Kesempurnaan ilmu dengan BERAMAL SHALEH (ACTION) tanpa henti yang menjadikan dunia lebih baik.

Hubungi 081310737352 untuk pelatihan spiritual gratis inhouse atau organisasi/arisan/keluarga,

Tuesday, April 30, 2013

Ikhlas yang melegakan hati ..

Seringkali kita mengalami konflik antara perasaan dan pikiran/logika. Mari kita perhatikan, Munculnya sebuah keinginan untuk memiliki komputer canggih, maka pikiran dan logika kita bicara harus mengumpulkan uang yang cukup untuk membelinya atau dengan cara lain. Batasan untuk memiliki komputer canggih itu adalah pikiran kita sendiri ..... bahwa kita tahu tidak boleh mendapatkannya dengan cara yang salah. Berikutnya adalah pikiran untuk mendapatkan komputer canggih itu sudah dipahami tidak dengan cara santai (tidak/kurang bekerja), maka batasan yang melawan pikiran itu bisa dari perasaan yang ingin mudah (tidak berat). lalu tidak hanya sampai disini, konflik itu muncul kembali saat pikiran ingin meraih komputer canggih, maka suara hati kita mengatakan "harus banyak beramal". Tapi fakta menunjukkan bahwa kita tidak mau beramal shaleh (kalaupun mau hanya sedikit) agar kita dimudahkan mendapatkan apa yang kita inginkan oleh pikiran kita. Konflik itu semua bisa menimbulkan gangguan pada fisik dan perasaan bahkan pikiran yang membuat tubuh menjadi capek dan sakit sebagai reaksi terhadap konflik tersebut.
Apa sih solusi yang tepat ?   Mudah diucapkan tapi susah untuk dilaksanakan. Awali keinginan mendapatkan komputer canggih itu sebagai kebutuhan yang mampu mendekatkan kita kepada Allah. Lalu niatkanlah dengan mendapatkan komputer canggih itu dapat menambah amal kebaikan kita. Maka akibat dari itu semua  , mampu memberi perasaan senang yang terus membangun semangat dalam melakukan sesuatu yang sesuai dengan ketentuan yang baik. Keharmonisan dari keinginan - niat - perasaan senang dan semangat beramal shalehnya - itulah harmonisasi manusia dalam beramal shaleh. Ini kita sebut ikhlas, TUBUH TIDAK CAPEK dan menimbulkan kelegaan di hati.



Monday, April 29, 2013

Masihkah kita bergantung kepada dunia ???

Allah berfirman dalam Surah Al Anbiyaa, surah ke-21 ayat


66. Ibrahim berkata: Maka Mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?"

Mengingatkan kita bahwa beriman kepada Allah itu berarti menggantungkan atau menyerahkan diri kita kepada Allah dalam segala urusan. Tapi dalam kehidupan ini, kita banyak bergantung dan merasa sedih bila tidak mendapatkan uang, jabatan dan sebagainya. Bukankah hal ini menunjukkan bahwa kita mula dan segera menggantungkan kehidupan kita kepda kehidupan dunia berupa materi. maka Allah lewat cerita Ibrahim mengajak kita sendiri untuk introspeksi diri, apakah iman kita sekarang ini masih bersandar kepada Allah atau dunia.
Apakah kehidupan dunia ini (uang dan jabatan)  mampu berbicara atau melihat sehingga mampu memberi petunjuk bagi kehidupan kita ? BUkankah kita sebagai manusia sudah mempunyai kekuatan itu ... mampu berpikir, melihat dan berbicara. Mengapa kita masih bergantung kepada dunia ?
Apa hikmahnya bagi kita ? Sudah sepantasnyalah kita bersyukur atas nikmat iman dan nikmat sehat yang sampai hari ini kita peroleh dengan izinNYA. Lalu sudahkah iman kita ini benar … menjadikan Allah swt sebagai satu-satunya sembahan kita. Terkadang fakta tidak sejalan antara iman kita dengan apa yang kita kerjakan. Maka kita sering merasa atau seolah-olah sudah merasa beriman dengan apa yang sudah kita lakukan dan sepertinya kita sudah beramal banyak. Akibatnya kita sudah merasa cukup (malas untuk meningkatkan amal shaleh) dan tidak mau belajar atau mengevaluasi lagi terhadap apa yang sudah kita kerjakan.
Untuk itu kita perlu menguji/mengevaluasi dengan cerdas seperti yang diteladani oleh Nabi Ibrahim :
1.    Apakah kita bisa menerima kondisi bila harta, jabatan dan sebagainya tidak ada lagi ?? Atau perhatikan apa yang terjadi saat kita kehilangan ?
2.    Lanjutkan dengan pertanyaan, apakah semua yang kita miliki itu bisa seperti kita .. berpikir, melihat, membaca, mendengar, menolong kita ? Renungkan apakah patut kita menjadikan yang “tidak bernilai” itu sebagai tempat kita bergantung ?
3.    Renungkan kembali … apakah apa yang kita miliki tersebut dapat memberikan manfaat ? Kita jawab iya, misalkan dengan uang kita mampu membeli apa saja. Tapi dibalik itu banyak keburukan yang muncul seperti bisa serakah, sombong dan bahkan kurang atau hanya sedikit sedekahnya.
4.    Atau pernahkah harta dan sebagainya mampu menyelematkan kita dari keburukan atau musibah ???
5.    Bahkan bila kita renungkan lebih dalam saat kita tidak memiliki apa-apa, kondisi dimana kita mampu dekat dengan Allah, banyak waktu beribadah dan beramal shaleh, bahagia dan lebih sering mendapatkan petunjuk yang benar. Dan semua itu lebih banyak memberikan pendangan bahwa kita merasa yakin Allahlah segalanya. Bandingkan saat kita memiliki mobil … bisa jadi kita ingin menyombongkan mobil kita karena usah yang kita lakukan, yang terjadi adalah waktu banyak dihabiskan untuk jalan-jalan dan belanja yang menuntut kita untuk bekerja keras lagi untuk memiliki uang yang banyak agar bisa jalan-jalan. Tidak ada lagi waktu untuk bersilaturahmi, sedikit saja untuk saling membantu, sedikit pula untuk sedekah. Kondisi ini tidak banyak memberi kebaikan bagi orang-orang di sekitar kita.
6.    Dalam ujian di atas atas kekurangan atau kehilangan yang kita alami, pastilah ada godaan yang membuat kita tidak tahan terhadap kondisi itu. Maka muncullah bisikan syetan untuk tetap menjadikan kita tergantung lagi kepada materi, “bagaimana mau shalat kalau lapar ? atau bagaimana mau sedekah kalau tidak ada uang banyak ?” dan sebagainya. Kekurangan atau kehilangan itu pun seizing Allah yang dimaksudkan untuk menguji kita, apakah kita bisa melewatinya dengan tepap beriman kepada Allah swt ? Maka petunjuk menghadapinya pun sudah oleh sampaikan lewat Al Qur’an, mengapa kita tidak kembali membaca dan mengikuti petunjuk Allah itu.
7.    Dari hal di atas, syukuri nikmat iman yang benar untuk merenungkan semua hal diatas bahwa Allahlah menjadi tujuan iman kita yang menuntun kita kepada jalan yang benar dan Allahlah yang memberikan segal hal yang kita butuhkan.

Alhamdulillahi rabbil alamin, Insya Allah semua yang kita baca dan pahami di atas merupakan petunjuk dari Allah agar kita mampu menyikapi dan bertindak dalam menghadapi kondisi di atas. Mari kita syukur nikmat iman ini dengan tidak membiarkannya saja, tapi mensyukuri dengan banyak beramal shaleh, menjalankan petunjuk yang telah Allah berikan dalam Al Qur’an lalu selalulah untuk menguji atau mengevaluasinya. 
 

Saturday, April 27, 2013

Yuuk Hindari keraguan karena kita tidak YAKIN PENUH


Untuk berubah itu menjadi sulit, dan bisa jadi kita sudah mulai perubahan itu tapi selanjutnya berhenti dan kembali kepada yang dulu.. Dan ada satu hal kita berubah, misalkan karena sering sakit kita pun menjalani therapi  sehat dan kita bisa berubah karena memang punya peuh keyakinan untuk berubah karena tidak mau lagi sakit yang kita rasakan.
Terkadang dengan dorongan yang kuat pun kita sering luntur dalam perjalanan untuk merubah diri, apayang terjadi ? Karena dorongan yang kuta itu tidak didukung oleh keyakinan yang didasari pengetahuannya. Demikian pula Allah mencontohkan untuk kita refleksikan dalam diri kita saat kita mau benar-benar beriman pasti ada godaan atau sesuatu yang menghambat perjalanan itu, yaitu berupa bencana atau kesenangan.  Saat kita mengalami kebajikan maupun bencana itu kita mesti bersikap dan banyak beramal shaleh sebagai bentuk penyempurnaan pengetahuan kita tentang kebaikan atau bencana itu. Dengan mengalaminya kita mampu merasakan baik dan buruknya sehingga menjadikan kita memahami (tahu pengetahuannya) yang meningkatkan keyakinan kita kepada Allah swt (keyakina atas kebajikan dan bencana),
1. Kita percaya dan yakin bahwa kebajikan dan bencana itu datangnya dari Allah
2. Kita pun percaya kebajikan dan bencana itu ada dan dapat mersakannya
3. Serta kita pun secara tidak langsung diajari cara menyikapinya bagaiman caranya bersyukur dengan kebaijkan dan bagaimana cara melewati bencana.
Allah befirman dalam surah Al Hajj, surah 22,
 "Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi (tidak dengan penuh keyakinan); maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang (kembali kafir lagi). Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata" (QS Al Hajj, 22 : 11)

Begitulah ayat ini yang ingin menjadikan untuk seperti ayat 1 yang menyruh kita berubah menjadi orang yang bertaqwa.
"Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat)" (QS Al Hajj, 22 : 1)

Untuk terus menjadi orang yang bertaqwa sekedar menjadi orang yang beriman (percaya) saja dan dalam perjalanan hidup ini kita mesti memahami pula begaimana kita harus menerima dan melewati jamuan Allah yang bisa berupa kebaikan atau keburukan sebagai bentuk ujian dari Allah swt. Jamuan Allah swt itu bisa jadi untuk menambah keimanan itu NYATA dan dapat kita rasakan.
Alhamdulillahi rabbil alamin, Engkau telah beri kami pemahanan yang baik yang Insya Allah dengan kekuasaanMU semua itu menjadi nyata dalam hidup ini dapat kami yakini dan rasakan yang akhirnya membuat kami menjadi orang yang bertaqwa.  

Wednesday, April 24, 2013

Doa lagi ya ....

Berdoa bagi sebagian orang telah menjadi biasa dan bahkan doa itu terucap pun tanpa kita sadari. Kita tahu apa yang kita doakan tapi bisa mampu menyelami doa itu. Setiap shalat kita berdoa dan saat kita kesalpun karean ulah orang lain pun kita berdoa. Terus apa bedanya ?
Doa tidak sekedar doa saja yang terucap, ada hal yang mesti kita pahami :
1. Bernialah (sengaja) dalam berdoa
2. Berdoalah kepada Allah swt
3. Ada sikap yang kita bangun bahwa doa itu menunjukkan kita ini adalah makhluk yang memohon kepada Sang Pencipta Yang MAHA TAHU.
4. Yakinlah bahwa Allah itu adalah satu-satu pengabul doa yang kita dan Dia tahu yang terbaik buat kita.
5. Sabarlah dalam berdoa dengan sikap harap-harap cemas dikabulkan dan tidak dikabulkan .... sbegai upaya untuk terus berdoa dan terus mengupayakan apa yang kita doakan
6. Berdoalah untuk kebaikan kita dan orang lain yang bukan sekedar meminta tapi memohon izin dimampukan untuk memudahkan segala urusan kita
7. Berbuatlah kebaikan dengan ikhlas.
Berdoa yang tidak merasa seperti berdoa kepada Allah, dimana kita memohon kepada dzat yang MAHA TINGGI yang membuat kita merasakan kebesaran Allah .... itu hanya lisan saja.
Mari kita bangun iman dan amal shaleh sebagai dasar doa agar kita diizinkan dan dimampukan oleh Allah swt.

Tuesday, April 23, 2013

Alasan apa lagi ...

Dengan rendah hati kalau kita mau jujur, maka hampir setiap saat kita mencari alasan untuk membernarkan kesalahan kita demi "nama baik". Mulai bangun pagi kita sudah merasa berat untuk bangun dan kita pun mengatakan " karena tadi malam tidurnya agak malam" atau saat kita bangun dan tertidur lagi kita bilang "waktu bangun dingin sekali dan masih mengantuk" dan itulah kita yang selalu ingin mencari alasan apa lagi .... untuk menjaga nama baik. Jadi kalau salah atau gagal maka semakin "pintarlah" kita mencari alasan dan tidak lupa saat kita berhasilpun kita menganggap kitalah yang menentukan ... maka kita pun mencari "alasan" bahwa karena kita bekerja keras dan berdisiplin, sepertinya kitalah orang yang BENAR-BENAR bekerja keras dan orang lain belum cukup untuk bekerja keras.
Kita selalu ingin terlihat BAIK sehingga semakin banyaklah kita menutupi wajah atau perilaku "buruk" kita dengan berbagai cara. Alangkah baiknya kita tidak menutupi diri kita untuk terlihat BAIK ... biarkalah apa adanya dan siaplah kita menerima krtik bahkan cemoohan atau emosioal orang lain karena kita "terlihat buruk". Inilah yang kita perlukan untuk mendewasakan kita untuk menjadi yang terbaik. Mau dong  kita lebih baik .... dan dorongan untuk berubah itu jauh lebih mengena bila datang dari orang lain berupa kritik dan cemoohan. Bukankah setiap hari kita pasti bertemu orang dan kita tidak ingin terlihat "buruk" .... terimalah kritik, nasehat dan cemoohan atau kemarahan orang atas keburukan kita.

Monday, April 22, 2013

Nilai itu bagi Orang siap dan tepat

Sesuatu menjadi bernilai bukan sekedar sesuatu itu memang ada nilai atau ukurannya, tapi dikatakan bernilai untuk orang yang tepat. sebuah nilai pasti memberikan kebaikan atau manfaat bagi yang memilikinya.
Contoh, sebuah HP pasti mempunyai nilai bagi karena ada harganya. dan karena ada nilainya (ada harganya) semua orang menginginkannya. Yuuk kita perhatikan apakah semua orang mendapatkan kebaikan dari hp itu
1. Anak kecil yang memegang atau memilikinya, maka hp tersebut tidak memberi manfaat karena anak ini hanya menggunakannya untuk telpon temennya atau sms atau bermain game yang membuat anak menjadi ketagihan dan banyak menghabiskan waktu belajarnya. Yang paling kecil manfaatnya adalah digunakan untuk berkomunikasi dengan orang tuanya. Bernilaikah hp tersebut bagi anak kecil ? Tidak bernilai.
2. Pencuri yang mengambil hp itu, hp itu pasti punya nilai karena bisa dijual atau digunakan sendiri. But nilai itu menjadi hangus karena kepemilikan hp itu dibatasi oleh norma agama yang melarang orang untuk mengambil hp orang lain (mencuri/merampok).
3. Hp itu dimiliki oleh seorang karwayan, yang hanya menggunakan hp tersebut untuk komunikasi facebook, whats up dan sejenisnya untuk ngerumpi/ngobrol sesama temennya. bernilaikah hp itu ? Ada nilainya denganj bahasa yang sedikit lebay ... Hp untuk bersilaturahmi. Manfaatkah ? Disinilah hp menjadi tidak bernilai karena digunakan untuk hal yang kurang positif dan bahkan cenderung menghabiskan waktu sehingga pekerjaan menjadi terabaikan.
4. Hp menjadi bernilai bila digunakan pada saat yang tepat untuk bersilaturahmi dengan sesama atau digunakan untuk sosial media yang memberi dorongan positf atau digunakan untuk berbisnis/mengambangkan bakat seseorang.
Dan yang pasti hp menjadi sangat bernilai bila kita mampu memahami fungsi dari hp itu sendiri. Maka dari itu perlu kita belajar untuk mengoptimalkan hp sebagai sesuatu yang bernilai yang memberi kebaikan dan manfaat.
Bagaimana dengan jabatan, uang dan sebagainya .... Coba perhatikan apakah sesuatu uyang kita miliki sudah mampu memberikan kebaikan dan manfaat ? Jika belum pasti semua itu memberatkan kehidupan kita atau dengan kata lain semua itu hanya memberi kesenangan saja. Untuk itu kita mesti mampu menyiapkan diri untuk mampu menyiapkan diri kita dengan sikap dan tindakan serta pengetahuan agar sesuatu yang bernilai itu betul-betul punya nilai yang memberi kebaikan dan manfaat bahkan sesuatu yang tidak bernilai atau tidak ada harganya bagi orang lain BISa menjadi bernilai bagi kita.
Alhamdulillahi rabbil alamin, semoga Engkau rahmati kami dengan ilmu dan pemahaman yang baik sehingga kami mampu melaksanakannya. Amin

Sunday, April 21, 2013

Nabi pun diberi karunia dengan izin Allah

Allah berfirman :


$uZö6ydurur ÿ¼ã&s! t,»ysóÎ) z>qà)÷ètƒur \'s#Ïù$tR ( yxä.ur $uZù=yèy_ šúüÅsÎ=»|¹ ÇÐËÈ  
72. dan Kami telah memberikan kepada-Nya (Ibrahim) lshak dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh (QS Al Anbiyaa, 21 : 72)



öNßg»uZù=yèy_ur Zp£Jͬr& šcrßöku $tR̍øBr'Î/ !$uZøŠym÷rr&ur öNÎgøs9Î) Ÿ@÷èÏù ÏNºuŽöyø9$# uQ$s%Î)ur Ío4qn=¢Á9$# uä!$tFƒÎ)ur Ío4qŸ2¨9$# ( (#qçR%x.ur $oYs9 tûïÏÎ7»tã    
73. Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah, (QS Al Anbiyaa, 21 : 73)

Mari kita pahami betul bahwa Allah itu berkuasa atas segala sesuatu. Pada ayat di atas, Allahlah yang menjadikan Nabi Ibrahim dan Luth yang telah beribadah dengan karuniaNYA yaitu menjadikan mereka orang yang shaleh. semua atas perintah dan kehendak Allah swt.
maka dengan amal shaleh yang dilakukan Nabi Ibrahim, Ya'qub dan Ishak menjadikan mereka pemimpin yang memberi petunjuk kepada manusia HANYA dengan izin (perintah) Allah.
nabi saja tidak bisa menjadikan kebaikan atas dirinya kecuali izin (perintah) Allah, tapi untuk mendapatkan itu semua mereka melakukan amal shaleh dengan dasar iman. Inilah yang patut kita teladani agar kita selalu menjadi pilihan Allah untuk dimuliakan dengan selalu banyak beramal shaleh, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan selalu menjaga ketaatan dan istiqamah  pada jalan Allah. Insya Allah, dengan amalan yang kita lakukan Allah berkenan untuk menjadikan kita orang yang shaleh dan memberi kita amanah yang mesti kita jaga yaitu memimpin masyarakat  di sekitar kita menuju iman kepada Allah swt. 
Alhamdulillahi rabbil alamin, Engkau telah memberi kami pemahaman yang HANYA dengan kekuasaanMu kami dapat melaksanakannya secara ikhlas. Amin



Thursday, April 18, 2013

the right man and the right time and the place

Allah berfirman :



t,Î=äz ß`»|¡RM}$# ô`ÏB 9@yftã 4 öNä3ƒÍ'ré'y ÓÉL»tƒ#uä Ÿxsù Âcqè=Éf÷ètGó¡n@ ÇÌÐÈ  

37. manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. kelak akan aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera (QS Al Anbiyaa, 21 : 37) 

Kita sebagai manusia biasa mempunyai sifat tergesa-gesa, sebagai contoh mau makan aja kita mau cepat disajikan atau pergi ke suatu tempat yang kita idamkan juga mau segera terjadi atau bahkan kita pun ingin segera pendakatannya besar (kaya) atau kita ingin cepat urusan kita selesai. Cek kembali hampir semua dalam kehidupan ini kita ingin cepat atau tergesa-gesa atau instant. Contoh lebih real lagi, kita makan mie instant yang juga sudah dikenal dengan nama mie cepat saji, tidak berhenti dari penamaannya saja juga termasuk cara masaknya pun instant .... terus apa baik buat tubuh kita ????
Bagaiman kalau hal itu sama halnya dengan ibadah kita yang ingin cepat selesai dan bahkan meminta segera balasan untuk keburukan (kepasrahan "lebaik baik mati daripada hidup", mohon dibalas kedzaliman terhadap kita dengan keburukan), meminta balasan kebaikan lewat doa juga minta hari ini dikabulkan. "Janganlah kami minta kepadaKU mendatangkannya dengan segera" ... bermohon boleh saja tapi semua itu ada proses untuk menjalankan upaya dan waktu untuk menyempurnakan proses yang sudah kita lakukan serta IZINlah yang bisa jadi sebagai penilaian atas apa yang sudah kita lakukan pada waktu yang telah ditetapkanNYA.
Jadi berpacu dalam melakukan kebaikan secara kualitas yang semakin baik dan secara kuantitas pun semakin banyak YANG semua itu dilakukan dengan pola berkelanjutan. Dan tidak lupa dalam setiap langkah kita memohon dimampukan oleh Allah dengan doa. Kun Faya kun ... Bila saatnya Allah berkehendak maka semua TERJADI, the right man and the right place and the right all
Alhamdulillahi rabbil alamin, Engkau telah memberi kami pemahaman yang semakin hari membuta semakin jelas "melihatMU", Insya Allah semua itu bisa kami jalankan dengan sempurna. Amin  

Wednesday, April 17, 2013

Tidak ada yang kekal ???/


Allah berfirman ;

$tBur $uZù=yèy_ 9Ž|³t6Ï9 `ÏiB šÎ=ö6s% t$ù#ãø9$# ( û'ïÎ*sùr& ¨MÏiB ãNßgsù tbrà$Î#»sƒø:$# ÇÌÍÈ   @ä. <§øÿtR èps)ͬ!#sŒ ÏNöqyJø9$# 3 Nä.qè=ö7tRur ÎhŽ¤³9$$Î/ ÎŽösƒø:$#ur 

ZpuZ÷FÏù ( $uZøŠs9Î)ur tbqãèy_öè? ÇÌÎÈ  

34. Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad); Maka Jikalau kamu mati, Apakah mereka akan kekal ? 35. tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan. ( QS Al Anbiyaa, 21 : 34 – 35)

Begitulah bunyi ayat di atas yang mengingatkan kita bahwa TIDAK ADA YANG ABADI, termasuk usia manusia.Karena tidak kekal itu membuat kita berpikir untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Yang menjadi persoalan kita adalah kita tidak tahu akhir dari usia kita YANG semestinya membuat kita menjadi selalu terjaga untuk mengisi waktu itu dengan AMAL SHALEH. Disinilah kita DIUJI oleh Allah dengan kebaikan dan keburukan yang membuat kita lalai dengan waktu kematian. Diberi kebaikan oleh Allah membuat kita senang dan cenderung lalai serta menyibukkan diri dengan kebaikan itu. Sedangkan saat terima keburukan membuat kita sedih dan ingin bangkit untuk menjadi lebih baik lagi. Dalam situasi keterpurukan itu, kita menjadi sibuk dengan berbagai cara sehingga "lalai". Ingatlah kebaikan dan keburukan itu adalah ujian kita, apakah kita tetap fokus ibadah kepada Allah atau tidak ??? " Hanya kepada kamilah kamu dikembalikan" untuk dimintai pertanggungjawaban.
Semoga apapun yang kita alami, istiqamahlah dalam beribadah HANYA kepada Allah dengan dilandasi iman yang benar dan banyak AMAL SHALEH yang ikhlas.
Alhamdulillahi rabbil alamin, Hanya dengan kekuasaan dan kekuatan dariMU ya Allah kami memperoleh pemahaman ini. Semoga pemahaman ini menjadikan kami terus memperkuat iman ini. Amin