Kesempurnaan ilmu dengan BERAMAL SHALEH (ACTION) tanpa henti yang menjadikan dunia lebih baik.

Hubungi 081310737352 untuk pelatihan spiritual gratis inhouse atau organisasi/arisan/keluarga,

Sunday, March 10, 2013

Bersyukur 9, Tawar nenawar ??

Tanpa kita sadari bahwa bersyukur seperti halnya jual-beli. Kok bisa ? Ada ungkapan yang pernah kita ucapkan tanpa sadar,"kalau ada saya tambah bersyukur". Sekilas tidak ada yang salah. BUt bila kita renungkan lebih dalam, maka kita seperti menawar kalau Allah kasih saya lebih maka saya mau bersyukur lebih berkualitas (lebih banyak). apa yang terjadi ? Kita berkomunikasi dengan Allah, kalau Allah kasih maka kita baru mau. Posisi bargaining ini tidak pantas bagi kita sebagai hamba Allah, dimana memang kita bisa berkehendak tapi hal itu jadi kesalahan fatal. Allahlah yang berkehendak bahwa bila hambaNYA bersyukur maka Aku tambahkan nikmat.
lalu apa ynng harus kita lakukan ? memohon maaf an ampun kepada Allah atas sikap dan perilaku kita tersebut di atas. Dan yang pantas dan seharusnya kita lakukan adalah benar-benar bersyukur atas nikmat yang telah diberikan dan kalau tidak bersyukur kitapun memperoleh balasanNYA. Dan jangan sampai pula bahwa kita sudah berharap balasan nikmatNYA atas apa yang kita lakukan daam bersyukur. Balasan itu HAK Allah dan kita hanya berhak memohon agar apa yang kita inginkan sesuai dengan apa yang Allah berikan sebagai balasanNYA.
Semoga penjelasan ini dapat menjadi inspirasi kita dalam memperbaiki sikap dan cara kita bersyukur. Ya, Allah janjiMU benar, maka ajari dan mampukan kami untuk bersyukur dan hanya bersyukur. Amin

Friday, March 1, 2013

Syukur 8, Rekayasa syukur ?

Rasa syukur pasti menghasilkan kebaikan dan kalaupun belum kita peroleh kebaikan itu maka kita bisa menjadi sabar. dan sabar itu buah dari kebaikan.

Tuesday, February 26, 2013

Syukur 6, karyawan bersyukur 1

Menerapkan bersyukur sebagai karyawan dimulai dari :
1. Menerima dengan ikhlas "sewaktu" kita diterima sebagai katyawan pertama kali di perusahaan kita sekarang dan akibatnya bersyukur (rasa terima kasih) itu membuat kita ingin membalas semua dengan pekerjaan yang membuat perusahaan semakin meningkat
2. Sadari bahwa sebelum kita masuk kerja di perusahaan sekarang, dulunya kemampuan kita tidak seberapa dan sekarang kita sudah bisa ini dan sudah bisa itu. Maka bersyukurlah dengan kemampuan kita yang sudah berkembang itu untuk dipraktekkan di perusahaan kita sekarang
3. Dan bersyukur pula kalau kita menjadi "trouble maker" yang membuat perusahaan yang lambat berkembang dengan cara "keluar" dari perusahaan.
Mari kita perhatikan keterkaitan antara kita, perusahaan dan apakah kita sudah bersyukur ??
Apakah perusahaan menjadi semakin berkembang yang juga membawa kita kepada karir yang lebih baik ?? Bila ya, maka apa yang kita kerjakan atau team kerjakan membawa keberkahan bagi banyak orang (perusahaan). Dan bila terjadi salah satu menjadi lebih baik :
a. Diri kita semakin baik dalam karir tapi belum mampu membawa perubahan bagi perusahaan, maka kebersyukuran itu masih dalam lingkup personal. Lalu apa yang mesti kita lakukan ? Membawa banyak orang dalam visi yang sama dalam bersyukur.
b. dan sebaliknya, bila perusahaan menjadi semakin hebat (berkembang), tapi kita masih seperti itu-itu saja. Hal ini menunjukkan kita tertinggal dari gerbong (perusahaan), kita sendiri belum bersyukur .
c. Dan dapat kita ukur pula kualitatif, apakah ilmu, cara kerja, ketenangan hati, banyaknya rekan dan sebagainya ? kalau tidak bertambah, maka bersyukurnya kita masih rendah dan tidak bertambah. Sebaliknya  bila ya, maka teruskanlah cara yang sudah kita lakukan semakin baik lagi secara kualitas maupun kuantitas.

Sunday, February 24, 2013

mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran/kekuasaan Allah?

Dalam keseharian, kita tidak merasakan dan memandang bahwa kita ini mengakui (percaya) kepada kebesaran dan kekuasaan Allah, TAPI bila ditanya kita percaya pada kebesaran/kekuasaan Allah ? Jawabannya adalah SAYA PERCAYA. lalu bila kita membaca ayat 13 Surah Nuh ini, apa yang terpikir oleh kita ?


$¨B ö/ä3s9 Ÿw tbqã_ös? ¬! #Y$s%ur ÇÊÌÈ  
13. mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran/kekuasaan Allah?

dalami lebih lanjut pertanyaan dari ayat di atas adalah mempertanyakan apa yang sebenarnya yang kita percayai ? Hanya lisan dan pemahaman saja tanpa mempraktekkannya.
Coba kita renungkan :
Kita percaya kebesaran/kekuasaan Allah ... misalkan Allah menciptakan malam dan siang seperti pada ayat berikut ini masih dalam surah NUh

Ÿ@yèy_ur tyJs)ø9$# £`ÍkŽÏù #YqçR Ÿ@yèy_ur }§ôJ¤±9$# %[`#uŽÅ  ÇÊÏÈ  
16. dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita?

Kita masih percaya di lisan dan pemahaman saja tanpa mengamalkannya. bagaimana keimanan itu terwujud dalam tindakan (amal shaleh).
1. Kita mesti mampu mengatur aktivitas kita agar tibanya malam kita sudah siap memasuki suasana malam. Maka bila waktu itu tidak cukup pada siang hari, maka dapat dilanjutkan keesokan hari tanpa memaksa untuk mengerjakannya di malam hari yang telah menyita haknya tubuh dalam beristirahat. lalu agar kita mampu mengelola itu semua dengan cara menambah ilmu agar apa yang kita kerjakan dap[at dikerjakan lebih cepat dan lebih berkualitas.
2. Kita menanti malam dengan senang hati BUKAN merasa capek/terpaksa sehingga malam itu tidak dapat kita nikmati (berjalan seperti apa adanya). Bukankah dengan adanya malam membuat kita dimampukan oleh Allah di pagi hari dengan kondisi yang lebih baik. Kitakah yang berkuasa melakukannya ? Tidak, maka dari itu sambutlah malam sebagai bekal kita untuk bekerja di siang hari.
3, Kita pun mesti mampu melihat, menyadari, merasakan dan mengakui semua dibalik kekuasaan Allah dalam menciptakan siang dan malam yang terjadi berulang-ulang dan diatur secara harmonis. maka tidak mengeluh kita berhenti bekerja karena datangnya malam dan mengeluh datangnya siang karena waktu istirahat kita tidak cukup.
4. dan banyak hal lain yang mampu kita sikapi dan kerjakan dalam MEMPERCAYAI KEKUASAAN ALLAH.

dengan penjelasan di atas, semoga menjadi wawasan ilmu yang mampu meningkatkan keimanan kita kepada Allah swt. 




Saturday, February 23, 2013

Syukur 5, syukur vs mimpi

Telur dan ayam, mana yang lebih dulu ? Banyak mengatakan semaunya kita, kalau kita bilang ayam ya benar dan bila kita bilang telur ya benar juga. Mengacu pada penciptaan manusia, maka bisa jadi ayam yang lebih dulu. Analog dengan cerita ayam dan telur, mana yang lebih penting ... bersyukur dapat nikmat atau memimpi kan nikmat baru bersyukur.
Mari kita selami makna, bermimpi yang mendorong kita bekerja (bersyukur) dengan memanfaatkan apa yang kita miliki. Dalam banyak kasus seringkali kondisi menimbulkan tekanan pada diri manusia karena harus mengejar mimpi itu, kalau tercapai ya bagus (tapi kita sudah mengalami perubahan fisik dan psikis karena tekanan) dan kalau tidak tercapai semakin membuat kita sangat tertekan atau bisa juga semakin mendorong untuk mencapainya (tapi kondisi tubuh semakin tertekan).
Sebaliknya bila kita bersyukur dengan niat selalu melakukan perubahan untuk menjadi lebih baik berdasarkan apa yang kita miliki, di saat itulah kita mampu memprediksi apa yang ingin kita capai (bisa juga berupa mimpi kita tapi bisa juga tidak). Kondisi ini kita bekerja tanpa beban dan dilingkupi perasaan senang.  hal ini mampu memberikan atau mengoptimalkan kinerja kerja kita, dimana bila tercapai apa yang kita prediksi (kita inginkan) maka muncul kebaikan berupa ungkapan rasa syukur yang luar biasa yang tertuju kepada Allah (sang Pencipta). Dan sebagai rasa syukur, kita pun terpancing untuk berbagi atas nikmat yang kita terima.
dari penjelasan di atas, boleh-boleh saja kita bermimpi tinggi lalu jangan sampai menjadi beban yang memberatkan sehingga tubuh menjadi tidak sehat. Kalaupun kita ingin bermimpi, maka buatlah mimpi itu menjadi realistik dengan apa yang kita miliki. Maka jauh lebih penting bagi kita saat ini, menyadari apa yang kita miliki dan kemampuan apa yang kita bisa daripada kita membuat mimpi yang tidak berakar atas nikmat yang kita miliki.

Syukur 4, Sudahkah kita bersyukur ?

Ada banyak hal yang kita temukan, dan hampir 99% menyatakan sudah bersyukur dan bahkan disetiap penceramah mengawali pesan ceramahnya untuk bersyukur. menurut kami apa yang dibilang bersyukur itu baru ada di lisan saja, yang tidak didasari iman dan Action (bekerja teru-menerus memperbaiki).
1. Seorang karyawan bilang, "bersyukur aja dengan gaji yang kita terima" dan setiap menerima gaji mengucapkan,"Alhamdulillah". dan karyawan ini setiap tahun pendapatannya biasa-biasa hanya naik karena naiknya gaji tahunan. Orang inipun masih mengerjakan pekerjaan yang sama dan cara yang sama. Dan apa yang dilakukannya ? Mengurangi pengeluaran, misalkan makan yang lebih murah yang tadinya nasi padang sekarang makan nasi warteg, mengeluarkan uang yang perlu-perlu saja. Apa yang dilakukan untuk menurupi kekurangannya ? Biasanya banyak karyawan pindah perusahaan.              
2. Dalam keluarga, suami-isteri mensyukuri pendapatan yang diterima dengan menghemat pengeluaran, meminimal makan dan tidak banyak neko-neko. bagi beberapa orang mereka mampu mengolah bahan makanan yang  murah untuk dimakan dan bisa jadi enak.
Dari dua contoh di atas, yang pasti bahasa bersyukurnya seperti terpaksa (menerima keadaan saja) karena memang sudah begitu dan menganggap semua pendapatan itu bergantung kepada orang lain (yang memberi) sehingga memaksa dia menggunakan saja apa yang ada (pendapatan yang diterima). dan biasanya kondisi ini tidak membuat orang itu untuk memperbaiki keadaaan tersebut. Dan seringkali mereka ini suka mengeluh dan curhat ke teman dengan "menuduh" orang yang memberi itu "pelitlah".
bagaimana mengukur syukur kita ?
a. mampukah kita melihat potensi yang ada pada diri kita sebagai pemberian Allah sebagai bentuk iman kita kepada Allah ? 
b. apakah lisan bersyukur ("Alhamdulillah") itu sudah terucap dari iman yang benar ? Kita sudah menganggap bahwa apa yng kita terima itu berasal dari Allah lewat perantara orang lain. Sehingga lisan terima kasih itu betul-betul kepada Allah dan tentunya kepada orang yang memberi kepada kita.
c. sebagai bentuk terima kasih kita dengan menerima sesuatu (pendapatan) dari orang lain, maka kita pun melakukan perbuatan yang menyenangkan orang tersebut dan tentunya dengan lebih baik. Sebagai karyawan berarti kita mesti belajar untuk melakukan pekerjaan kita dengan lebih baik lagi, secara kualitas dan kuantitas. Mengerjakan dengan cara yang hebat (yang pasti lebih cepat dan lebih baik hasilnya) dan mengerjakan dengan frekuensi yang banyak. Selain itu balasan yang lebih baik itu pun kita tingkatkan dengan meningkatkan ibadah kepada Allah dengan frekuensi yang lebih banyak dan semakin khsuyuk.
Ketiga indikator ini bisa membantu kita mengukur kualitas syukur kita ?? Ketiganya mesti saling terkait dan tidak bisa hanya mengukur 1 point saja.
Sebenarnya bersyukur pun "tidak perlu" mengumbar bahwa "saya sudah bersyukur", tapi jauh lebih baik kita tunjukkan dengan perbuatan. Bisa jadi saat kita berucap "sudah bersyukur" itulah cara sikap untuk "menutupi" bahwa kita belum mampu bersyukur dalam hati, lisn dan tindakan, alias kita tidak berdaya atau terpaksa menerima keadaan.



Friday, February 22, 2013

Syukur 3, NATO Belum Syukur

NATO yang dimaksud adalah No Action Talk Only, apakah hanya berterima kasih cukup disebut bersyukur ? Mari kita pahami penjelasan berikut ini, Dalam literatur agama dikatakan bahwa syukur itu terdiri dari 3 unsur yaitu :
1. Diawali keyakinan dalam hari - syukur untuk diyakini sebagai langkah keimanan kepada Allah. Karena kita tahu dan paham bahwa nikmat yang kita terima dari Allah dan kebaikan Allah, maka muncullah iman itu yang membuat kita bersyukur dengan hati.
2. Terucap dalam lisan sebagai bentuk ungkapan kepada Allah dan sekaligus kepada perantara (orang lain), mengucapkan terima kasih kepada orang yang telah membantu kita. Dengan iman yang sudah ada di hati mampu mendorong kita untuk memuji dan berterima kasih atas apa yang kita yakini datangnya dari Allah.
3. Melakukan aktivitas yang memberi nilai tambah (keberkahan) bagi kita dan orang sekitar kita. Tak lengkap syukur itu hanya sebatas lisan saja.
Pengertian syukur di atas merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, Tidak ada bersyukur hanya lisan saja (mengucapkan "terima kasih atau Alhamdulillah saja") tanpa Amal Shaleh atau Action.
Mengacu dari tafsiran syukur sebelum, syukur adalah bekerja yang bermnafaat sehingga memberi nilai lebih dari hasilnya (ditambahnya nikmat oleh Allah). maka dapat kita rumuskan bahwa jika kita bersyukur adalah ada keyakinan (iman) kepada Allah terhadap nikmat yang kita terima yang memunculkan niat baik untuk beramal shaleh (Action) yang seiring dengan perkataan yang baik.
dalam kata "terima kasih" dapat dimaknai bahwa "terima" merupakan apa yang kita terima dari Allah berupa nikmat yang langsung maupun lewat perantara orang lain dan kata "kasih" dimaknai sebagai bentuk balasan atas apa yang kita terima dengan amal shaleh (action).
Demikian juga kami memaknai kata "thanks you" merupakan ungkapan terima kasih kepada "you" yang ditafsirkan kepada Anda, Anda dan Anda ... orang yang memberi kebaikan kepada kita dan memberikan balsan kepada siapa pun kepada orang di sekitar kita.
Selain itu SYUKUR tidak bisa kita baca tanpa "U" (dibaca you), artinya mempunyai nilai sosial bahwa tidak terjadi sykur itu tanpa ada orang lain (you "U"), maka syukur mengjaari kita untuk bermasyarakat yang saling menguntungkan.