Kesempurnaan ilmu dengan BERAMAL SHALEH (ACTION) tanpa henti yang menjadikan dunia lebih baik.

Hubungi 081310737352 untuk pelatihan spiritual gratis inhouse atau organisasi/arisan/keluarga,

Wednesday, October 31, 2012

Hati penuntun arah ke jalan kebenaran

Dalam membuat keputusan, seringkali kita mendasarkan kepada ilmu (pikiran) atau emosional (perasaan) atau kombinasi keduanya. Tapi ada satu hal yang lagi yang bisa mempengaruhi keputusan adalah hati dan hati itu di(gerakkan) oleh Allah swt.
Sebagai contoh, saat kita melihat seseorang yang lemah, Apa yang kita putuskan (lakukan) ? Kalau hanya didasarkan perasaan, maka bisa saja yang terjadi kita cuek karena perasaan kita lagi cuek (nggak fokus) atau kesal melihat orang lemah karena kita bersemangat. Jika berpikir didasarkan pikiran, maka kita banyak bertanya mengapa dia lemah ? bila jawabannya sudah kita peroleh maka kita menasehatinya agar tidak begitu lagi dengan berbagai solusi yang kita miliki. 
Allah swt berfirman, agar kita tidak tersesat atau salah dalam mengambil keputusan, gunakan hati dalam mengambil keputusan. 
72. Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar). 
74. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka,  (QS Al Isra, 17 : 72,74)
Karena hati itu digerakkan oleh Allah swt, maka semestinya kita sangat dekat dengan Allah swt agar selalu dibimbingNYA dalam setiap tindakan. Paling tidak, kita bermohon dengan istifgar, zikir dan bismillahi rabbli alamin saat mengambil keputusan dengan memberi ruang tenang agar hati mampu mendorong pikiran menemukan solusi yang tepat.
Ya Allah ampuni dosa dan kesalahan kami yang selama ini tidak cenderung kepadaMU, dan izinkan dan mampukan hati ini selalu menjadi bagian utama kami dalam mengambil keputusan. Amin

Sunday, October 28, 2012

Penghidupan yang sempit ...

Allah swt berfirman ;
124. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." (QS Thaahaa, 20 : 124)

Ungkapan sederhana, penghidupan yang sempit berupa susah dan sulit dalam hidup. Hidup yang dipenuhi tidak adanya solusi dan sekalipun ada solusi menjadi berat dikerjakan. Seperti itukah gambaran hidup kita ? Mari berpikir dan merenungkan ayat di atas, penyebabnya adalah kita yang berpaling dari peringatan Allah swt, yaitu tidak tunduk kepada perintah dan larangannya.
Maka mulailah mengaitkan dan berpikir faktor kehidupan kita di dunia ini ada peran Allah swt yang sangat besar. Ingin sukses, simaklah peringatan Allah swt dengan sering mendengar nasehat ulama dan membaca Al Qur'an untuk dijalankan (amalkan) sehingga membuat kita YAKIN. Kondisi inilah yang membuat kita TIDAK BERPALING lagi kepada peringatan Allah.
Ya Allah, Engkau yang MAHA TAHU berikan kami ilmu untuk mampu menggerakkan kami menyimak dengan hati terhadap nasehat dan peringatanMU agar menjadi orang yang tunduk (beriman) kepadaMU. Amin

Kapan Allah menolong kita ?

Allah berfirman : 
160. Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal (QS Ali Imran, 3 : 160)

Kita sangat iingin ditolong oleh Allah swt, maka apa yang Allah kehendaki tak ada satupun yang bisa menghalangi. Kondisi inilah yang kita idamkan, terus yang jadi pertanyaan adalah kapan itu terjadi ? Jadikan kita sebagai hamba Allah swt yang selalu bertawakal.

Bertawakal menyerahkan diri kepada Allah swt apa yang kita lakukan dan hasilnya, menerima apapun yang menimpa kita dengan prasangka positif kepada Allah swt. Menyerahkan diri kepada Allah swt bermakna kita betul-betul YAKIN dengan Allah (maka kita beriman dengan sebenarnya). Keyakinan itu menuntun kita untuk mengenal Allah dengan benar. Dengan sangat mengenal Allah, bisa memunculkan KEYAKINAN yang tumbuh dalam hati, lalu kita tunduk dengan perintah dan laranganNYA.
Maka dapat disimpulkan, kapan pertolongan Allah itu datang ? Yang pasti pertolongan itu sesuai dengan kehendak Allah swt dengan tunduk atas perintah dan laranganNYA yang dilakukan dengan konsisten dan sabar.
Ya Allah, sinari dan bukalah hati kami untuk terus mengenalMU dengan benar yang mampu menyempurnakan iman ini dan mampukan kami untuk tunduk kepada perintah dan laranganMU. Amin



Thursday, October 18, 2012

Diam mengoptimalkan pendengaran dan kesabaran

Bicara itu mudah, IYA. Untuk mengerti apa yang kita bicarakan seringkali sulit dan orang lain yang menilai membuat kita tidak nyaman. Perhatikan apa yang kita bicarakan (lisan) ..... kita seringkali melebih-lebihkan yang kurang sempurna supaya terlihat jadi orang baik, orang penting atau terlihat orang pintar. Semakin lama bicara kita semakin lincah dan semakin banyak hal yang kita lisankan tidak sesuai dengan tindakan. Lalu ? Dengarkanlah apa yang kita bicarakan.
Kita dengan cepat dan mudah merespon apa yang dibicarakan orang lain atau tindakan orang lain, lalu belajarlah untuk diam sejenak yang berarti kita memanfaatkan pendengaran menjadi lebih optimal dan menjadi lebih sabar. Kondsi ini mampu mengasah kepintaran kita dalam belajar. Jangan berkomentar apapun dan jadilah pendengar yang baik terhadap apa yang disampaikan dan perilaku orangnya. Apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar bisa mencerminkan seperti itu pula kalau kita yang banyak bicara.


Wednesday, October 17, 2012

Keburukan melemah dan hilang karena kebaikan


Apa yang pernah kita alami selama ini dengan :
1.  Kita sering terjerumus menjadi berbuat buruk karena ulah orang lain melakukan keburukan dan bahkan lebih buruk lagi.
2.  Begitu sulit untuk menjadi orang baik dengan amal shalehnya, seakan-akan apa yang sudah kita perbuat menjadi tidak ada artinya saat kita tidak sabar lagi. Misalkan kita yang sudah sedekah kepada seseorang, menjadi tak berarti saat orang itu meminta bantuan kepada kita, dan apa yang kita ucapkan “udah dibantu (dengan sedekah), malah jadi minta-minta lagi”.
3.  Masihkah kita merasa telah banyak melakukan amal shaleh (kebaikan) tanpa melihat keburukan yang kita lakukan sehingga menjadikan kita tidak mau lagi meningkatkan kebaikan itu sendiri. Buktinya ? kita lebih larut dalam ibadah dan kehidupan rutin sehari-hari.


Kehidupan ini ada yang buruk dan ada yang baik, semua itu sudah kita lakukan. Mana yang lebih banyak ? Sebenarnya kita tak mampu menghitungnya dengan benar, bisa menghitung frekuensinya (kuantitatif) seperti 4 kali sedekah, 5 kali membantu orang lain dan sebagainya, tapi kita tidak bisa mengukur kualitas kebaikan kita. Dengan begitu, kita tidak perlu menghitungnya dan jaduh lebih penting focus untuk berbuat baiknya saja.
  
33. siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (QS Fushshilat, 41 : 33)

Sebuah rangkaian utuh (sempurna dalam kebaikan), yaitu orang yang menyeru kepada ajaran Tauhid dan taat kepada Allah swt – mengerjakan amal shaleh – berserah diri sepenuhnya kepada Allah swt. Diawali dengan seruan kepada Allah swt yang juga menyeru kepada diri kita sendiri yang merupakan aktivitas pemahaman terhadap kebaikan, lalu diwujudkan dalam perbuatan (amal shaleh). Disempurnakan dengan berserah diri kepada Allah swt atas semua yang sudah kita lakukan. Dan selanjutnya kita lakukan untuk kebaikan yang lain. Proses kebaikan ini terjadi bila ada istiqamah yang kita niatkan dan dilakukan dengan sungguh-sungguh serta tanpa menunggu hasil.

Sebaliknya keburukan terjadi seperti tanpa kendali kita, maka perlu dipertanyakan adalah mengapa kita melakukan keburukan/kejahatan ? bisa jadi kita tergoda dan disertai iman yang rendah dan sebagainya. Dan bergantilah amal shaleh (kebaikan) yang ingin kita lakukan dengan keburukan.
Mari kita memahami konsep berikut ini :
Kebaikan (amal shaleh)   : membelanjakan harta di jalan Allah
Keburukan           : tidak membelanjakan harta atau membelanjakan    tidak di jalan Allah atau 
     tidak mau (tidak ada niat dan kesungguhan)  membelanjakan harta di jalan Allah
Mari kita tarik kesimpulan bahwa keburukan itu sebenarnya adalah kebaikan yang tidak mau diACTIONkan atau tidak diJALANkan atau tidak ada niat dan kesungguhan atau tidak ada focus.
Contoh : orang yang mau shalat (shalat itu kebaikan), menjadi sebuah keburukan dengan berbagai alasan :
1.  Ada niat lalu shalat tapi tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh
   
26. dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka" ( QS Al Fushshilat, 41 : 26)
2.  Niat yang tidak kepada Allah (riya) dalam shalat
3.  Tidak mau shalat dengan tidak mau wudlu dan sebagainya.
4.  Tidak mau shalat dengan menggantikan dengan pekerjaan lain sehingga waktu shalat terlewatkan.
5.  Tidak focus kepada shalat, berarti belum/tidak shalat dan diam atau mengalihkan kepada hal lain.

Kebaikan itu tidak terjadi begitu saja tapi mesti direncanakan. Bila itu tidak kita lakukan maka keburukan itu bisa terjadi.
Allah berfirman, tidak sama kebaikan dan keburukan itu ;

34. dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia (QS Fushshilat, 41 : 34)

Ada resep yang baik yang diberikan Allah swt, yaitu menolak kejahatan/keburukan dengan kebaikan. Maksudnya ? Kebaikan itu tetap memberi kebaikan kepada siapapun yang dapat membalikkan dari kondisi buruk menjadi baik. Dan seharusnya pula saat kita ingin melakukan keburukan dapat disikapi dan menolak dengan hal berikut ini ;
46. Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh Maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu Menganiaya hamba-hambaNya. (QS Fushshilat, 41 : 46)

1.  Memperbaiki niat yang buruk menjadi baik, sehingga mampu meluruskan apa yang ingin kita kerjakan menjadi lebih baik. Bertanyalah pada diri kita sendiri, buat apa kita melakukan hal itu ?
2.  Mengalihkan focus kepada yang lebih baik, sehingga mampu menggoda untuk tidak melakukan keburukan atau paling tidak, tidak ada kesungguhan dalam melakukan keburukan sehingga kita menjadi malas. Melihat, mendengarkan atau mengambil alih kendali untuk mengalihkan focus, membicarakan hal lain dan sebagainya.
3.  Mendiamkan atau menenangkan diri sebagai bentuk renungan sehingga kita mampu berpikir jernih untuk membatalkan atau membalikkan keburukan yang akan kita kerjakan. Tidak merespon atau menjawab apapun sambil berpikir yang mampu “membuyarkan” keseriusan orang yang melakukan keburukan.
4.  Menolak secara tegas (santun dan beretika) keburukan itu dengan kebaikan.
5. Semua hal itu membutuhkan keteguhan dengan dasar keimanan kepada Allah swt
   
30. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".(QS Fushshilat, 41 : 30)

6.  Kebaikan yang kita lakukan untuk menjadikan kita menjadikan kita mempunyai sifat-sifat yang baik dan sabar dalam menjalaninya. Dan bila kita diganggu oleh syetan, maka berlindunglah kepada Allah swt

35. sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai Keuntungan yang besar. (QS Fushshilat, 41 : 35)

36. dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, Maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS Fushshilat, 41 : 36)

Mari kita berlatih menjadi orang yang mampu membiasakan diri untuk selalu berbuat kebaikan.

Sunday, October 14, 2012

Berbuat baik itu tidak memberi ruang bagi keburukan

Tidak berbuat baik, maka kita berbuat baik atau diam saja dengan membiarkan waktu berlalu. Semua itu adalah pilihan kita dan pilihan kita sangat tergantung dominan mana pilihan itu berada di pikiran kita. Mari mengisi pikiran kita dengan sesuatu yang baik terus-menerus sehingga mendorong kita melakukannya.
Tapi tetap saja berbuat baik kita itu tidak banyak, sekalipun ada selalu ada godaan yang membuat berbuat baik tidak sempurna. Keteguhan dan sungguh-sungguh mampu meminimalkan kekurangan dalam berbuat baik. Ingat bahwa setiap kebaikan itu memberi balasan lebih banyak dibanding berbuat buruk. Yakinlah bahwa berbuat baik sekecil apapun mampu mengantarkan kita kepada kebaikan karena kebaikan Allah swt dan bila sudah kita lakukan maka berbuat baik itu sudah "menutupi nilai keburukan" dan akhirnya mampu tidak memberikan ruang waktu sedikit pun bagi keburukan itu terjadi.
Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan) (QS Al An’aam, 6 : 160)

Friday, October 12, 2012

Apa yang kita minta. AKU kabulkan

Seringkali kita meminta sesuatu (misalkan gaji) kepada bos, tapi banyak bos hanya memberi sedikit (tidak sesuai dengan apa yang kita minta). Lalu kita pun meneruskan meminta dengan curhat kepada teman dan orang lain (mengeluh) untuk membenarkan bahwa kita meminta itu benar, sehingga membuat kita bekerja tidak fokus dan berdampak kinerja menurun.
Mari kita berpikir dari sisi yang berbeda (dari sisi Bos), yaitu bos memberikan (sesuatu yang kita terima) sesuai dengan apa yang kita kerjakan. Masihkah kita terus meminta ? Mari bersikap baik dengan menterjemahkan :
apa yang kita minta = apa yang kita terima = apa yang kita kerjakan
Jadi jika ingin sukses dan mendapatkan apa yang kita inginkan, mari bekerja dan bekerja yang semakin baik.
Begitu pula Allah swt, apa yang kita minta adalah apa yang kita inginkan. Dan apa yang kita terima adalah apa yang kita minta yang senilai dengan apa yang kita kerjakan (AMAL SHALEH). Allah swt mengabulkan apa yang kita minta, berarti mengabulkan AMAL SHALEH kita bukan apa yang kita minta.


Monday, October 1, 2012

Menyenangkan dan menentramkan .....

Saat hati gelisah, bisa jadi  kita tak mampu berbuat apa-apa. dan yang lebih parah adalah kita pun tidak merasa memiliki apa-apa. Seringkali semua itu kita tumpukan kepada materi. Setelah kita memiliki materi, kita menjadi senang (menyenangkan) dan merasa memiliki kemampuan. Semua itu berlangsung tidak lama dan kita pun berbalik menjadi tidak menyenangkan.
Lalu apa maknanya ? Menyenangkan lebih kepada perasaan kita, dan tidak mampu menyentuh hati yang membuat hati gelisah (tidak tenteram). Materi mampu membangkitkan perasaan senang atai tidak senang, tapi materi tidak mampu menyentuh hati. Maka sebanyak apapun materi yang kita miliki hanya memberi perasaaan senang sesaat saja lalu hilang.
Kegelisahan hati hanya dapat disembuhkan dengan ketentraman, dimana hati menjadi tenang yang mampu membuat perasaan menjadi senang. Tindakan berupa amal shalehlah yang mampu menentramkan hati kita atau seberapa besar kita mengingat sang Pencipta sepanjang hari. Dalam hidup ini, 98% waktu kita untuk mencari kesenangan dan hanya 2% saja untuk menemukan ketenangan. Dan 100% kesungguhan kita pertaruhkan untuk meraih kesenangan dan 0% kesungguhan untuk menggapai ketenangan. Jadi wajar saja kita masih sering gelisah dan bahkan sering tidak menyenangkan.
Mari menyeimbangkan waktu kita atau mendominasikan waktu kita kepada amal-amal yang menenangkan hati BUKAN untuk menyenangkan perasaan. Dimulailah hidup ini dengan niat shalat malam, tidur dengan baca doa, bangun dengan rasa syukur, Subuh, mempersiapkan diri agar sehat untuk bekerja, berdoa agar dimudahkan dalam bekerja dan seterusnya, awali dan iringi semua tindakan kita dengan nama Allah swt.