Kesempurnaan ilmu dengan BERAMAL SHALEH (ACTION) tanpa henti yang menjadikan dunia lebih baik.

Hubungi 081310737352 untuk pelatihan spiritual gratis inhouse atau organisasi/arisan/keluarga,

Tuesday, November 27, 2012

Kalau berkehendak, maka kita hanya taat

Kultum Subuh hari ini, 17. Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu (QS Al An'aam, 6 : 17) .... Kalau memang kita hari ini belum dikabulkan doa terhadap apa yang kita inginkan atau kehidupan kita juga belum membaik, artinya semua itu memang sudah kehendak Allah dan tidak ada yang dapat menghalanginya. Maka dengan keimanan yang kita miliki mesti kita sadari bahwa semua datang dari Allah dan kembali kepadaNYA. Dan bila kita merubahnya keadaan tersebut, datanglah kepada Allah swt dan menjalankan syariatnya dengan penuh keikhlasan dan kesabaran .. Insya Allah janjiNYA benar dan datang kepada kita. Allah maha berkehendak, maka kita hanya mengimani lalu taat menjalankan syariatnya.
Ya Allah, ingatkan kami bila salah dan mampukan kami untuk merubahnya. Izinkan dan mampukan kami memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat.

Monday, November 26, 2012

Jalan itu terbuka kalau kita melangkah ...

Mengeluh dan saat kita merasa mendapat kesulitan membuat pikiran kita semakin semrawut. Sepertinya membuat kita tidak berpikir jernih lagi, yang ada adalah kita menuduh orang lain yang membuat kita seperti itu. Kondisi ini menjadikan kita tidak melakukan apapun (kebaikan) yang mengarahkan kita kepada solusi persoalan kita. Kita menjadi orang yang semakin mengeluh, menyalahkan orang lain dan lingkungan, semakin tak berdaya yang semua itu membuat kita DIAM.
Berada dalam kesulitan, membuat kita tidak mampu melihat solusi (keluar). Mari melihat keluar jendela hati kita ... ada orang di sana yang tidak seperti kita bisa menyenangkan tapi ada juga yang tidak menyenangkan. Lihatlah kedua kondisi itu dengan jendela hati kita, kalau ada yang menyenangkan ... kita berucap "mengapa saya tidak seperti itu, enak ya", maka inilah yang kita inginkan itu terjadi pada diri kita sendiri. Bagaimana dengan kondisi yang mirip kita atau bahkan yang lebih buruk ? Maka hati kecil kita merasa bersyukur kita tidak seperti itu dan ada keinginan untuk menghindari itu terjadi pada diri kita. Oleh sebab itu kita ingin bergerak dari kondisi kita saat ini menuju kondisi orang yang pertama. Begitulah solusi bisa kita dapatkan karena kita melihat dunia luar BUKAN terus bergelut dengan kesedihan/mengumpat/mengeluh dan sebagainya.
Bisa dibayangkan kalau kita tidak menggunakan jendela hati, yaitu jendela perasaan atau jendela pikiran. Jendela perasaan membuat kita iri kalau ada orang yang senang dan membuat kita sombong kalau ada orang yang lebih rendah. Jendela pikiran membuat kita cenderung mencela "terang saja dia bisa begitu karena ....." atau "saya kan memang lebih baik dari orang itu".
bandingkan jendela sebagai jalan keluar bagi persoalan kita lalu langkahkah kaki kita mengikuti arah yang telah terlihat oleh jendela hati kita. Maka kita menemukan kehidupan yang lebih baik.

Sunday, November 25, 2012

Menantang target besar, bersyukurkah ???

Seseorang yang dinilai baik dalam pekerjaannya, telah menjadi perhatian atasannya untuk memangku amanah yang lebih besar dengan pekerjaan yang lebih banyak/tinggi dan berkualitas. Ada dua hasil : Seseorang itu mampu melaksanakannya atau orang itu gagal.
Bagaimana hubungannya dengan mekanisme bersyukur ? amanah atau pekerjaan yang lebih tinggi yang diberikan adalah proses (bersyukur) yang menuju target kerja tertentu. Misalkan seorang manager yang tadi hanya sebagai staf yang hebat dibebankan untuk memimpin departemen dengan target sales 1 M.
Orang yang pertama, mengisi kegiatan hari-harinya dengan kesibukkan yang luar biasa dan bahkan memperpanjang jam kerjanya agar target itu tercapai. Orang ini bisa sukses, tapi bisa jadi telah "menelantarkan" kehidupan pribadinya dan keluarganya. Di Kantor meraih kesuksesan .... dan di rumah atau kehidupan pribadi dianggap sukses karena semua terpenuhi dengan menyediakan kehidupan pribadi dan keluarga dengan materi.
Orang yang kedua, mengisi kegiatan sehari-harinya dengan membangun jaringan kerja dan belajar memaksimalkan waktunya untuk mampu melaksanakan tugas mencapai target. Ada sebuah keyakinan bahwa semua itu mampu dilewatkan sebagai bentuk ujian yang diberikan Allah. Maka aktivitas spiritualpun menjadi fokus utamanya agar apa yang dikerjakannya di kantor diizinkan Allah untuk dicapai. Mengkayakan kehidupan pribadi (hobby dan kesenangan) dan keluarga sebagai bagian yang mampu mendorong pekerjaannya di kantor, paling tidak semua itu menjadi pendorong yang memberi semangat dan perasaan senang.
Kedua orang di atas dapat meraih kesuksesan HANYA karena Allah izinkan, maka kita hanya bisa melaksanakannya. Fakta orang pertama banyak yang sukses dan orang kedua yang sukses sangat sedikit. Mari dengan hati ini kita memahami kedua hal tersebut untuk kita jadikan referensi kita untuk menjadi yang terbaik sesuai kehendak Allah, yaitu bersyukur dengan memanfaatkan segala hal yang kita miliki untuk menjadi nilai tambah TANPA harus menelantarkan atau bahkan mengurangi/membuang apa yang sudah kita miliki.

Doa adalah sebuah keyakinan

Setiap hari kita berdoa ... berdoa untuk keselamatan dan kebaikan di dunia dan di akhirat. Dalam rutinitas kerja yang sudah membiasa doa menjadi biasa pula, seakan kita sudah hafal dan terucap secara otomatis dari mulut kita. Doa menjadi berbeda bila kita ada keperluan atau kesusahan/musibah, berbeda dalam cara berdoa, frekuensi dan isinya pun khusus. Dan bahkan membuat kita menangis dan terharu, dengan doa itu pun kita merasa plong seakan curhat kita kepada Allah telah banyak membantu meringankan penderitaan atau keinginan kita.
Ada banyak orang berdoa dengan menangis seolah-olah doanya khusyuk, tapi apakah perasaan dan keharuan dalam doa itu mempengaruhi nilai doa itu sendiri ? Sebenarnya TIDAK. Doa adalah sebuah KEYAKINAN atau KEIMANAN yang menjadi dasar kita memohon/berdzikir/mengingat (doa). Maka doa  keseharian kita merupakan wujud keimanan kita kepada Allah swt. Sedangkan isi doa ingin menunjukkan bahwa kita ini adalah makhluk Allah swt yang bergantung kepadaNYA dan oleh sebab itu selalu memohon diizinkan dan dimampukan untuk berbuat kebaikan. Selanjutnya sikap ini memberi KEYAKINAN kepada kita bahwa Allah swt itu SIAP dan MAU menjawab semua doa kita. Jika Allah itu MAHA MENDENGAR DAN MAHA MELIHAT saat kita berdoa dan MAHA MENGABULKAN DOA, maka Allah hanya menunggu kita ... Seriuskah (penuh keyakinan) dalam berdoa ??? Jawaban doa itu sangat tergantung dari nilai pertanyaan tersebut.
Karena doa itu sebuah keyakinan, maka setelah berdoa kita pun siap untuk mengerjakan segala sesuatu untuk menuju isi dari doa kita, artinya kitapun harus menyakinkan bahwa apa yang kita kerjakan sesuai dengan syariat Allah. Inilah yang disebut godaan yang merusak keyakinan kita dalam berdoa, dalam perjalanan doa itu kita sering dibisikkan oleh syetan (dan manusia) :
Apa iya doa kamu dikabulkan sedangkan kamu banyak dosa ? Apa mungkin doa saya dikabulkan ?? Buktinya sampai hari ini belum ada tanda-tanda doa itu dikabulkan. Untuk itu kita harus berperang melawan itu semua agar pikiran kita tidak terganggu yang dapat menganggu tindakan kita menjadi tidak sempurna atau menunda/malas/mengurangi/menghentikan tindakan kita. Kalau sudah demikian, maka kita pun semakin jauh dari memperoleh apa yang kita inginkan dalam doa (Bedoa tanpa Action).
Mari kita berpikir dan merenungkan hal di atas agar kita memperoleh berkah atas doa sebagai bentuk keimanan/keyakinan.


Thursday, November 15, 2012

Metabolisme tubuh ya juga metabolisme pikiran

Dalam kehidupan ini seringkali kita menganggap semua berjalan baik, sewaktu kita makan tentu ada metabolisme tubuh yang membuat apa yang kita makan dapat diolah oleh tubuh sehingga menghasilkan tenaga dan sisanya dibuang secara alamiah berupa cadangan tenaga, keringat dan buang air kecil dan buang air besar. Dalam kesibukan rutinitas sehari-hari, proses yang terjadi dalam tubuh tak pernah kita pikirkan. Semua berjalan begitu saja. Saat kita tidak buang air, barulah kita merasa ada yang tidak beres maka kita pun mencari solusi dengan berbagai cara. Begitulah metabolisme tubuh berjalan dari waktu ke waktu. Semua itu tanpa kuasa kita ... Siapa yang kuasa ? Allahlah yang mengatur semuanya. Sudahkah kita bersyukur ?
Hal yang sama dengan pikiran, apa yang kita peroleh dalam pikiran tentunya ada metabolisme pikiran. Pikiran diolah oleh manajemen pikiran sehingga kita mampu memahaminya. Lalu cukupkah sampai disini pemahaman tersebut ? tentunya tidak, maka semestinya metabolisme pikiran itu terus bekerja dengan mendorong untuk berbuat (amal shaleh/action) yang sepadan dengan tenaga pada pola makan dan sebagian lagi mengikuti pola pembuangan yang menuntut pemahaman yang kita peroleh itu mesti pula dibagikan (di share) dengan orang lain lewat mengajarkan atau membantu orang lain. Apa yang terjadi bila apa yang kita terima tidak diolah ? masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan. Dan apa yang terjadi bila kita menerima sesuatu (ilmu) tapi tidak dibagi atau tidak dipraktekkan ? mestinya hal inipun dapat merusak fisik kita, hal ini dapat ditunjukkan pikiran yang kita terima yang tidak tersalurkan dengan sikap sombong atau sikap minder. Sikap inilah yang membuat tubuh menjadi semakin buruk. Bukankah kita telah diajarkan Allah untuk mengerti metabolisme pikiran dengan mengajarkan kita untuk beriman dan beramal shaleh. Beriman berarti memahami apa yang kita dapatkan dan beramal shaleh yang menunjukkan kita untuk meneruskan metabolisme pikiran. mari kita merenungkan kejadian sehari-hari :
1. Saat kita punya banyak ilmu dan tidak mau di share ke semua orang, maka yang terjadi adalah sikap sombong kita dengan ilmu yang kita miliki dan orang lain merespon kita dengan tidak mau bersahabat. Dampaknya kita menjadi jarang dibantu orang dan sedikit silaturahmi, kalaupun ada silaturahmi lebih banyak atas kepentingan.
2. Saat kita tidak peduli dengan apa yang disampaikan orang lain dan kalau ditanya kita tidak mau paham, maka yang terjadi adalah kita tidak dipercaya orang. Maka kita termasuk orang yang tidak banyak aktivitas.
3. Saat kita menganggap bahwa apa yang kita terima itu baik (bisa berupa kebaikan maupun keburukan) tanpa memikirkan metabolisme pikiran yang sehat. Maka sebenarnya bisa membuat tubuh menjadi kurang enak setelahnya. Kalau pikiran yang baik, seringkali kita berbagi dengan senang tapi kalau keburukan seringkali pula kita berbagi berupa curhat atau keluhan atau kritik. Sehatkah metabolisme pikiran kita ? Sehat bila kita berbagi dengan orang yang tepat dan mendorong untuk melakukan solusi (amal shaleh).
4. Tanpa disadari kalau kita bermasalah kita anggap selesai dalam pikiran saja. Ternyata hal ini tidak selesai, mengapa ? Karena masalah itu tidak termetabolisme dengan baik/sehat. Maka masalah bisa muncul saat ada pemicunya. Maka saat punya masalah, mesti dicarikan jalan keluarnya minimal kita share dengan orang yang memahami (atau mau berempati) sehingga kita merasa ada dorongan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Semua metabolisme pikiran inipun tidak banyak dikendalikan oleh kita, Allahlah yang berkuasa.
Mari kita mau memahami metabolisme tubuh kita, baik itu makanan dan pikiran. Tidak lain agar kita menjadi orang yang bersyukur yang mampu menyehatkan tubuh kita dengan mendorong metabolisme kita berjalan dengan semestinya.




Saturday, November 10, 2012

Larut dalam rutinitas

Seringkali kita larut dalam rutinitas, kemarin hari ini dan besok. Kita masuk ke dalam aktivitas yang membuat kita tidak berdaya ... itulah rutinitas/kebiasaan kita. Bangun pagi, sarapan, ke kantor, makan siang dan seterusnya, tidak ada kekuatan apapun untuk mampu menolak itu semua. Selain itu ada aktivitas yang rutin yang lebih lama yaitu sebelum dan sesudah aktivitas rutinitas itu (mempersiapkan dan istirahat/menikmati)  Tidak bangun, tidak makan, tidak melakukan kebiasaan kita dan seterusnya membuat kita menjadi "bermasalah". Lalu masih berapa banyak waktu kita untuk hidup ? Tak banyak, bisa jadi hanya 1 jam, 2 jam .....
Lalu seringkali pula kita masih belum mau berbuat yang luar biasa dalam hidup ini. Berpikir masih ada waktu. Masih ada waktu ? Percayakah kita masih ada waktu itu ? Ternyata yang mampu menghentikan ketidakluarbiasaan kita adalah kematian dan waktu dimana kita tidak diberi lagi kesempatan.
Kematian tidak pernah kita tahu kapan datangnya ? Artinya bisa datang kapan saja, maka sudah seharusnya kita menjadi orang yang luar biasa
Waktu dimana kita tidak diberi kesempatan lagi, saat ada perpisahan seperti pemecatan saat bos tidak suka lagi dengan pekerjaan kita atau tidak memberikan nilai lebih bagi perusahaan. Putus silaturahmi saat teman merasa sebal dan kecewa dengan kita dan sebagainya.
Mari mengaktifkan sensor hati kita agar kita mau berubah seiring waktu. Kita hanya berkuasa atas sisa waktu dari rutinitas hidup kita, maka maksimalkan waktu di luar rutinitas dengan berbagai aktivitas yang menambah nilai tambah sehingga kita berbeda dan dilirik bahkan disenangi oleh orang di sekitar kita.