka siap melayani bawahan dengan baik. Hal lain, seandainya kita banyak uang .... ubahlah sikap itu dengan menerima apa adanya kita sekarang dan Berandai menjadi orang yang terbaik dalam bekerja sehingga kita mampu dan siap menjadi orang yang banyak uangnya,akhirnya semua jadi nyata.