Kesempurnaan ilmu dengan BERAMAL SHALEH (ACTION) tanpa henti yang menjadikan dunia lebih baik.

Hubungi 081310737352 untuk pelatihan spiritual gratis inhouse atau organisasi/arisan/keluarga,

Thursday, November 15, 2012

Metabolisme tubuh ya juga metabolisme pikiran

Dalam kehidupan ini seringkali kita menganggap semua berjalan baik, sewaktu kita makan tentu ada metabolisme tubuh yang membuat apa yang kita makan dapat diolah oleh tubuh sehingga menghasilkan tenaga dan sisanya dibuang secara alamiah berupa cadangan tenaga, keringat dan buang air kecil dan buang air besar. Dalam kesibukan rutinitas sehari-hari, proses yang terjadi dalam tubuh tak pernah kita pikirkan. Semua berjalan begitu saja. Saat kita tidak buang air, barulah kita merasa ada yang tidak beres maka kita pun mencari solusi dengan berbagai cara. Begitulah metabolisme tubuh berjalan dari waktu ke waktu. Semua itu tanpa kuasa kita ... Siapa yang kuasa ? Allahlah yang mengatur semuanya. Sudahkah kita bersyukur ?
Hal yang sama dengan pikiran, apa yang kita peroleh dalam pikiran tentunya ada metabolisme pikiran. Pikiran diolah oleh manajemen pikiran sehingga kita mampu memahaminya. Lalu cukupkah sampai disini pemahaman tersebut ? tentunya tidak, maka semestinya metabolisme pikiran itu terus bekerja dengan mendorong untuk berbuat (amal shaleh/action) yang sepadan dengan tenaga pada pola makan dan sebagian lagi mengikuti pola pembuangan yang menuntut pemahaman yang kita peroleh itu mesti pula dibagikan (di share) dengan orang lain lewat mengajarkan atau membantu orang lain. Apa yang terjadi bila apa yang kita terima tidak diolah ? masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan. Dan apa yang terjadi bila kita menerima sesuatu (ilmu) tapi tidak dibagi atau tidak dipraktekkan ? mestinya hal inipun dapat merusak fisik kita, hal ini dapat ditunjukkan pikiran yang kita terima yang tidak tersalurkan dengan sikap sombong atau sikap minder. Sikap inilah yang membuat tubuh menjadi semakin buruk. Bukankah kita telah diajarkan Allah untuk mengerti metabolisme pikiran dengan mengajarkan kita untuk beriman dan beramal shaleh. Beriman berarti memahami apa yang kita dapatkan dan beramal shaleh yang menunjukkan kita untuk meneruskan metabolisme pikiran. mari kita merenungkan kejadian sehari-hari :
1. Saat kita punya banyak ilmu dan tidak mau di share ke semua orang, maka yang terjadi adalah sikap sombong kita dengan ilmu yang kita miliki dan orang lain merespon kita dengan tidak mau bersahabat. Dampaknya kita menjadi jarang dibantu orang dan sedikit silaturahmi, kalaupun ada silaturahmi lebih banyak atas kepentingan.
2. Saat kita tidak peduli dengan apa yang disampaikan orang lain dan kalau ditanya kita tidak mau paham, maka yang terjadi adalah kita tidak dipercaya orang. Maka kita termasuk orang yang tidak banyak aktivitas.
3. Saat kita menganggap bahwa apa yang kita terima itu baik (bisa berupa kebaikan maupun keburukan) tanpa memikirkan metabolisme pikiran yang sehat. Maka sebenarnya bisa membuat tubuh menjadi kurang enak setelahnya. Kalau pikiran yang baik, seringkali kita berbagi dengan senang tapi kalau keburukan seringkali pula kita berbagi berupa curhat atau keluhan atau kritik. Sehatkah metabolisme pikiran kita ? Sehat bila kita berbagi dengan orang yang tepat dan mendorong untuk melakukan solusi (amal shaleh).
4. Tanpa disadari kalau kita bermasalah kita anggap selesai dalam pikiran saja. Ternyata hal ini tidak selesai, mengapa ? Karena masalah itu tidak termetabolisme dengan baik/sehat. Maka masalah bisa muncul saat ada pemicunya. Maka saat punya masalah, mesti dicarikan jalan keluarnya minimal kita share dengan orang yang memahami (atau mau berempati) sehingga kita merasa ada dorongan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Semua metabolisme pikiran inipun tidak banyak dikendalikan oleh kita, Allahlah yang berkuasa.
Mari kita mau memahami metabolisme tubuh kita, baik itu makanan dan pikiran. Tidak lain agar kita menjadi orang yang bersyukur yang mampu menyehatkan tubuh kita dengan mendorong metabolisme kita berjalan dengan semestinya.




Saturday, November 10, 2012

Larut dalam rutinitas

Seringkali kita larut dalam rutinitas, kemarin hari ini dan besok. Kita masuk ke dalam aktivitas yang membuat kita tidak berdaya ... itulah rutinitas/kebiasaan kita. Bangun pagi, sarapan, ke kantor, makan siang dan seterusnya, tidak ada kekuatan apapun untuk mampu menolak itu semua. Selain itu ada aktivitas yang rutin yang lebih lama yaitu sebelum dan sesudah aktivitas rutinitas itu (mempersiapkan dan istirahat/menikmati)  Tidak bangun, tidak makan, tidak melakukan kebiasaan kita dan seterusnya membuat kita menjadi "bermasalah". Lalu masih berapa banyak waktu kita untuk hidup ? Tak banyak, bisa jadi hanya 1 jam, 2 jam .....
Lalu seringkali pula kita masih belum mau berbuat yang luar biasa dalam hidup ini. Berpikir masih ada waktu. Masih ada waktu ? Percayakah kita masih ada waktu itu ? Ternyata yang mampu menghentikan ketidakluarbiasaan kita adalah kematian dan waktu dimana kita tidak diberi lagi kesempatan.
Kematian tidak pernah kita tahu kapan datangnya ? Artinya bisa datang kapan saja, maka sudah seharusnya kita menjadi orang yang luar biasa
Waktu dimana kita tidak diberi kesempatan lagi, saat ada perpisahan seperti pemecatan saat bos tidak suka lagi dengan pekerjaan kita atau tidak memberikan nilai lebih bagi perusahaan. Putus silaturahmi saat teman merasa sebal dan kecewa dengan kita dan sebagainya.
Mari mengaktifkan sensor hati kita agar kita mau berubah seiring waktu. Kita hanya berkuasa atas sisa waktu dari rutinitas hidup kita, maka maksimalkan waktu di luar rutinitas dengan berbagai aktivitas yang menambah nilai tambah sehingga kita berbeda dan dilirik bahkan disenangi oleh orang di sekitar kita.

Wednesday, October 31, 2012

Hati penuntun arah ke jalan kebenaran

Dalam membuat keputusan, seringkali kita mendasarkan kepada ilmu (pikiran) atau emosional (perasaan) atau kombinasi keduanya. Tapi ada satu hal yang lagi yang bisa mempengaruhi keputusan adalah hati dan hati itu di(gerakkan) oleh Allah swt.
Sebagai contoh, saat kita melihat seseorang yang lemah, Apa yang kita putuskan (lakukan) ? Kalau hanya didasarkan perasaan, maka bisa saja yang terjadi kita cuek karena perasaan kita lagi cuek (nggak fokus) atau kesal melihat orang lemah karena kita bersemangat. Jika berpikir didasarkan pikiran, maka kita banyak bertanya mengapa dia lemah ? bila jawabannya sudah kita peroleh maka kita menasehatinya agar tidak begitu lagi dengan berbagai solusi yang kita miliki. 
Allah swt berfirman, agar kita tidak tersesat atau salah dalam mengambil keputusan, gunakan hati dalam mengambil keputusan. 
72. Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar). 
74. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka,  (QS Al Isra, 17 : 72,74)
Karena hati itu digerakkan oleh Allah swt, maka semestinya kita sangat dekat dengan Allah swt agar selalu dibimbingNYA dalam setiap tindakan. Paling tidak, kita bermohon dengan istifgar, zikir dan bismillahi rabbli alamin saat mengambil keputusan dengan memberi ruang tenang agar hati mampu mendorong pikiran menemukan solusi yang tepat.
Ya Allah ampuni dosa dan kesalahan kami yang selama ini tidak cenderung kepadaMU, dan izinkan dan mampukan hati ini selalu menjadi bagian utama kami dalam mengambil keputusan. Amin

Sunday, October 28, 2012

Penghidupan yang sempit ...

Allah swt berfirman ;
124. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." (QS Thaahaa, 20 : 124)

Ungkapan sederhana, penghidupan yang sempit berupa susah dan sulit dalam hidup. Hidup yang dipenuhi tidak adanya solusi dan sekalipun ada solusi menjadi berat dikerjakan. Seperti itukah gambaran hidup kita ? Mari berpikir dan merenungkan ayat di atas, penyebabnya adalah kita yang berpaling dari peringatan Allah swt, yaitu tidak tunduk kepada perintah dan larangannya.
Maka mulailah mengaitkan dan berpikir faktor kehidupan kita di dunia ini ada peran Allah swt yang sangat besar. Ingin sukses, simaklah peringatan Allah swt dengan sering mendengar nasehat ulama dan membaca Al Qur'an untuk dijalankan (amalkan) sehingga membuat kita YAKIN. Kondisi inilah yang membuat kita TIDAK BERPALING lagi kepada peringatan Allah.
Ya Allah, Engkau yang MAHA TAHU berikan kami ilmu untuk mampu menggerakkan kami menyimak dengan hati terhadap nasehat dan peringatanMU agar menjadi orang yang tunduk (beriman) kepadaMU. Amin

Kapan Allah menolong kita ?

Allah berfirman : 
160. Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal (QS Ali Imran, 3 : 160)

Kita sangat iingin ditolong oleh Allah swt, maka apa yang Allah kehendaki tak ada satupun yang bisa menghalangi. Kondisi inilah yang kita idamkan, terus yang jadi pertanyaan adalah kapan itu terjadi ? Jadikan kita sebagai hamba Allah swt yang selalu bertawakal.

Bertawakal menyerahkan diri kepada Allah swt apa yang kita lakukan dan hasilnya, menerima apapun yang menimpa kita dengan prasangka positif kepada Allah swt. Menyerahkan diri kepada Allah swt bermakna kita betul-betul YAKIN dengan Allah (maka kita beriman dengan sebenarnya). Keyakinan itu menuntun kita untuk mengenal Allah dengan benar. Dengan sangat mengenal Allah, bisa memunculkan KEYAKINAN yang tumbuh dalam hati, lalu kita tunduk dengan perintah dan laranganNYA.
Maka dapat disimpulkan, kapan pertolongan Allah itu datang ? Yang pasti pertolongan itu sesuai dengan kehendak Allah swt dengan tunduk atas perintah dan laranganNYA yang dilakukan dengan konsisten dan sabar.
Ya Allah, sinari dan bukalah hati kami untuk terus mengenalMU dengan benar yang mampu menyempurnakan iman ini dan mampukan kami untuk tunduk kepada perintah dan laranganMU. Amin



Thursday, October 18, 2012

Diam mengoptimalkan pendengaran dan kesabaran

Bicara itu mudah, IYA. Untuk mengerti apa yang kita bicarakan seringkali sulit dan orang lain yang menilai membuat kita tidak nyaman. Perhatikan apa yang kita bicarakan (lisan) ..... kita seringkali melebih-lebihkan yang kurang sempurna supaya terlihat jadi orang baik, orang penting atau terlihat orang pintar. Semakin lama bicara kita semakin lincah dan semakin banyak hal yang kita lisankan tidak sesuai dengan tindakan. Lalu ? Dengarkanlah apa yang kita bicarakan.
Kita dengan cepat dan mudah merespon apa yang dibicarakan orang lain atau tindakan orang lain, lalu belajarlah untuk diam sejenak yang berarti kita memanfaatkan pendengaran menjadi lebih optimal dan menjadi lebih sabar. Kondsi ini mampu mengasah kepintaran kita dalam belajar. Jangan berkomentar apapun dan jadilah pendengar yang baik terhadap apa yang disampaikan dan perilaku orangnya. Apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar bisa mencerminkan seperti itu pula kalau kita yang banyak bicara.


Wednesday, October 17, 2012

Keburukan melemah dan hilang karena kebaikan


Apa yang pernah kita alami selama ini dengan :
1.  Kita sering terjerumus menjadi berbuat buruk karena ulah orang lain melakukan keburukan dan bahkan lebih buruk lagi.
2.  Begitu sulit untuk menjadi orang baik dengan amal shalehnya, seakan-akan apa yang sudah kita perbuat menjadi tidak ada artinya saat kita tidak sabar lagi. Misalkan kita yang sudah sedekah kepada seseorang, menjadi tak berarti saat orang itu meminta bantuan kepada kita, dan apa yang kita ucapkan “udah dibantu (dengan sedekah), malah jadi minta-minta lagi”.
3.  Masihkah kita merasa telah banyak melakukan amal shaleh (kebaikan) tanpa melihat keburukan yang kita lakukan sehingga menjadikan kita tidak mau lagi meningkatkan kebaikan itu sendiri. Buktinya ? kita lebih larut dalam ibadah dan kehidupan rutin sehari-hari.


Kehidupan ini ada yang buruk dan ada yang baik, semua itu sudah kita lakukan. Mana yang lebih banyak ? Sebenarnya kita tak mampu menghitungnya dengan benar, bisa menghitung frekuensinya (kuantitatif) seperti 4 kali sedekah, 5 kali membantu orang lain dan sebagainya, tapi kita tidak bisa mengukur kualitas kebaikan kita. Dengan begitu, kita tidak perlu menghitungnya dan jaduh lebih penting focus untuk berbuat baiknya saja.
  
33. siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (QS Fushshilat, 41 : 33)

Sebuah rangkaian utuh (sempurna dalam kebaikan), yaitu orang yang menyeru kepada ajaran Tauhid dan taat kepada Allah swt – mengerjakan amal shaleh – berserah diri sepenuhnya kepada Allah swt. Diawali dengan seruan kepada Allah swt yang juga menyeru kepada diri kita sendiri yang merupakan aktivitas pemahaman terhadap kebaikan, lalu diwujudkan dalam perbuatan (amal shaleh). Disempurnakan dengan berserah diri kepada Allah swt atas semua yang sudah kita lakukan. Dan selanjutnya kita lakukan untuk kebaikan yang lain. Proses kebaikan ini terjadi bila ada istiqamah yang kita niatkan dan dilakukan dengan sungguh-sungguh serta tanpa menunggu hasil.

Sebaliknya keburukan terjadi seperti tanpa kendali kita, maka perlu dipertanyakan adalah mengapa kita melakukan keburukan/kejahatan ? bisa jadi kita tergoda dan disertai iman yang rendah dan sebagainya. Dan bergantilah amal shaleh (kebaikan) yang ingin kita lakukan dengan keburukan.
Mari kita memahami konsep berikut ini :
Kebaikan (amal shaleh)   : membelanjakan harta di jalan Allah
Keburukan           : tidak membelanjakan harta atau membelanjakan    tidak di jalan Allah atau 
     tidak mau (tidak ada niat dan kesungguhan)  membelanjakan harta di jalan Allah
Mari kita tarik kesimpulan bahwa keburukan itu sebenarnya adalah kebaikan yang tidak mau diACTIONkan atau tidak diJALANkan atau tidak ada niat dan kesungguhan atau tidak ada focus.
Contoh : orang yang mau shalat (shalat itu kebaikan), menjadi sebuah keburukan dengan berbagai alasan :
1.  Ada niat lalu shalat tapi tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh
   
26. dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka" ( QS Al Fushshilat, 41 : 26)
2.  Niat yang tidak kepada Allah (riya) dalam shalat
3.  Tidak mau shalat dengan tidak mau wudlu dan sebagainya.
4.  Tidak mau shalat dengan menggantikan dengan pekerjaan lain sehingga waktu shalat terlewatkan.
5.  Tidak focus kepada shalat, berarti belum/tidak shalat dan diam atau mengalihkan kepada hal lain.

Kebaikan itu tidak terjadi begitu saja tapi mesti direncanakan. Bila itu tidak kita lakukan maka keburukan itu bisa terjadi.
Allah berfirman, tidak sama kebaikan dan keburukan itu ;

34. dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia (QS Fushshilat, 41 : 34)

Ada resep yang baik yang diberikan Allah swt, yaitu menolak kejahatan/keburukan dengan kebaikan. Maksudnya ? Kebaikan itu tetap memberi kebaikan kepada siapapun yang dapat membalikkan dari kondisi buruk menjadi baik. Dan seharusnya pula saat kita ingin melakukan keburukan dapat disikapi dan menolak dengan hal berikut ini ;
46. Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh Maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu Menganiaya hamba-hambaNya. (QS Fushshilat, 41 : 46)

1.  Memperbaiki niat yang buruk menjadi baik, sehingga mampu meluruskan apa yang ingin kita kerjakan menjadi lebih baik. Bertanyalah pada diri kita sendiri, buat apa kita melakukan hal itu ?
2.  Mengalihkan focus kepada yang lebih baik, sehingga mampu menggoda untuk tidak melakukan keburukan atau paling tidak, tidak ada kesungguhan dalam melakukan keburukan sehingga kita menjadi malas. Melihat, mendengarkan atau mengambil alih kendali untuk mengalihkan focus, membicarakan hal lain dan sebagainya.
3.  Mendiamkan atau menenangkan diri sebagai bentuk renungan sehingga kita mampu berpikir jernih untuk membatalkan atau membalikkan keburukan yang akan kita kerjakan. Tidak merespon atau menjawab apapun sambil berpikir yang mampu “membuyarkan” keseriusan orang yang melakukan keburukan.
4.  Menolak secara tegas (santun dan beretika) keburukan itu dengan kebaikan.
5. Semua hal itu membutuhkan keteguhan dengan dasar keimanan kepada Allah swt
   
30. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".(QS Fushshilat, 41 : 30)

6.  Kebaikan yang kita lakukan untuk menjadikan kita menjadikan kita mempunyai sifat-sifat yang baik dan sabar dalam menjalaninya. Dan bila kita diganggu oleh syetan, maka berlindunglah kepada Allah swt

35. sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai Keuntungan yang besar. (QS Fushshilat, 41 : 35)

36. dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, Maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS Fushshilat, 41 : 36)

Mari kita berlatih menjadi orang yang mampu membiasakan diri untuk selalu berbuat kebaikan.