Kesempurnaan ilmu dengan BERAMAL SHALEH (ACTION) tanpa henti yang menjadikan dunia lebih baik.

Hubungi 081310737352 untuk pelatihan spiritual gratis inhouse atau organisasi/arisan/keluarga,

Sunday, October 6, 2013

Tujuan hidup kita

Kalau ditanya apa tujuan hidup kita ? Banyak orang tidak langsung menjawab, terdiam sebenTar dan coba mencari jawabannya. Artinya sampai saat ini sebenarnya kita tidak mempunyai tujuan hidup. Terus apa maknanya .... Bisa jadi kita ini tidak fokus dalam menjalankan hidup ini dan tidak memunculkan semangat yang luar biasa. Bayangkan kalau kita melakukan sesuatu tanpa tujuan hidup, kita bergerak dari satu titik ke titik lain atau dengan kata lain kita mengerjakan ini dan mengerjakan itu. Apa yang kita dapatkan ? Berasa capek dan bingung mau ngapain lagi.
Ada orang mengatakan, "ya pasti saya punya tujuan hidup" sekalipun tidak saya sebutkan. Bukankah apa yang dikerjakannya untuk meraih tujuan hidupnya. Misalkan mencari uang dan membahagiakan keluarga. Apa yang salah dengan orang ini ? Tidak ada, mereka menjalani hidup ini seperti apa adanya.
Bandingkan jika kita punya catatan dan meniatkan tujuan hidup. Tujuan hidup itu sendiri sudah kita hargai untuk diraih. Ada motivasi yang kuat yang mendorong segera kita meraihnya.
Ada apa sebenarnya dengan tujuan hidup itu ? Mengapa menjadi penting ? Yang pasti sangat penting dan tujuan hidup itu menjadi dasar kita bersikap dan bertindak. Ok, tujuan hidup adalah pencapaian akhir dari hidup kita, artinya mau jadi apa kita di akhir kehidupan kita. Kapan akhir itu ? Akhir itu adalah kematian. Karena waktu kematian itu tidak pernah kita ketahui, maka harusnya kita terjaga untuk selalu fokus mencapai tujuan hidup itu.
Sebagai contoh, bila kita menciptakan meja, maka kita mempunyai tujuan untuk meja itu. Bila meja itu tidak sesuai dengan tujuan kita, maka ia menjadi sia-sia. Pertanyaannya adalah apakah meja yang membuat tujuan ia dibuat ? Bukan meja, tapi yang menciptakan meja itu. Bagaimana dengan manusia ? Apakah kita masih punya tujuan hidup ? Bukankah Allah swt yang menciptakan kita mempunyai tujuan untuk apa manusia diciptakan, artinya tujuan hidup kita adalah tujuan Allah swt menciptakan kita. Sudahkah kita tahu apa tujuan kita diciptakan ?
Pertanyaan berikutnya adalah apakah kita sudah pernah mencari tahu atau bahkan cuek tentang itu ? Jawaban itu menjadi cermin dengan kondisi kita sekarang. Temukan tujuan hidup itu yang merupakan apa yang Allah inginkan terhadap kita dalam Al Qur'an. Mari kita jadikan hidup ini untuk melaksanakan apa yang Allah inginkan, bila tidak maka kita ini menjadi sia-sia.
Masih ada kesempatan untuk merenungkan hal di atas, lalu mohon kepada Allah Untuk dibuka hati ini untuk menerima petunjuk agar kita bisa membaca dan memahami apa yang Allah inginkan terhadap penciptaan kita. Dengan demikian kita telah menetapkan tujuan hidup kita, dan inilah dasar kita bersikap dan bertindak,
Tujuan hidup ini menjadi peta perjalanan kita menuju akhir kehidupan kita.
Tujuan hidup ini bisa menjadi motivator yang membakar semangat untuk kita bertindak
Tujuan hidup ini bisa menjadi kontrol dan evaluasi terhadap apa yang telah kita lakukan.

Sunday, August 25, 2013

Sungguh sungguh dan ikhlas = solusi

Allah berfirman dalam surah Al Ankabut, 29 : 69,
 "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik"
Mari kita pahami ayat ini untuk menyemangati kita dalam menghadapi kehidupan ini. Berjihad bermakna bekerja dengan sungguh-sungguh dalam memperjuangkan agama Allah dengan segala penderitaan. Maka Allah segera membukakan pintu-pintu keluar dari kesulitan.
Bekerja yang sungguh sungguh itu bisa berupa upaya kita menghadapi persoalan hidup sebagai ujian dari Allah swt, maka hindari mengelak atau bermalas malasan menghadapi persoalan hidup karena membuat kita jauh dari pintu pintu kesulitan. Tidak lain Allah memberikan ujian atau persoalan hidup  adalah untuk meningkatkan nilai keimanan kita. Persoalan datang dari Allah, maka kepada Allah pula kita berharap dan memohon bantuan.
Agar kita keluar dari persoalan hidup, yaitu adanya kemudahan. Dan untuk mendapatkan kemudahan itu ditentukan oleh kesungguhan dan niat kepada Allah swt. Kesungguhan itu mampu meminimalkan hambatan dan godaan dalam bekerja sehingga kecepatan mendekat kepada solusi yang benar itu semakin dekat, dan ikhlas atau keridhaan Allah itu memberikan petunjuk bagi kita bahwa apa yang kita kerjakan itu sudah benar.
Mari kita jadikan ayat ini penyemangat kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Amin

Monday, August 12, 2013

Doa dalam karakter kita

Sikap dan Cara kita berdoa sampai hari ini adalah bentukan yang telah kita rajut sejak kecil sampai sekarang YANG KITA ALAMI dan RASAKAN.
Memang waktu kita kecil, kita diajarkan berdoa sebagai perintah agama yang menjadi bagian dari ibadah (terutama shalat). Isi doa pun sudah tersedia dan diajarkan seperti "rabbana atina fiddunya wal akhirat".
Maka terbentuk persepsi doa itu biasa-biasa saja karena BUKAN kebutuhan kita dan agak terasa BERAT karen diperintahkan SEHINGGA dalam berdoa kita lakukan hanya formalitas. Salah satu buktinya ... kita begitu hafal mengucapkannya bahkan secara otomatis terucap setelah shalat. Adakah perasaan dalam hati kita saat berdoa seperti tadi ??? Tidak ada perasaaan apa-apa. Atau ada sebagaan kecil kita tidak tahu artinya ... apa yang kita mintakan.
Bisa dibayangkan kita meminta sesautu tapi kita tidak tahu dan hanya berucap tanpa perasaan. Kalau orang itu memohon kepada kita, apakah kita mengabulkannya ? Sangat kecil peluangnya untuk kita kabulkan dan kalau dikabulkan lebih karena kita tidak mau melihat orang itu di depan kita. Bagaimana dengan Allah swt ? memanng tidak sama manusia dan Allah swt, Jawabannya kita sudah tahu.
Kok kita ini hanya meminta dan meminta saja, padahal sudah banyak Allah swt berikan kepada kita. HANYA karena kita melihat yang tidak kita miliki maka rasa syukur itu tidak ada. Dan kita berharap yang tidak kita miliki lewat doa.
Pantaskah kita berdoa dibandingkan bersyukur ??? Yang paling pantas adalah kita bersyukur dengan diawali doa agar kita diizinkan untuk mampu bersyukur, berdoa untuk diberi petunjuk niat bersyukur karena Allah dan berdoa untuk dimampukan untuk bersyukur dan menyempurnakan syukur itu.
Oleh karena itu, kita mesti merubah cara pandang kita tersebut dengan belajar tentang doa.

Saturday, July 13, 2013

Bercermin hati

Dalam kehidupan bermasyarakat pasti terjadi interaksi sesama anggota masyarakat yang dikenal atau pun orang lain yang berada dalam lingkungan itu. Kata bercermin seringkali melekat saat kita bercermin untuk merapihkan diri dan berdandan, dimana kita mampu melihat diri kita yang sebenarnya dari kaca cermin. Bila ada kekurangan, kita pun langsung merapihkannya agar penampilan kita menjadi lebih baik. Kita hanya menutupi kekurangan fisik kita atau sedikit merubah yang masih bisa dirubah. Tapi bagaimana dengan sikap dan perilaku kita ? Tidak bisa kita lihat.
Yang bisa kita lakukan adalah merenungkan diri kita sendiri. Dan kondisi ini terjadi bila keadaan yang kita alami tidak mengenakkan kita. Hal ini jarang terjadi, maka kita perlu bercermin dengan cara lain yaitu BERCERMIN dengan melihat perilaku orang lain. Contoh, saat kita melihat orang yang marah ... maka kita pun berkomentar "gila ya tuhh orang marah melulu kerjanya". Komentar tersebut seolah-olah kita ini tidak pernah marah dan menjadi orang baik, tapi bila kita dalami lebih lanjut bahwa komentar itu adalah cerminan kita juga.
1. Komentar itu juga bisa terjadi kalau kita marah.
2. Isi komentar kita adalah menunjukkan kita pun sedang "marah", kita belum mampu menahan emosi untuk tidak komentar. Komentar kita tidak membuat kondisi apapun menjadi baik, terhadap diri kita sendiri bahkan menjadi buruk dengan komentar itu. BUkankah sebaiknya kita mendoakan mereka yang marah untuk menjadi baik atau dengan kemampuan kita mampu meredam langsung kemarahan orang tersebut. Jadi orang marah, malah kita rugi.
3. Pengalaman adalah guru terbaik, maka ambil hikmah untuk berdoa agar kita mampu menahan emosi kita dalam setiap tindakan.
Yang terpenting cara di atas bisa kita katakan "CERMIN HATI", sejak dari bangun pagi sampai kita tidur kembali ... begitu banyak kita bercermin hati dalam sehari yang seharusnya mampu merubah sikap dan perilaku kita.
Alhamdulillahi rabbil alamin, Insya Allah pemahaman ini mampu menggugah kita menjadi manusia yang semakin baik. Amin


Wednesday, July 10, 2013

Memohon dalam doa

Seorang temen bilang,"doa itu adalah meminta izin untuk mendapatkan sesuatu". Maka banyak dari kita berdoa memohon keinginan kita dikabulkan. Misalkan .... Memohon ingin punya anak, maka keinginan kita adalah punya anak. Keinginan ini merupakan hasil yang kita mohonkan, bukan proses atau bahkan kita tidak meminta dimampukan untuk mendapatkan hasilnya. Jika ditelusuri lebih dalam  , bahwa doa yang meminta izin untuk mendapatkannya itu tidak nyambung. Kok bisa ? Mari kita dalami pengertian doa di atas,  kata izin untuk mendapatkan sesuatu berarti ada dua step yaitu diizinkan Allah dan Apa yang Allah ingin berikan.
Lebih lanjut, izin ibarat pintu rumah dan apa yang Allah miliki berupa isi dari rumah itu. Mngapa saya mengatakan ada dua hal yaitu izin dan pemberian Allah. Bisa jadi kita diizinkan masuk rumah, tapi Allah hanya memberi sesuatu yang bisa jadi tidak sama dengan apa yang kita inginkan. Bisa-bisa apa yang kita inginkan ada didalam genggaman Allah tapi tidak memberi manfaat, sehingga Allah memberi yang lain yang "tidak kita sukai" (karena bukan keinginan kita). Hal ini tanpa tidak kita sadari bahwa kita sudah diberikan oleh Allah swt dan bahkan pemberian itu tidak kita manfaatkan. Alhasil kita berdoa lagi untuk mendapatkan keinginan kita tersebut dan kita berkata "doa saya belum dikabulkan Allah swt". Dn sebaliknya Allah swt bisa mengabulkan doa kita dengan mengizinkan dan memberi Apa yang kita inginkan, dengan maksud memberi balasan atas apa yang telah kita perbuat (Allah swt senang dengan amal shaleh kita) atau maksud pemberian Allah itu sebagai ujian bagi kita apakah kita mampu memanfaatkannya alias bersyukur atas terpenuhinya keinginana kita sekalipun amalan kita belum cukup sebagai balasan amal shaleh yang kita perbuat.
Bagaimana kita tahu Allah telah memberi izin dan memenuhi keinginan kita ?
Doa itu disampaikan seolah-olah satu arah kepada Allah swt sebagai komunikasi kita kepada Allah. Dikatakan berdoa kalau kita meminta "lisan" kepada Allah, bisa jadi berdoa itu tidak mesti diucapkan karena doa tadi meminta izin kepada Allah maka amalan shaleh yang kita lakukan  yang diridhai Allah swt dimana Allah Maha Melihat apa yang kita kerjakan. Amalan shaleh tadi sudah membuat Allah mengizinkan apa yang kita inginkan tanpa kita minta.
Sebenarnya kita tidak pernah tahu apakah doa kita terkabul atau nggak, karena bisa jadi apa yang kita peroleh hari ini bukan karena doa kita tapi doa orang lain atau bahkan memang Allah yang ingin berikan sebagai ujian. Maka dari itu pentingkah kita berdoa meminta sesuatu ? Penting, tapi jauh lebih penting kita beramal shaleh yang banyak, bisa dibarengi dengan doa memohon izin mendapatkan rahmat Allah sebagai pintu untuk meraih kebaikan dari Allah swt, dan langkah yang telah digariskan adalah berdoa untuk meminta apa yang kita inginkan

Monday, June 24, 2013

Doa in 5 Action ... Jarang dikabulkan doanya

Seorang teman menjadi seperti frustasi dengan ibadahnya dan doanya selama ini. Mengapa ? Jawabannya singkat "saya sudah banyak berdoa dan saya pun shalat, tapi hidup saya tidak lebih baik dan doa saya tidak dikabulkan Allah swt". Dan ada beberapa orang yang sama pengalaman seperti itu, menjadi semakin jauh dari Allah, dengan alasan doanya tak pernah dikabulkan Dan yang lebih parah lagi mereka bilang "orang yang tak berdoa dan tak shalat pun hidupnya bisa lebih baik dari saya". Kalau kita bertemu dengan mereka, apa sih yang mesti kita perbuat ? Apakah kita mesti memberi nasehat dan petuah ? Sepertinya mereka tidak butuh itu ... lalu membiarkannya. Kita saling cuek dan tidak mau peduli sesama, urusan mereka adalah urusan mereka sendiri dan urusan kita adalah urusan kita. Dan akhirnya .... mereka pun beribadah seperti apa adanya, yang penting ibadah saja dan memenuhi kewajiban, hidup ya hidup dan ibadah ya ibadah.
Apa urusannya kita ikut dalam urusan mereka ? Memang tidak ada, dosa ya dosa mereka. Tapi ingat kita masih ada tugas sebagai seorang yang memberi peringatan, menasehati dalam kesabaran dan dalam kebaikan.  Jadi mari kita temukan solusinya ...
1. Jadilah teman bagi mereka, mendengar curhatnya mereka sambil menggali mengapa mereka seperti itu ?  Bahwa mereka tidak sendiri dan banyak orang seperti mereka, dan langkah kita minimal mengamini ... dan berempati. Nasehat bisa jadi tidak dibutuhkan lagi karena sudah banyak nasehat yang mereka terima ... dan mereka merasa nasehat itu tidak menyelesaikan masalah.
2. Memberi bantuan yang meringankan mereka sudah menjadi sesuatu yang sangat berharga. Bantuan yang mengarah kepada penyelesaian masalah mereka. Misalkan memberi pekerjaan atau order atau barang untuk meringankan persoalan mereka.
3. Mengajak mereka ke Masjid atau majlis orang shaleh daripada memberi nasehat yang sama, apalagi kita menasehati "taubat dan banyak dzikir/shalat".
4. Memberi wawasan dengan melihat orang yang kondisinya di bawah mereka, tapi masih mempunyai bersemangat dalam beribadah, diantaranya masih terus berdoa.
5. Salah satu yang mudah dan pasti bisa mereka lakukan adalah DOA, memohon izin Allah swt agar dimampukan untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri. "Berdoa saja kok repot, kalau berdoa belum tentu dikabulkan maka mengapa kita tidak berdoa terus ?".
Doa dalam banyak referensi telah menyakinkan kita bahwa doa itu memberi kebaikan. Semua berbau nasehat kebaikan .... dan yang mereka perlukan adalah BERDOA SAJA, berdoa setelah shalat 5 waktu. Artinya BERDOA sebanyak 5 kali dalam sehari. Berdoalah dengan niat yang BAIK dan optimis Allah swt mampu memberikan solusi dalam setiap langkah kehidupan kita.
Berdoa satu, dua, tiga dan seterusnya  ..... Maka Allah swt MAHA MENDENGAR DAN MELIHAT apa yang kita perbuat.
Alhamdulillahi rabbil alamin, Insya Allah swt pemahaman ini mampu menggerakkan saya sendiri untuk terus memperbaiki moral dan perilaku menuju iman yang sempurna.








Friday, June 7, 2013

Budak UANG dan harta

Kata budak memang sudah digunakan di zaman dulu kala dan apakah sekarang masih ada ? Ada yang bila ada dan ada juga bilang "hare gene masih ada perbudakan". Antara iya dan tidak, masih tersamar kata budak itu kita bisa pakai untuk menggambarkan seperti perbudakan zaman dulu. Budak zaman dulu merupakan seseorang yang hidupnya mengabdi kepada seseorang karena orang tersebut sudah dibeli oleh majikannya untuk dikuasai dan dimanfaatkan.
Adakah  kita termasuk budah HARTA ? Budahk harta berarti kita telah menjadi budak dari harta, kita tertuju kepada harta dan bila harta itu hilang atau berkurang maka kita jadi sedih.
Inilah dia mesin dari BUDAK HARTA itu, berawal dari kehidupan kita yang ingin hidup lebih baik, maka kita mencari alat atau sarana yang mampu menghidupi kita. Itulah UANG, dengan UANG kita bisa beli makanan, minuman, rumah, pakaian dan lainnya. Semakin kita mendapatkan UANG semakin bernafsu kita berekspresi dengan materi yang lebih (bukan yang utama). Kita dapat UANG untuk makan enak di mall yang terkenal, bukan perkara apa yang dimakan tapi tempat makannya yang membuat kita bernilai atau bahkan harganya. Maka dengan demikian harga diri kita meningkat karena hal itu. Selesaikah sampai di sini ? Tidak. Kita semakin tergoda untuk mencoba mall yang lebih hebat lagi atau kita ingin merasakan masakan yang belum pernah orang biasa makan. Akibatnya ? Kita mencari UANG lagi yang lebih banyak dan tidak pernah berhenti. Bukan saja dari kita pencarian uang itu tidak berhenti, tapi bisa juga dari orang lain yang BISA menunjukkan mereka lebih baik dari kita. DAN kita pun terusik dan menjadi ingin yang terhebat dan inilah yang membuat kita menjadi tidak pernah puas dan terus mencari UANG dan UANG.

Semua proses di atas menjadikan kita sebagai BUDAK UANG, UANG yang memerintahkan kita bekerja BUKAN lagi kita yang menguasai UANG.
Ada hal lain yang mesti kita cermati, Apa yang kita miliki dengan UANG bisa disamai atau bahkan dilewati oleh seorang "perampok", bisa hari ini atau besok. Lalu pertanyaannya, apakah kita mau disamakan dengan perampok ? Pasti jawaban Anda adalah TIDAK SAMA. Terus apanya yang tidak sama ? sama-sama cari UANG dan mempertontonkan UANG, yang beda kan hanya caranya saja. Renungkan kalimat berikut :
Kalau perampok dapat UANG banyak ... masak sih kita orang baik tidak bisa melebihi apa yang dimiliki perampok ?
Jawaban kita adalah pembedanya, itulah dia cara yang elegan dalam mendapatkan lebih banyak UANG yang lebih baik dari perampok. Artinya, tidak sekedar UANG yang kita peroleh tapi ketenangan jiwa mampu menjadikan kita mengayakan UANG yang kita miliki, sedangkan perampok mempunyai jiwa yang rapuh dan tidak tenang sekalipun mereka mempunyai UANG  yang sangat BANYAK
Mari kita tetap fokus kepada pekerjaan yang membuat kita tenang dan memberilah kebaikan untuk semua orang agar kita mampu dikayakan oleh orang yang melihatnya (membayar kita dengan UANG) dan yang pasti Allah swt melihat semua itu. Allah swt MAHA ADIL dan BIJAKSANA.
Alhamdulillahi rabbil alamin, Insya Allah pemahaman ini menjadikan kita semakin berarti dalam hidup ini. jadikan tulisan ini sebagai inspirasi Anda.

Bahagia untuk membiayai hidup (UANG) dan mengggapai SUKSES

Tujuan kita kerja adalah mencari atau mendapatkan UANG. Sama halnya atasan kita atau pemilik perusahaan mencari UANG. Tapi banyak fakta, kita dan pemilik usaha tidak klop dalam bermutualisme untuk tujuan yang sama, artinya win-win solution. Win-win solution adalah kita sebagai karyawan mendapatkan UANG yang sesuai harapan dan pemiliki usaha juga mendapatkan UANG, keuntungan yang diinginkan. Dua orang yang memiliki TUJUAN yang sama, maka sebenarnya terbentuk KERJASAMA yang menyenangkan. Fakta bicara ... banyak karyawan kecewa dengan UANG yang didapat dan merasa pemilik mendapatkan UANG lebih banyak tanpa memikirkan karyawan, dan sebaliknya. Dimana letak kesalahannya ?
Sepertinya sekuat apapun hubungan karyawan dengan pemilik usaha, kalau tujuannya HANYA UANG, maka hasil akhirnya pasti tidak memberikan rasa keadilan. Mengapa ? karena UANG mempunyai daya tarik yang kuat untuk menjadikan kita mengabaikan segala hal yang baik. MEMANG kita tidak selalu menunjukkan UANG kita secara langsung, UANG itu sering diekspresikan dalam bentuk materi seperti rumah, perhiasan, pakaian, mobil, besarnya perusahaan, titel dan sebagainya. Mari kita perhatikan hal yang sederhana saja,
Seorang ibu yang menunjukkan perhiasannya, dengan mudah membuat ibu yang lain ingin melebihinya atau bahkan ibu tadi bisa mempertunjukkan perhiasan lain atau materi lain yang belum dimiliki ibu yang pertama.
Sebuah keluarga dapat menunjukkan UANGnya dengan memperlihatkan anaknya yang sekolah di tempat yang mahal. Bisa jadi bagi mereka yang tidak dapat mempertunjukkan lebihbaik dari keluarga itu, biasanya berkomentar "sekolah hebat itu belum menjamin anaknya pintar, yang penting kepintarannya bukan sekolahnya" ... itulah yang ditunjukkan mereka yang belum mampu menyaingi UANGnya dengan mengalihkan kepada hal yang tidak dimiliki orang lain.
Kedua cerita di atas adalah persaingan. Sama juga di tempat kita bekerja.
Maka ada salah satu solusi yang menarik untuk dicermati yaitu biarkan pemilik usaha tertuju kepada UANG dan kita mengalihkannya dengan tertuju bagaimana kebahagian dalam bekerja. Lha terus kita dapat UANG darimana untuk kehidupan kita. Mari kita dalami lebih lanjut :
1. Kalau kita bekerja dengan fokus UANG maka terjadi "konflik" dengan pemilik usaha. Maka mutualisme itu bisa jadi bukan sama fokusnya tapi mempunyai tujuan akhir yang sama dengan pekerjaan yang berbeda-beda (saling melengkapi).
2. Apa yang bisa kita lakukan ? Mari kita buat diri kita menjadi senang atau bahagia dulu. Kebahagian itu dapt kita bangun dari rumah (keluarga). Maka ciptakan suasana kebahagian itu terus mengalir dalam diri kita sampai waktu kita masuk kerja - pulang kerja.
3. Bagaimana point 2 itu bekerja untuk kita (menghasilkan UANG) ? Kita tidak perlu fokus berapa UANG yang kita dapatkan dari apa yang kita kerjakan, tapi fokuslah kepada kebahagian kita. kebahagian kita mampu membuat kita bekerja lebih baik ... ikhlas sehingga kinerja yang dihasilkan jauh lebih baik. Secara fisik kita dilihat pemilik menarik karena kebahagian itu sendiri yang membawa aura positif dimata pemiliki. Lalu hasil kerja pun dilihat sangat baik oleh pemiliki usaha. 
4. Hasil kerja dari kebahagian kita tadi yang berdampak positif kepada kinerja usaha, maka semua itu dapat memberi keuntungan yang besar bagi pemilik.
5. Terus ? Dari hal itu, biasanya pemiliki usaha sangat murah hati untuk membalas dengan baik. Bisa gaji yang cukup, bisa juga selalu membantu kita kalau kita kesusahan dan sebagainya.

Bagaimana menurut Anda ? Cara cerdas dalam bekerja yang memberikan manfaat kebaikan bagi kita sebagai karyawan dan juga bagi pemilik usaha. Tidak ada persaingan dari kedua pihak, dan bahkan kebahagian kita membuat iri pemiliki usaha untuk mengikutinya. Dan di dalam kebahagian tidak ada persaingan karena setiap kebahagian memiliki keunikan tersendiri dan tidak sama. Dengan demikian kita yang tadinya fokus mencari UANG, dapat kita lakukan dengan Membahagiakan diri untuk meraih UANG dan mencapai kesuksesan.

Alhamdulillahi rabbil alamin, hari ini kami telah mendapatkan pemahaman baru yang positif dan semoga menjadi inspirasi bagi pembaca dan saya untuk melaksanakannya.

 



Sunday, May 26, 2013

Membalas boleh, sabar lebih baik

Kita sering mengatakan kata "sabar", "sabar ya" begitulah nasehat kita berikan kepada teman atau orang yang kita temui. Artinya makna yang paling dalam adalah BUKAN sekedar menunggu dan menerima. Untuk kasus kita mengalami musibah sepertinya lebih mudah dibandingkan kalau kita mendapatkan perlakuan tidak sopan atau didzalimi. Dalam musibah kita bisa menerima keadaan itu dan seiring waktu menjadi "tidak merasakan lagi" karena kita sudah melewatinya alias sudah disibuukan oleh rutinitas.
Bagaimana kalau kita didzalimi ? maka seperti yang difirmankan Allah sebagai berikut :\
dan jika kamu memberikan balasan, Maka balaslah dengan Balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. akan tetapi jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar (QS An nahl, 16 : 126)
Begitulah kita diajarkan membalas apa yng orang lain lakukan terhadap kita. Disakiti, maka kita pun menyakiti kembali, disinilah kelemahan kita dalam membalas :
1. Kita tidak mampu mengukur level yang sama dengan apa yang dilakukan orang lain terhadap kita. maka kita tidak bisa mengendalikan balasan kita dan CENDERUNG berlebih karena saat membalas yang bicara adalah emosional.
2. Dan apa yang terjadi dengan pembalasan kita ? Tidak pernah berhenti, mengapa ? karena bisa memunculkan ringan sampai  berat untuk membenci orang yang melakukannya.
Maka dari ayat di atas kita diajak oleh Allah berpikir sesuai syariat, yaitu SABAR itu lebih baik. Ada jalan yang lebih baik kok kita tidak pilih ? Disitulah persoalannya, yaitu membalas itu soal emosi dan emosi itu tidak bisa dikendalikan dan cenderung membangkitkan keburukan lanjutan. Dalam keadaan seperti inilah SABAR sebagai solusinya. Bagaimana bisa Sabar ? Maka muncul motif emosi yang lazim "enak aja sudah didzalim kok diam saja" atau bahkan kita mengatakan "Kalau saya diam, maka bisa lebih dzalim". SABAR itu adalah praktek dari iman kepada Allah :
1. Kita mesti mutlak menyakini petunjuk Allah itu BENAR, baik proses menjalani SABAR itu sendiri dan hasilnya.
2. SABAR bukan berarti DIAM, maka kta hijrah (pergi dari orang yang mendzalimi) sebagai langkah awal agar tidak terjadi lagi kedzaliman.
3. Langkah SABAR berikutnya adalah MENERIMA apa yang terjadi untuk tidak dibalas dan menyerahkan bahwa Allahlah pemberi balasan yang terbaik.
4. Mengambil pelajaran dari kejadian itu yang dijadikan pemahaman bahwa Kita tidak boleh mencontohnya.
5. Yakin kepada Allah semua itu bisa berlalu bila kita melakukan amal shaleh.
Dengan demikian SABAR adalah solusi yang terbaik buat jiwa kita dan orang lain sehingga kita menerapkan amar ma'ruf nahi mungkar.
renungkan petunjuk ini dengan benar dan cari pula referensi tambahannya agar kita semakin mampu memahami petunjuk Allah swt tersebut.
Contoh kasus, bila ada orang yang salah, berbohong atau membuat tindakan yang salah, maka yang kuat dalam diri kita adalah ingin sekali bahwa dia mengakui kesalahannya .... dan tidak hanya itu BAHKAN kita CENDERUNG ingin menunjukkan bahwa kitalah orang yang benar. Begitulah pola yang terjadi kecuali orang yang sabar. 
Alhamdulillahi rabbil alamin, Hari ini saya telah diberi pemahaman dan sekaligus amal shalehnya dalam mengahadapi persoalan hidup. Insya Allah semakin hari semakin teranglah hidayahMU dalam aktivitas dalam hidupku.

Wednesday, May 22, 2013

Anak dan Harta BELUM TENTU jadi kebaikan


Allah berfirman :
54. Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu. 55. Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), 56. Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? tidak, sebenarnya mereka tidak sadar[1007]. (QS Al mu’minun, 23 : 53 – 55) [1007] Lihat surat at Taubah ayat 55, dan Lihat surat Ali Imran ayat 178.
Peringatan yang baik buat kita semua, yaitu ANAK DAN HARTA BELUM TENTU memberikan kebaikan kepada kita. Sudahkah kita berpikir seperti ini ? Tentunya kebenaran ayat ini mutlak untuk mengingatkan kita selalu hati-hati dalam menyikapi anak dan harta.
Sebagian dari kita selalu menyambut anak dan harta adalah kebaikan dari Allah swt dan bahkan kita merasa Allah telah mengabulkan doa kita. Terus apa yang kita perbuat ? Kita menyayangi mereka dan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya … bahkan terkadang tanpa sadar kita telah sering “mengabaikan” Allah swt karena mengurus dan menuruti anak dan menyayangi harta. Maka kalimat “akankah kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka ?” mesti menjadi focus kita yaitu bagaimana menjadikan anak dan harta memberikan kebaikan bagi kita., yaitu BERAMAL SHALEH … mendidik anak-anak dengan tangan kita menjadi anak yang shaleh, TIDAK sekedar memberikan sekolah yang hebat di pesantren atau sekolah terpadu. Karena bila kita yang mendidik berarti kita menciptakan diri kita sendiri semakin beriman dan mengajak seluruh keluarga. BUkankah banyak kejadian anak yang pintar sekolah semakin beriman tapi orang tuanya Tidak lebih baik dari anaknya.
Selanjutnya kita wajib bekerja untuk memperoleh kenikmatan dunia yang sebagiannya dinafkahkan kepada kaum yang berhak menerimanya, sehingga kita mampu selalu menjadi orang yang ingat Allah. Kita bekerja mencari nafkah karena Allah, maka wajiblah kita menuruti perintah Allah dengan menafkahkan sebagiannya karena apa yang kita dapatkan semua atas izinNYA.
Alhamdulillahi rabbil alamin, Engkau yang Maha Suci telah memberikan kami pemahaman dan petunjuk, mampukan kami untuk menjalaninya. Maafkan kesalahan kami agar langkah semakin mudah untuk mendekat kepadaMU. Amin


Sunday, May 19, 2013

Kita ingin dunia, Allah menghendaki akhirat

Allah berfirman dalam surah Al Anfal, surah ke-8 ayat 67,

(67) Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Apa makna yang kita bisa peroleh dari ayat di atas, kita diajak untuk mengoreksi apa yang sudah kita lakukan dan apa yang sudah kia peroleh :
Berawal dari suatu pekerjaan yang benar dengan niat yang baik pula, dimana dicontohkan berperang melawan kaum kafir. Dan kesempurnaan perang adalah menundukkan dan melumpuhkan musuh, disinilah kita mulai digoda untuk mulai cenderung kepada dunia, karena peperangan menghasilkan harta rampasan perang. Disinlah Allah swt mengoreksi kita agar tetap kepada pahala atau akhirat.
Bagaimana dengan kehidupan kita ?  Dapat kita analogikan dalam hidup kita sebagai berikut ;
Awal yang baik pula kita bekerja untuk mencapai kesuksesan dan kesempurnaan sukses itu ditandai oleh semakin banyaknya materi dan kebanggaan. Disinilah awal kita mudah tergoda kepada dunia, kita semakin pede bahwa kesuksesan itu karena kita. Ini memunculkan kebanggaan dan menjadi sombong setelah kita mulai banyak bicara berbagi pengalaman dan kita mengklaim inilah tip kita untuk sukses adalah cara yang paling hebat. Dan tidak berhenti sampai disini, kita pun sudah mulai menerima penghargaan berupa materi yang telah menjadikan suka mengumpukan dan mempertunjukkan kepada banyak orang. Hanya sedikit yang kita sedekahkan, dan orientasi kita cenderung kepada mengumpulkan materi.
Begitulah Allah berfirman "Allah menghendaki akhirat atau pahala tapi manusia ingin harta", Insya Allah ayat ini mampu mengingatkan kita untuk selalu berada di jalanNYA, yaitu selalu berharap akhirat. Jadikan apa yang sudah kita lakukan buah dari dimampukannya kita melakukannya oleh Allah dan demikian juga materi yang kita peroleh sebagai bentuk ujian dari Allah swt. Maka sikapi dengan bijak seperti halnya diakhir ayat Allah yang Maha Bijaksana dalam menyikapi hidup ini agar kita mendapatkan kebaikan terhadap apapun yang kita lakukan dan kita peroleh.
Alhamdulillahi rabbil alamin, Insya Allah menjadi pemahaman yang baik untuk dimampukan oleh Allah untuk kita jalankan. amin

Wednesday, May 15, 2013

Ikhlas aja .... artinya belum ikhlas

Seringkali kita dinasehati oleh teman "ikhlas aja, emang udah begitu mau diapain" atau bahkan kita memaklmi keadaan kita dan sedikit menghibur diri "ya mesti ikhlasslah dengan keadaan ini". Apakah hal itu sudah menjadikan kita ikhlas ?? Bisa iya dan untuk menyakinkan diri kita sendiri (benar ikhlas), maka kita perlu merenungkan hal berikut ini :
1. Ikhlas tidak berdiri sendiri muncul begitu saja, kondisi awal adalah adanya pemahaman yang benar tentang ikhlas itu sendiri.
2. Agar keikhlasan itu menjadi semakin baik, maka awali dengan proses menerima semua keadaan yang kita alami, artinya kita tahu bahwa sesuatu yang buruk berasal dari akibat perbuatan kita dan sesuatu yang pasti datangnya dari Allah. Semua atas izinNYA. Apa tandanya ? Kita menerima dengan senang TANPA mengeluh atau membicarakan dengan orang lain (curhat).
3.Tidak sampai di situ saja, menerima menjadi ikhlas bila kita berupaya untuk meningkatkan keadaan itu menjadi lebih baik. Banyak orang bilang ikhlas dengan hanya menerima keadaan saja tanpa mau berusaha untuk lebih baik.
4. Keikhlasan itu sesuatu yang baik, maka menerima keadaan dan upaya pun dengan cara yang baik - sabar dan syukur kepada Allah serta tetap istiqamah dalam beribadah.
Keikhlasan tidak perlu ungkapan lisan tapi butuh bukti tindakan yang lurus, berupa perbuatan yang baik (amal shaleh). Seperti halnya kita ujian untuk naik kelas, maka menghadapi keikhlasan memperkuat dan meningkatkan keimanan kita menjadi semakin baik.
Alhamdulillahi rabbil alamin, Insya Allah pemahaman ini menjadikan kita mampu melaksanakannya dan memperbaiki pemahaman yang lebih sempurna. Amin

Tuesday, May 14, 2013

Bagian Pertama dari Doa in 5 Action

Doa ... Semua orang tahu dan paham, lalu apa jawaban Anda saat ditanya tentang doa ;

  1. Doa .... doa itu berdoa, ya memohon kepada Allah
  2. Doa .... habis shalat berdoa.
  3. Doa .... bacaan shalat itu juga doa
Maka ada baiknya walaupun kita sudah "tahu" (agak sulit diungkapkan) dan alangkah baiknya kita lebih memahami tentang doa agar mampu menyadarkan kita dan melaksanakannya dengan benar.


Tak ada yang mulus ....

Banyak keinginan kita untuk meraih apa yang kita cita-citakan, tapi fakta semua itu tak mudah. Hal yang kecil saja yang kita anggap kita mampu .... Seringkali tidak sesuai dengan prediksi kita. Pengen pergi ke Mall, semua orang bilang itu perkara mudah. But nyatanya, saat kita pergi sudah ada hambatan baik itu kesiapan kita sendiri seperti kendaraan atau menunggu bus yang lama yang berakibat buruk atau bete. Al hasil perjalanan kita ke mall menjadi tidak nyaman.
Coba kita perhatikan sesuatu yang ingin kita kerjakan atau jalani adalah sesuatu tentang masa depan atau besok, nanti siang atau nanti sore bahkan 10 menit lagi. Semua itu adalah rahasia Allah, maka kita dengan yakin tidak mengikuti petunjuk Allah dalam menghadapinya. Diwajibkan untuk urusan berikutnya dengan mengucapkan Bismillahi rabbil alamin dan Insya Allah. Hal ini jarang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, hanya berlaku untuk pekerjaan besar. 
Contoh kasus ada orang yang ingin tidur saja, bisa jadi susah tidurnya dan lama baru bisa, begitu juga bila kita pergi ke suatu tempat dll. Maka dari itu mari kita membiasakan diri untuk memulai sesuatu dengan Bismillahi rabbil alamin dan Insya Allah dimampukan untuk mengerjakannya dan memperoleh hasil yang baik.
Kata Insya Allah sering kita ganti dengan kata semoga atau mudah-mudahan dalam berdoa. Kata Insya Allah lebih bermakna daripada kata semoga, maka dalam berharap kepada Allah kita mesti mengucapkan "Insya Allah" yang lebih memberi keyakinan dibandingkan kita berucap semoga atau mudah-mudahan yang cenderung pesimis. "Mudah-mudahan berhasil ya" bandingkan dengan kalimat   "Insya Allah berhasil ya". Kalimat Insya Allah pun dapat bermakna dzikir dengan menyebut nama Allah, dan sebutan itu pun dapat memberi keyakinan kita untuk berserah penuh kepada Allah dalam memberikan hasilnya.
Alhamdulillahi rabbil alamin, Insya Allah semua pemahaman ini mampu kami jalani. Amin

Saturday, May 11, 2013

Doa in 5 Action

Saya memberanikan diri untuk mewujudkan impian dalam menulis. Apa yang ingin saya tulis ? Banyak hal yang menghambat semua itu .... Semua berasal dari diri saya sendiri yang tidak yakin.
Mau menulis tentang motivasi ... rasanya tulisan itu menjadi tidak berarti dibanding motivator terkenal
Mau menulis tentang agama ... rasanya tulisan tidak mempunyai pengetahuan yang kuat dan luas tentang agama dibandingkan ulama dan cendekiawan muslim.
Mau menulis tentang pemberdayaan diri .... rasanya saya sendiri belum membuat diri saya sendiri berdaya.
Mau menulis tentang pengalaman hidup .... rasanya pengalaman saya belum berarti apa-apa dibandingkan mereka yang telah sukses.
But waktu saya ke toko buku dan membaca beberapa buku yang dijual .... ada protes dan kritik dari saya, "kok bukunya begitu aja ?" atau "isi bukunya tak sehebat yang saya pikirkan untuk saya jadikan tulisan" dan ada perasaan yang membakar diri saya untuk menulis lebih bagus dari mereka. Dan disisi lain memang ada penulis yang luar biasa karena pengetahuan dan pengalamannya .... buku mereka saya beli, saya baca dan memenuhi rak buku saya di rumah.
Bismillahi rabbil alamin, Hari ini saya memulai tulisan untuk my first book. Pilihannya adalah judul di atas, Yang terinspirasi dari "visi in action" .... dan judul di atas sudah saya terapkan dalam pelatihan kepada salesmen dan karyawan tempat saya bekerja. Responnya sangat baik. Kata doa saya sandingkan dalam judul di atas, karena saya sendiri sudah banyak berdoa dan sepertinya hanya menunggu terkabulnya doa itu. Tapi setelah saya dalami dan alami, ternyata doa itu mampu mendorong atau memotivasi saya untuk meraih apa yang saya doakan. Maka dari itu saya ingin mengajak pembaca untuk bersama selalu berdoa dan kontinuitas doa kita dapat selalu memotivasi kita  setiap saat dalam hidup ini. Bisa jadi apa yang saya tulis sudah menjadi pemikiran Anda yang membacanya. Semoga pemikiran yang sama ini bisa saling menguatkan diri saya dan Anda untuk saling berbagi ke semua orang. Insya Allah.
Doa in Action berubah menjadi Doa in 5 Action, kata 5 diambil untuk menguatkan dari kata Action dengan 5 langkah ... 5 kali shalat dalam sehari.

Tumani'nah dalam hidup

Terkadang kita menikmati hidup saat keadaan yang tidak menuntut dan tidak pula dituntut, terjadi saat kita bebas dari sesuatu. Misalkan saat libur .... kita merasa hidup menjadi nikmat atau saat kita bekerja yang sesuai dengan hobby atau keinginan kita. Bisa dibayangkan banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengisi waktu itu. Senang dan bahagia.
Semua kejadian itu hanya mengisi memori yang kita kenang dan saat kita mengingatnya lagi ... kita selalu ingin kembali seperti keadaan itu. Disaat itulah kita menjadi melamun ..... tubuh yang tadinya stress karena tekanan pekerjaan dan tuntutan hidup menjadi sangat ringan dan nyaman. Pola ini telah digunakan banyak orang sebagai cara untuk merelaxkan diri.
Dan kita pun tidak merasakan pola itu pernah kita lakukan, dan karena stress kitapun mencari jalan kepada orang tertentu untuk membantu kita. Kita berkonsultasi dan difasilitasi untuk menjadi relax, melakukan meditasi, nlp, relaksasi, hipnosis dan sebagainya. Persoalannya menjadi sulit untuk relax sehingga kita kehilangan fokus atau kabur untuk relax, why ? Karena kita memang tidak banyak mengalami hal relax tersebut.
Solusi sederhana atas persoalan di atas adalah :
1. Menyenangi dan menikmati semua pekerjaan atau mengerjakan apa yang kita senangi (passion).
2. berusahalah untuk menjadikan ada pekerjaan yang membuat kita senang.
Solusi di atas tidak perlu mahal, semua ada pada diri kita ... Tinggal kita mau menjalaninya atau ngga ? 


Friday, May 10, 2013

Adakah kita termasuk orang yang pikun ?

Terkadang kita "merendahkan" orang yang buta, orang yang  tuli, orang bodoh dan orang yang pikun. Bisa jadi kita tidak langsung menerndahkannya, tapi kita tidak menganggap apa yang mereka lakukan atau mereka ucapkan. Kita lebih berempati kepada mereka hanya karena fisik, maka kita membantu mereka saat bertemu. Setelah itu .... kita tidak pernah merenungkan bahwa kita bisa lebih buruk dari mereka.
Orang buta itu hanya tidak bisa melihat, dan bahkan mereka bisa melakukan aktivitas fisik tanpa bantuan orang normal ...... tapi gemana dengan kita ? 
Kita lebih sering BUTA, kita tidak membaca sekalipun mata kita melihat, orang yang merokok tetap merokok padahal mereka membaca peringatan bahaya merokok, orang tetap saja melanggar rambu lalu lintas sekalipun mereka tahu ada rambu larangan. Ini menunjukkan mata sebagai penglihatan tak mampu membuat kita memperoleh kebaikan. 
Orang tuli itu hanya tidak bisa mendengar dengan baik, tapi masih bisa mendengar kalau kita suarakan dengan keras atau masih bisa membaca. apakah kita orang yang tuli ?
Kita bilang kita bukan orang yang tuli, tapi fakta bicara kita masih sering bicara dengan keras sekalipun jarak kita dekat, artinya kita mendengar tapi tidak mendengar pesan yang disampaikan. Sudah banyak nasehat dan pesan yang kita terima untuk menjadikan kita orangn yang baik, tapi sampai hari ini kita tidak atau belum jadi orang baik. Begitulah kita sering mendengar petunjuk (bacaan Al Qur'an) dari orang lain, tapi kita tidak mendapatkan apa-apa dari ayat-ayat yang dibacakan.
Bagaimana dengan orang bodoh ? kita seringkali emosi untuk berkomunikasi dengan mereka dan kita pun sering meninggalkan pergaulan dengan mereka. Tapi tahukah kita bahwa kita termasuk dari golongan orang yang bodoh ? Orang bodoh itu hanya tidak bisa berhitung, tidak bisa mengerjakan itu dengan baik dan sebagainya. TAPI kita juga seperti mereka ...orang bodoh itu mengerjakan hal yang sama terus-menerus dan apa yang dikerjakannya itu tidak baik atau apa yang dikerjakan hasilnya selalu gagal atau apa yang dikerjakan membawa keburukan
Dan berikut ini juga membuat kita sama dengan orang pikun, yang sering lupa apa yang dikerjakan dan kita ? Kita ini termasuk orang yang malas berpikir bila dikasih pekerjaaan, malas berarti tidak mau menghasilkan sesuatu yang akhirnya tidak ada apa-apa. Begituah kita, lupa atau tidak ingat sesuatu karena banyaknya aktivitas  kecil melalaikan kita kepada hal yang besar. Sibuk bekerja membuat kita lupa waktu shalat dan bisa jadi orang pikun masih ingat shalat.
Dan akhirnya kita bercermin bahwa kita ini adalah orang yang selalu meminta orang lain membantu kita dalam melakukan aktivitas kita. Hal ini menunjukkan bahwa kita ini termasuk orang yang "diminta kasihani" seperti halnya orang buta, orang tuli, orang bodoh dan orang pikun. Bangun pagi, masakan kita sudah dibuat oleh pembantu, pakaian kotor kita pun sudah dicuci oleh pembantu, pergi ke suatu tempat kita pun disupiri atau naik kendaraan umum, sesampainya kita di kantor kita pun disiapkan minum dan ruangan yang bersih oleh OB dan sebagainya ... semua itu bila direnungkan BUKAN berarti harus kita kerjakan semua sendiri, tapi mulailah kita bersyukur atas apa yang sudah kita terima sampai hari ini dengan menghargai apa yang telah orang lain perbuat kepada kita dan mampukan diri kita untuk mengerjakan sendiri apa yang kita bisa yang memberikan  kebaikan pada diri kita dan  orang lain.
Alhamdulillahi rabbil alamin, Engkau telah bukakan hati ini untuk belajar tidak buta, belajar tidak tuli, belajar tidak bodoh dan belajar tidak pikun. Sekalipun mata, pendengaran dan pikiran sudah berfungsi, maka mengfungsikan hati menjadi sangat penting. Insya Allah tulisan ini bermanfaat dan menberi kebaikan bagi kita. Amin 

Sunday, May 5, 2013

Kita beriman tapi masih belum maksimal dalam beramal shaleh

Allah berfriman dalam surah Al Hajj, surah ke-22 ayat 11,


11. dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi[980]; Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam Keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang[981]. rugilah ia di dunia dan di akhirat. yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.[980] Maksudnya: tidak dengan penuh keyakinan. [981] Maksudnya: kembali kafir lagi ( QS Al hajj, 22 : 11)

Termasuk dimanakah kita dalam beriman kepada Allah ? Kita yang muslim telah mengnklaim diri kita adalah orang yang percaya dan menyakini bahwa Tuhan kita adalah Allah yang ESA. Tapi sering ada pertanyaan dalam diri kita sendiri "kok saya belum benar-benar beriman", buktinya masih banyak yang belum kita kerjakan dari perintah Allah. Bukankah kalau kita beriman maka kita pun taat.
mari kita pahami ayat di atas, ada diantara manusia yang masih ragu dalam beriman kepada Allah. Orang tersebut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Saat menerima kebaikan, mereka tetap dalam keadaan itu juga
2. Saat ditimpa bencana, maka mereka berbalik dari Allah swt.
Untuk point 1, kita hampir sama dan bahkan kita lebih merasa bahwa kitalah yang melakukannya. Kita tidak menambah amal yang menambah keimanan kita. dan bisa jadi kita lebih cenderung untuk dalam kondisi seperti itu atau cisa juga membuat kita sombong.
Sedangkan point 2, bisa jadi kita tidak seperti itu saat menerima bencana. Tapi boleh kita merenung saat kita menerima bencana kita lebih banyak ibadah dan berdoa ...lalu bila doa kita terkabul kita kembali seperti biasa.
Mengapa kedua hal diatas bisa terjadi ? Karena memang iman yang sudah kita peroleh tidak kita pupuk agar bisa tumbuh lebih baik. Bagaimana caranya ?
Agar kita tidak dalam keraguan .... maka tanamkan diri kita untuk selalu membaca Al Qur'an, kok gitu ? 
Kalau isi kepala (pikiran) kita adalah BAIK, maka sikap dan cara berpikir kita pun BAIK dan sebaliknya. Kita menjadi ragu karena banyak hal dan setiap hari kita dimasuki oleh ilmu dan pemahaman yang BUKAN dari Al Qur'an. Kalau kita percaya kepada Allah, kita pun percaya kepada hari kiamat. Untuk sampai kepada hari kiamat (kematian), kita mesti membangun kebiasaan BAIK sehingga iman kepada Allah itu terisi dengan AMAL SHALEH. dan hal itu bisa terjadi bila kita SELALU membaca Al Qur'an 
Karena kita jarang membaca Al Qur'an maka pikiran kita terisi oleh rayuan syetan sehingga terbentuklah pola "pikir syetan" .... berdampak kepada "pembantahan" saat kita membaca atau mempraktekkan isi Al Qur'an.

di antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah[976] tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti Setiap syaitan yang jahat, [976] Maksud membantah tentang Allah ialah membantah sifat-sifat dan kekuasaan Allah, misalnya dengan mengatakan bahwa malaikat-malaikat itu adalah puteri- puteri Allah dan Al Quran itu adalah dongengan orang- orang dahulu dan bahwa Allah tidak Kuasa menghidupkan orang-orang yang sudah mati dan telah menjadi tanah  ( QS Al hajj, 22 : 3)
  
4. yang telah ditetapkan terhadap syaitan itu, bahwa Barangsiapa yang berkawan dengan Dia, tentu Dia akan menyesatkannya, dan membawanya ke azab neraka. ( QS Al hajj, 22 : 3)

Dan ayat selanjutnya Allah menerangkan bahwa hari kiamat itu dapat ditunjukkan oleh serangkaian kekuasaan Allah yang berhubungan dengan hal itu, yaitu dimana mampu menghidupkan yang mati dan mematikan yang hidup, seperti lanjutan ayat berikut ini. Lanjutan dari ajakan untuk taat dengan mempertanyakan apakah kita masih ragu “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur)”

5. Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.di antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah[976] tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti Setiap syaitan yang jahat, [976] Maksud membantah tentang Allah ialah membantah sifat-sifat dan kekuasaan Allah, misalnya dengan mengatakan bahwa malaikat-malaikat itu adalah puteri- puteri Allah dan Al Quran itu adalah dongengan orang- orang dahulu dan bahwa Allah tidak Kuasa menghidupkan orang-orang yang sudah mati dan telah menjadi tanah. ( QS Al hajj, 22 : 5)

6. yang demikian itu, karena Sesungguhnya Allah, Dialah yang haq[977] dan Sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, [977] Maksudnya: Allah-lah Tuhan yang sebenarnya, yang wajib disembah, yang berkuasa dan sebagainya.  ( QS Al hajj, 22 : 6)


Tidak lain semua penjelasan dari Allah itu agar kita sadar tentang kekuasaannya yang terjadi pada diri kita sendiri dan sekitar kita :
1.    Proses penciptaan manusia yang tadinya tidak ada menjadi ada kemudian dari bayi hingga dewasa
2.    Allah mematikan manusia sesuai ketentuanNYA ada yang mati muda dan ada yang mati tua.
3.    Allah menunbuhkan berbagai tanaman/tumuhan yang tadinya telah “mati” dengan menurunkan hujan

Tiga kejadian di atas kita lihat dan alami sepanajng hidup kita. Tapi dalam kenyataannya kita seringkali tidak mempertanyakan “bagaimana hal itu terjadi ?” dan hanya menerima keadaan itu sebagai hal yang memang harus terjadi. Keadaan ini (jawaban atas renunngan semua peristiwa di atas) menjadi penentu bagi kita apakah kita menyadari dan memahaminya ? Lalu membuat kita BERIMAN kepada Allah  dan  TAAT.

Semua itu Allah tunjukkan sebagai bentuk bahwa “Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”  dan kita pun SUDAH melihatnya, ada yang percaya sebatas pengetahuan, ada yang membantah dan ada pula yang percaya dan taat.
Dan kita pun ditegaskan lagi oleh Allah “Sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang”

7. dan Sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.  ( QS Al hajj, 22 : 7)

Apa hikmahnya bagi kita yang muslim ? Bahwa ada makna yang dalam dari beriman kepada Allah DAN BERIMAN KEPADA HARI KIAMAT, yaitu mendorong kita untuk TAAT (bertaqwa) dengan perintah dan laranganNYA. Maka konsekuensi dari beriman kepada Allah dan hari kiamat adalah ketaatan kepada Allah, dan bila kita ragu dengan hal itu maka renungkanlah semua kejadian alam ini adalah datang dari kekuasaan Allah. Dan untuk memahami itu diperlukan ilmu yang hak yang benar yaitu kita Allah … Al Qur’an. Jadi membaca Al Qur’an sebagai petunjuk (ilmu yang benar) yang benar yang menuntun kita untuk mempercayai Allah, hari kiamat dan bagaimana caranya untuk taat.

Alhamdulillahi rabbli alamn, Hari ini kita telah manambah ilmu yang kita ambil hikmah dari Al Qur’an. Mari kita tanamkan bahwa ayat-ayat Al Qur’an itu BUKAN TEORI tapi ayat-ayat nyata yang dapat kita lihat, pahami dan aplikasikan. Yang membuat kita masih melaksanakan sepenuhnya ayat-ayat Al Qur’an itu karena kita masih jarang memahaminya (membaca AL Qur’an) sehingga dalam tindakan kita masih “ragu”. Hal inilah yang membentuk keyakinan dan pikiran kita tidak tertuju kepada Al Qur’an. Kalau kita sering belajar berhitung berkali-kali menjadikan kita mahir dari yang tadinya tidak tahu. Mengapa kita tidak melakukannya pada kebiasaan untuk membaca dan memahami Al Qur’an ?





Thursday, May 2, 2013

BESAR atau BANYAK, nafkahkan amal shaleh ke banyak orang .....

Besar atau banyak, mana yang kita pilih ? Kami menterjemahkan Besar adalah jumlah besar dalam 1 kali tindakan dan banyak adalah seaklipun nilainya kecil tapi bisa banyak yang bisa kita lakukan. Banyak orang ingin memilih BESAR daripada BANYAK. Mari kita contohkan dalam beberapa hal :
1. Gaji besar lebih disukai daripada gajinya kecil dan banyak. Kita maunya cepat dengan nilai yang besar.
2. Proyek/penjualan BESAR dengan 1 konsumen lebih kita sukai daripada jumlahnya banyak dengan banyak konsumen.
Maka bisa kita simpulkan bahwa kalau urusan untuk mendapatkan sesuatu yang mampu menambah kepunyaan kita, maka kita PASTI pilih BESAR. Sebaliknya kita memilih BANYAK saat memberi walaupun sedikit untuk setiap sesuatu. BANYAK dan BESAR mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Maka dalam hal MEMBERI, kita sering mengeluarkan yang sedikit (dalam julah yang lama - BANYAK) daripada mengeluarkan BESAR sekaligus.
1. Kita lebih suka membeli kredit (bayar sedikit tapi terus-menerus) daripada membeli cash (BESAR di awal)
2. Kalau memberi ke orang lain seperti sedekah, kita suka sedikit-sedikit tapi ke banyak orang (BANYAK).
Dari penjelasan di atas niat kita selalu pengen BESAR dan BANYAK, hal ini dilakukan oleh yang sempurna dalam hidupnya (beriman dan kaya). Bagaimana dengan kita ?
Yuuk kita melakukan kedua hal di atas bersimultan, mau BESAR atau BANYAK pastikan niatnya ikhlas. Sedikit tapi kontinu bisa menjadi BESAR adalah baik untuk kita laksanakan BUT jalani semua itu dengan apa adanya ... bayarkan atau nafkahkan apa yang kita miliki yang bisa menjadi amal shaleh kita.
1. Shalat, mestilah kita melakukannya dengan BESAR ... semangat, shalat JUGA untuk yang BESAR nilainya seperti shalat malam dan sebagainya. Dan Psatikan kita pun melakukan shalat yang BANYAK, terutama shalat sunnah. Kondisi ini sama halnya untuk ibadah lainnya.
2. BERSEDEKAH dapat lakukan dengan BANYAK, bisa jadi kita parkir dalam sehari beberapa kali atau bertemu office boy, tukang koran, penjual makanan, operator SPBU atau orang sejenisnya. Mengapa kita tidak melebihkan uang yang sedikit Rp 1000 atau Rp 2000 atau bahkan Rp 5000 (sesuai kondisi kita saat itu). Memberi kepada mereka menjadi amal shaleh yang tak terhingga bisa kita lakukan, artinya nilainya menjadi BESAR.
3. Dan bisa juga kita menebarkan senyum, kesantunan, mengajak kepada yang baik (nasehat), dan membantu pekerjaan yang bisa lakukan kepada orang yang kita temui. Hal ini menunjukkan kita sibuk dengan AMAL SHALEH ... BANYAK dan menjadi BESAR amal shalehnya buat kita 
Mari kita lakukan semua itu dengan ikhlas agar kita menjadi orang yang membayarkan apa yang kita miliki (nafkahkan) kepada banyak orang ... menebarkan kebaikan di bumi sekitar kita. AMAL SHALEH yang mudah danBISA KITA KERJAKAN.
Alhamdulillahi rabbil alamin, Engkau telah membei pemahaman yang baik kepada kami dan Insya Allah Engkau mampukan kami untuk melakukannya. Amin.



Yukk kita mulai sesuatu yang kecil dan banyak memberi kepada 

Tuesday, April 30, 2013

Ikhlas yang melegakan hati ..

Seringkali kita mengalami konflik antara perasaan dan pikiran/logika. Mari kita perhatikan, Munculnya sebuah keinginan untuk memiliki komputer canggih, maka pikiran dan logika kita bicara harus mengumpulkan uang yang cukup untuk membelinya atau dengan cara lain. Batasan untuk memiliki komputer canggih itu adalah pikiran kita sendiri ..... bahwa kita tahu tidak boleh mendapatkannya dengan cara yang salah. Berikutnya adalah pikiran untuk mendapatkan komputer canggih itu sudah dipahami tidak dengan cara santai (tidak/kurang bekerja), maka batasan yang melawan pikiran itu bisa dari perasaan yang ingin mudah (tidak berat). lalu tidak hanya sampai disini, konflik itu muncul kembali saat pikiran ingin meraih komputer canggih, maka suara hati kita mengatakan "harus banyak beramal". Tapi fakta menunjukkan bahwa kita tidak mau beramal shaleh (kalaupun mau hanya sedikit) agar kita dimudahkan mendapatkan apa yang kita inginkan oleh pikiran kita. Konflik itu semua bisa menimbulkan gangguan pada fisik dan perasaan bahkan pikiran yang membuat tubuh menjadi capek dan sakit sebagai reaksi terhadap konflik tersebut.
Apa sih solusi yang tepat ?   Mudah diucapkan tapi susah untuk dilaksanakan. Awali keinginan mendapatkan komputer canggih itu sebagai kebutuhan yang mampu mendekatkan kita kepada Allah. Lalu niatkanlah dengan mendapatkan komputer canggih itu dapat menambah amal kebaikan kita. Maka akibat dari itu semua  , mampu memberi perasaan senang yang terus membangun semangat dalam melakukan sesuatu yang sesuai dengan ketentuan yang baik. Keharmonisan dari keinginan - niat - perasaan senang dan semangat beramal shalehnya - itulah harmonisasi manusia dalam beramal shaleh. Ini kita sebut ikhlas, TUBUH TIDAK CAPEK dan menimbulkan kelegaan di hati.



Monday, April 29, 2013

Masihkah kita bergantung kepada dunia ???

Allah berfirman dalam Surah Al Anbiyaa, surah ke-21 ayat


66. Ibrahim berkata: Maka Mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?"

Mengingatkan kita bahwa beriman kepada Allah itu berarti menggantungkan atau menyerahkan diri kita kepada Allah dalam segala urusan. Tapi dalam kehidupan ini, kita banyak bergantung dan merasa sedih bila tidak mendapatkan uang, jabatan dan sebagainya. Bukankah hal ini menunjukkan bahwa kita mula dan segera menggantungkan kehidupan kita kepda kehidupan dunia berupa materi. maka Allah lewat cerita Ibrahim mengajak kita sendiri untuk introspeksi diri, apakah iman kita sekarang ini masih bersandar kepada Allah atau dunia.
Apakah kehidupan dunia ini (uang dan jabatan)  mampu berbicara atau melihat sehingga mampu memberi petunjuk bagi kehidupan kita ? BUkankah kita sebagai manusia sudah mempunyai kekuatan itu ... mampu berpikir, melihat dan berbicara. Mengapa kita masih bergantung kepada dunia ?
Apa hikmahnya bagi kita ? Sudah sepantasnyalah kita bersyukur atas nikmat iman dan nikmat sehat yang sampai hari ini kita peroleh dengan izinNYA. Lalu sudahkah iman kita ini benar … menjadikan Allah swt sebagai satu-satunya sembahan kita. Terkadang fakta tidak sejalan antara iman kita dengan apa yang kita kerjakan. Maka kita sering merasa atau seolah-olah sudah merasa beriman dengan apa yang sudah kita lakukan dan sepertinya kita sudah beramal banyak. Akibatnya kita sudah merasa cukup (malas untuk meningkatkan amal shaleh) dan tidak mau belajar atau mengevaluasi lagi terhadap apa yang sudah kita kerjakan.
Untuk itu kita perlu menguji/mengevaluasi dengan cerdas seperti yang diteladani oleh Nabi Ibrahim :
1.    Apakah kita bisa menerima kondisi bila harta, jabatan dan sebagainya tidak ada lagi ?? Atau perhatikan apa yang terjadi saat kita kehilangan ?
2.    Lanjutkan dengan pertanyaan, apakah semua yang kita miliki itu bisa seperti kita .. berpikir, melihat, membaca, mendengar, menolong kita ? Renungkan apakah patut kita menjadikan yang “tidak bernilai” itu sebagai tempat kita bergantung ?
3.    Renungkan kembali … apakah apa yang kita miliki tersebut dapat memberikan manfaat ? Kita jawab iya, misalkan dengan uang kita mampu membeli apa saja. Tapi dibalik itu banyak keburukan yang muncul seperti bisa serakah, sombong dan bahkan kurang atau hanya sedikit sedekahnya.
4.    Atau pernahkah harta dan sebagainya mampu menyelematkan kita dari keburukan atau musibah ???
5.    Bahkan bila kita renungkan lebih dalam saat kita tidak memiliki apa-apa, kondisi dimana kita mampu dekat dengan Allah, banyak waktu beribadah dan beramal shaleh, bahagia dan lebih sering mendapatkan petunjuk yang benar. Dan semua itu lebih banyak memberikan pendangan bahwa kita merasa yakin Allahlah segalanya. Bandingkan saat kita memiliki mobil … bisa jadi kita ingin menyombongkan mobil kita karena usah yang kita lakukan, yang terjadi adalah waktu banyak dihabiskan untuk jalan-jalan dan belanja yang menuntut kita untuk bekerja keras lagi untuk memiliki uang yang banyak agar bisa jalan-jalan. Tidak ada lagi waktu untuk bersilaturahmi, sedikit saja untuk saling membantu, sedikit pula untuk sedekah. Kondisi ini tidak banyak memberi kebaikan bagi orang-orang di sekitar kita.
6.    Dalam ujian di atas atas kekurangan atau kehilangan yang kita alami, pastilah ada godaan yang membuat kita tidak tahan terhadap kondisi itu. Maka muncullah bisikan syetan untuk tetap menjadikan kita tergantung lagi kepada materi, “bagaimana mau shalat kalau lapar ? atau bagaimana mau sedekah kalau tidak ada uang banyak ?” dan sebagainya. Kekurangan atau kehilangan itu pun seizing Allah yang dimaksudkan untuk menguji kita, apakah kita bisa melewatinya dengan tepap beriman kepada Allah swt ? Maka petunjuk menghadapinya pun sudah oleh sampaikan lewat Al Qur’an, mengapa kita tidak kembali membaca dan mengikuti petunjuk Allah itu.
7.    Dari hal di atas, syukuri nikmat iman yang benar untuk merenungkan semua hal diatas bahwa Allahlah menjadi tujuan iman kita yang menuntun kita kepada jalan yang benar dan Allahlah yang memberikan segal hal yang kita butuhkan.

Alhamdulillahi rabbil alamin, Insya Allah semua yang kita baca dan pahami di atas merupakan petunjuk dari Allah agar kita mampu menyikapi dan bertindak dalam menghadapi kondisi di atas. Mari kita syukur nikmat iman ini dengan tidak membiarkannya saja, tapi mensyukuri dengan banyak beramal shaleh, menjalankan petunjuk yang telah Allah berikan dalam Al Qur’an lalu selalulah untuk menguji atau mengevaluasinya. 
 

Saturday, April 27, 2013

Yuuk Hindari keraguan karena kita tidak YAKIN PENUH


Untuk berubah itu menjadi sulit, dan bisa jadi kita sudah mulai perubahan itu tapi selanjutnya berhenti dan kembali kepada yang dulu.. Dan ada satu hal kita berubah, misalkan karena sering sakit kita pun menjalani therapi  sehat dan kita bisa berubah karena memang punya peuh keyakinan untuk berubah karena tidak mau lagi sakit yang kita rasakan.
Terkadang dengan dorongan yang kuat pun kita sering luntur dalam perjalanan untuk merubah diri, apayang terjadi ? Karena dorongan yang kuta itu tidak didukung oleh keyakinan yang didasari pengetahuannya. Demikian pula Allah mencontohkan untuk kita refleksikan dalam diri kita saat kita mau benar-benar beriman pasti ada godaan atau sesuatu yang menghambat perjalanan itu, yaitu berupa bencana atau kesenangan.  Saat kita mengalami kebajikan maupun bencana itu kita mesti bersikap dan banyak beramal shaleh sebagai bentuk penyempurnaan pengetahuan kita tentang kebaikan atau bencana itu. Dengan mengalaminya kita mampu merasakan baik dan buruknya sehingga menjadikan kita memahami (tahu pengetahuannya) yang meningkatkan keyakinan kita kepada Allah swt (keyakina atas kebajikan dan bencana),
1. Kita percaya dan yakin bahwa kebajikan dan bencana itu datangnya dari Allah
2. Kita pun percaya kebajikan dan bencana itu ada dan dapat mersakannya
3. Serta kita pun secara tidak langsung diajari cara menyikapinya bagaiman caranya bersyukur dengan kebaijkan dan bagaimana cara melewati bencana.
Allah befirman dalam surah Al Hajj, surah 22,
 "Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi (tidak dengan penuh keyakinan); maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang (kembali kafir lagi). Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata" (QS Al Hajj, 22 : 11)

Begitulah ayat ini yang ingin menjadikan untuk seperti ayat 1 yang menyruh kita berubah menjadi orang yang bertaqwa.
"Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat)" (QS Al Hajj, 22 : 1)

Untuk terus menjadi orang yang bertaqwa sekedar menjadi orang yang beriman (percaya) saja dan dalam perjalanan hidup ini kita mesti memahami pula begaimana kita harus menerima dan melewati jamuan Allah yang bisa berupa kebaikan atau keburukan sebagai bentuk ujian dari Allah swt. Jamuan Allah swt itu bisa jadi untuk menambah keimanan itu NYATA dan dapat kita rasakan.
Alhamdulillahi rabbil alamin, Engkau telah beri kami pemahanan yang baik yang Insya Allah dengan kekuasaanMU semua itu menjadi nyata dalam hidup ini dapat kami yakini dan rasakan yang akhirnya membuat kami menjadi orang yang bertaqwa.  

Wednesday, April 24, 2013

Doa lagi ya ....

Berdoa bagi sebagian orang telah menjadi biasa dan bahkan doa itu terucap pun tanpa kita sadari. Kita tahu apa yang kita doakan tapi bisa mampu menyelami doa itu. Setiap shalat kita berdoa dan saat kita kesalpun karean ulah orang lain pun kita berdoa. Terus apa bedanya ?
Doa tidak sekedar doa saja yang terucap, ada hal yang mesti kita pahami :
1. Bernialah (sengaja) dalam berdoa
2. Berdoalah kepada Allah swt
3. Ada sikap yang kita bangun bahwa doa itu menunjukkan kita ini adalah makhluk yang memohon kepada Sang Pencipta Yang MAHA TAHU.
4. Yakinlah bahwa Allah itu adalah satu-satu pengabul doa yang kita dan Dia tahu yang terbaik buat kita.
5. Sabarlah dalam berdoa dengan sikap harap-harap cemas dikabulkan dan tidak dikabulkan .... sbegai upaya untuk terus berdoa dan terus mengupayakan apa yang kita doakan
6. Berdoalah untuk kebaikan kita dan orang lain yang bukan sekedar meminta tapi memohon izin dimampukan untuk memudahkan segala urusan kita
7. Berbuatlah kebaikan dengan ikhlas.
Berdoa yang tidak merasa seperti berdoa kepada Allah, dimana kita memohon kepada dzat yang MAHA TINGGI yang membuat kita merasakan kebesaran Allah .... itu hanya lisan saja.
Mari kita bangun iman dan amal shaleh sebagai dasar doa agar kita diizinkan dan dimampukan oleh Allah swt.

Tuesday, April 23, 2013

Alasan apa lagi ...

Dengan rendah hati kalau kita mau jujur, maka hampir setiap saat kita mencari alasan untuk membernarkan kesalahan kita demi "nama baik". Mulai bangun pagi kita sudah merasa berat untuk bangun dan kita pun mengatakan " karena tadi malam tidurnya agak malam" atau saat kita bangun dan tertidur lagi kita bilang "waktu bangun dingin sekali dan masih mengantuk" dan itulah kita yang selalu ingin mencari alasan apa lagi .... untuk menjaga nama baik. Jadi kalau salah atau gagal maka semakin "pintarlah" kita mencari alasan dan tidak lupa saat kita berhasilpun kita menganggap kitalah yang menentukan ... maka kita pun mencari "alasan" bahwa karena kita bekerja keras dan berdisiplin, sepertinya kitalah orang yang BENAR-BENAR bekerja keras dan orang lain belum cukup untuk bekerja keras.
Kita selalu ingin terlihat BAIK sehingga semakin banyaklah kita menutupi wajah atau perilaku "buruk" kita dengan berbagai cara. Alangkah baiknya kita tidak menutupi diri kita untuk terlihat BAIK ... biarkalah apa adanya dan siaplah kita menerima krtik bahkan cemoohan atau emosioal orang lain karena kita "terlihat buruk". Inilah yang kita perlukan untuk mendewasakan kita untuk menjadi yang terbaik. Mau dong  kita lebih baik .... dan dorongan untuk berubah itu jauh lebih mengena bila datang dari orang lain berupa kritik dan cemoohan. Bukankah setiap hari kita pasti bertemu orang dan kita tidak ingin terlihat "buruk" .... terimalah kritik, nasehat dan cemoohan atau kemarahan orang atas keburukan kita.

Monday, April 22, 2013

Nilai itu bagi Orang siap dan tepat

Sesuatu menjadi bernilai bukan sekedar sesuatu itu memang ada nilai atau ukurannya, tapi dikatakan bernilai untuk orang yang tepat. sebuah nilai pasti memberikan kebaikan atau manfaat bagi yang memilikinya.
Contoh, sebuah HP pasti mempunyai nilai bagi karena ada harganya. dan karena ada nilainya (ada harganya) semua orang menginginkannya. Yuuk kita perhatikan apakah semua orang mendapatkan kebaikan dari hp itu
1. Anak kecil yang memegang atau memilikinya, maka hp tersebut tidak memberi manfaat karena anak ini hanya menggunakannya untuk telpon temennya atau sms atau bermain game yang membuat anak menjadi ketagihan dan banyak menghabiskan waktu belajarnya. Yang paling kecil manfaatnya adalah digunakan untuk berkomunikasi dengan orang tuanya. Bernilaikah hp tersebut bagi anak kecil ? Tidak bernilai.
2. Pencuri yang mengambil hp itu, hp itu pasti punya nilai karena bisa dijual atau digunakan sendiri. But nilai itu menjadi hangus karena kepemilikan hp itu dibatasi oleh norma agama yang melarang orang untuk mengambil hp orang lain (mencuri/merampok).
3. Hp itu dimiliki oleh seorang karwayan, yang hanya menggunakan hp tersebut untuk komunikasi facebook, whats up dan sejenisnya untuk ngerumpi/ngobrol sesama temennya. bernilaikah hp itu ? Ada nilainya denganj bahasa yang sedikit lebay ... Hp untuk bersilaturahmi. Manfaatkah ? Disinilah hp menjadi tidak bernilai karena digunakan untuk hal yang kurang positif dan bahkan cenderung menghabiskan waktu sehingga pekerjaan menjadi terabaikan.
4. Hp menjadi bernilai bila digunakan pada saat yang tepat untuk bersilaturahmi dengan sesama atau digunakan untuk sosial media yang memberi dorongan positf atau digunakan untuk berbisnis/mengambangkan bakat seseorang.
Dan yang pasti hp menjadi sangat bernilai bila kita mampu memahami fungsi dari hp itu sendiri. Maka dari itu perlu kita belajar untuk mengoptimalkan hp sebagai sesuatu yang bernilai yang memberi kebaikan dan manfaat.
Bagaimana dengan jabatan, uang dan sebagainya .... Coba perhatikan apakah sesuatu uyang kita miliki sudah mampu memberikan kebaikan dan manfaat ? Jika belum pasti semua itu memberatkan kehidupan kita atau dengan kata lain semua itu hanya memberi kesenangan saja. Untuk itu kita mesti mampu menyiapkan diri untuk mampu menyiapkan diri kita dengan sikap dan tindakan serta pengetahuan agar sesuatu yang bernilai itu betul-betul punya nilai yang memberi kebaikan dan manfaat bahkan sesuatu yang tidak bernilai atau tidak ada harganya bagi orang lain BISa menjadi bernilai bagi kita.
Alhamdulillahi rabbil alamin, semoga Engkau rahmati kami dengan ilmu dan pemahaman yang baik sehingga kami mampu melaksanakannya. Amin

Sunday, April 21, 2013

Nabi pun diberi karunia dengan izin Allah

Allah berfirman :


$uZö6ydurur ÿ¼ã&s! t,»ysóÎ) z>qà)÷ètƒur \'s#Ïù$tR ( yxä.ur $uZù=yèy_ šúüÅsÎ=»|¹ ÇÐËÈ  
72. dan Kami telah memberikan kepada-Nya (Ibrahim) lshak dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh (QS Al Anbiyaa, 21 : 72)



öNßg»uZù=yèy_ur Zp£Jͬr& šcrßöku $tR̍øBr'Î/ !$uZøŠym÷rr&ur öNÎgøs9Î) Ÿ@÷èÏù ÏNºuŽöyø9$# uQ$s%Î)ur Ío4qn=¢Á9$# uä!$tFƒÎ)ur Ío4qŸ2¨9$# ( (#qçR%x.ur $oYs9 tûïÏÎ7»tã    
73. Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah, (QS Al Anbiyaa, 21 : 73)

Mari kita pahami betul bahwa Allah itu berkuasa atas segala sesuatu. Pada ayat di atas, Allahlah yang menjadikan Nabi Ibrahim dan Luth yang telah beribadah dengan karuniaNYA yaitu menjadikan mereka orang yang shaleh. semua atas perintah dan kehendak Allah swt.
maka dengan amal shaleh yang dilakukan Nabi Ibrahim, Ya'qub dan Ishak menjadikan mereka pemimpin yang memberi petunjuk kepada manusia HANYA dengan izin (perintah) Allah.
nabi saja tidak bisa menjadikan kebaikan atas dirinya kecuali izin (perintah) Allah, tapi untuk mendapatkan itu semua mereka melakukan amal shaleh dengan dasar iman. Inilah yang patut kita teladani agar kita selalu menjadi pilihan Allah untuk dimuliakan dengan selalu banyak beramal shaleh, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan selalu menjaga ketaatan dan istiqamah  pada jalan Allah. Insya Allah, dengan amalan yang kita lakukan Allah berkenan untuk menjadikan kita orang yang shaleh dan memberi kita amanah yang mesti kita jaga yaitu memimpin masyarakat  di sekitar kita menuju iman kepada Allah swt. 
Alhamdulillahi rabbil alamin, Engkau telah memberi kami pemahaman yang HANYA dengan kekuasaanMu kami dapat melaksanakannya secara ikhlas. Amin