Kesempurnaan ilmu dengan BERAMAL SHALEH (ACTION) tanpa henti yang menjadikan dunia lebih baik.

Hubungi 081310737352 untuk pelatihan spiritual gratis inhouse atau organisasi/arisan/keluarga,

Monday, August 27, 2012

Kekuatan dan Kekuasaan Allah ...

Seringkali kita sebagai hamba Allah belum mampu merasakan kekuatan dan kekuasaan Allah swt, kecuali saat kita benar-benar sadar dalam keadaan terpuruk atau tersanjung. Bila kita mampu menyadarkan dan merenungkan, maka hal itu dapat memotivasi diri kita menuju kebaikan.
Mari coba memikirkan dan merenungkan hal di bawah ini :
Bernapaslah dengan teratur, letakkan telapak tangan di dada. Rasakan detak jantung yang bergetar .... lalu berpikirlah, siapakah yang menggerakkan jantung kita tersebut ? ternyata tidak ada yang menggerakkannya ... apakah kita ? Kalaulah kita yang menggerakkannya, maka hentikan nafas atau sejenak. Mamukah kita ? Detak jantung tetap bergetar sekalipun kita .. itu tandanya bahwa kita tidak berkuasa dan Allahlah yang menghidupkan (menggerakkan) jantung itu. Lalu rasakan bahwa dari jantung itu darah mengalir ke seluruh tubuh. Gerakan jantung dan darah bahkan proses metabolisme tubuh telah mampu menjadikan kita bertenanaga, bisa bicara/makan/mendengar/melihat dan lain sebagainya.
Sudahkah kita bersyukur ? Kita telah diberi pinjaman oleh Allah atas tubuh dan kekuatan yang siap pakai. Masihkah kita menjadi orang yang menahan atau menutupi atau membiarkan kekuatan itu menjadi tidak bernilai (diam) ? Yang pasti sehebat apapun kemauan kita, kalau Allah mau (berkehendak) ... maka kita tak mampu melawan kekuatan tersebut.

Saturday, August 18, 2012

Meminta kepada Allah

Seringkali agak membingungkan oleh kebanyakan orang, bahwa kalau kita meminta maka mintalah kepada Allah. Tapi kok nggak belum mendapatkan hasilnya, sedangkan lain kejadian kita tidak meminta kepada Allah (secara khusus) tapi memperoleh rezeki karena kita baik sama orang yang memberi rezeki.
Mari kita pahami konsepnya dulu, bahwa semua adalah milik Allah swt dan kita hanya dititipkan (diamanahi) atas harta, anak, perniagaan, termasuk tubuh ini dan lainnya. Misalkan bos kita adalah orang ayng dititipkan Allah, maka kita yang ingin memperoleh rezeki dari Allah .... apa yang harus kita lalukan ?
Meminta izin untuk dimampukan mendapatkan rezeki dan usaha untuk memperoleh izin dari bos mesti dilakukan dengan melakukan tugas yang diinginkan bos. Maka nilai rezeki yang kita terima adalah buah dari izin Allah lewat bos kita. Bagaimana caranya ? Maka kita pun harus mengenal Allah dengan memuji dan menunjukkan bahwa kita telah melakukan apa yang diperintahkannya. Dan begitu pula usaha kita kepada bos kita dengan cara yang sama, memberi kebaikan untuk bos dan memujinya.
Ya, Allah yang Maha Pemberi Rezeki, mampukan dan mudahkan kami memperoleh rezekiMU ... tidak cukup hanya dengan doa saja, maka bekerjalah dengan benar di tempat kerja kita (ikhlas) dan berbuat kebaikan kepada siapa saja. Insya Allah, rezei dapat kita peroleh semakin berkah.

Apa yang kita ucapkan ... belum tentu Allah

Kalau kita renungkan beberapa hal tentang apa yang kita ucapkan ... bisa jadi kita memang tak percaya bahkan kita sering berkata tidak sesuai dengan apa yang terjadi, seperti sikap kemunafikan. Tapi apakah semua itu masih dapat kita pertahankan ? Berucap selalu yang baik.
Misalkan kita berkata "kurang ajar tuh orang", tanpa melihat ada siapa di sekitar kita, maka kalimat bisa jadi memang ada dalam pikiran kita dan sangat dominan ;
1. Bisa jadi memang kita selalu melihat dan bergaul dengan orang yang berucap seperti itu atau lingkungan seperti itu.
2. Sebagai ungkapan kekesalan kita karena tak mampu menahan diri.
3. Sesuatu yang berada dalam pikiran bawah sadar kita yang memuncak pada kondisi itu keluar.
4. Kondisi yang memaksa atau secara formal membuat kita mengeluarkan kata tersebut.
Kalaulah demikian, maka seberapa seringkah kita menyebut nama Allah ? Hanya sedikit. 
Kalau sakit yang diingat adalah obat dan meminta tolong sama orang lain.
Kalau lapar yang diingat adalah makan dan uang.
Kalau susah yang diingat adalah penderitaannya dan teman sejati.
Kalau ..... yang diingat adalah yang lain dan BUKAN Allah.
Mari kita introspeksi diri untuk memulai mengatakan karena BUKAN Allah yang diingat menandakan bahwa iman kita rendah. Dan iman yang rendah itu cenderung membuat melakukan yang buruk.
Bisa jadi kita ini belum mengenal Allah daripada hal di atas, kebaikan atas uang, teman sejati, obat dan lainnya sudah sangat kita kenal dan butuhkan. Artinya semakin kenal dan dekat maka kita sering mengucapkan itu semua. Bagaimana hari ini kita ingin mengenal Allah ? Cari tahulah kebaikan Allah dari Al Qur'an. Semakin banyak kita membaca dan memahami Al Qur'an memberi kekuatan bagi kita untuk semakin mengenal Allah terutama kebaikannya.


Wednesday, August 15, 2012

Allah masih belum jadi no. 1

Dalam keseharian kita, kita kagum kepada alam ... kita berterima kasih kepada atasan kita atau siapa saja yang telah memberi kebaikan kepada kita .... kita belum mampu meminta bantuan kepada Allah pada urutan pertama, tapi meminta kepada manusia .... dan kita pun belum melaporkan apapun terhadap apa yang kita miliki kepada Allah .... TAPI kita menjadikan nomer 1 Allah saat memohon keinginan kita dikabulkan.
Mengapa hal tiu terjadi ? karena memang pemahaman dan keyakinan kita kepada Allah masih belum kuat. Mari coba kita pahami bahwa pemiliki langit dan bumi adalah Allah, termasuk diantara keduanya. Artinya pemilik apapun di dunia ini adalah Allah dan kita adalah orang yang dititipkan. Maka seharusnya saat kita menerima rezeki, untung dalam dagang bukan isteri atau orang tua yang dilaporkan TAPI melapor pertama kali kepada Allah untuk berterima kasih dan memohon agar rezeki itu menjadi berkah dan menambah iman kita. Demikian juga kalau kita tidak mendapatkan apapun atau kegagalan bukan bos atau teman kita yang kita curhatkan tentang kegagalan kita TAPI curahatkan kegagalan kita kepada Allah dan bermohon mendapat petunjuk untuk menyelesaikan kegagalan kita.
Untuk menjaga kemurnian sikap kita adalah perlu pula kita tetap mempertahankan selalu menomerkan Allah menjadi no 1 untuk semua apapun yang kita terima atau belum kita terima.
Insya Allah dengan cara demikian kita mampu mengamalkan iman kita kepada Allah.

Saturday, August 4, 2012

Bingung .....

Seringkali kita bingung, kita ini mau kemana ? Lalu saat kita berada di lingkungan baik membuat kita menjadi ingin jadi baik dan sebaliknya saat kita berada di lingkungan yang tidak mendukung keinginan kita kitapun larut dalamnya. Terus kita berpikir mau pindah (hijrah) ??? 
Maka kita pun berpindah, lalu di tempat yang baru membuat kita menjadi lebih baik tapi itu hanya sebentar. Dan kita larut kembali kepada rutinitas dan lingkungan yang tidak mendukung. Berkali-kali kita melakukan yang sama, hasilnya juga sama. Bingung ? Pengen tapi kok bisa lalu sulit lagi.
Satu yang terpikir oleh kita selalu hijrah atau berpindah dengan mencari lingkungan yang menurut kita lebih baik, mengatakan kita bilang seperti itu ? Karena kemampuan kita lebih tinggi dari lingkungan itu sehingga kita dihargai dengan baik. Lalu setelah mereka mendapatkan atau mengetahui kemampuan kita hal itu menjadi biasa buat mereka dan kita pun sudah merasa tidak nyaman lagi. Jadi alih-alih berpikir dan fokus untuk hijrah (pindah), lebih baik berpikir dan fokus untuk memperbaiki kemampuan kita menjadi semakin baik dan semakin baik. Kondisi membuat kita tidak membuang waktu dan tenaga untuk hal yang hasilnya sama lagi.
Mau  ? Ubahlah diri kita sendiri .... rasakan manfaatnya.

Friday, August 3, 2012

Tidak beriman kita kalau masih berputus asa

"Ibrahim berkata: "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat/kafir." (QS Alhijr, 15 : 56)

Ada kata rahmat Tuhan, ada orang-orang sesat/kafir dan ada kata putus asa. Apa maknanya ? Kalau sekilas ditafsirkan ayat di atas adalah tidak ada orang yang berputus asa kecuali orang kafir, artinya orang muslim atau beriman tidak akan berputus asa. Benarkah kalimat ini ? Pasti benar dan mutlak kebenarannya. Kemudian yang jadi pertanyaannya ... masih ada orang muslim yang putus asa dalam mengejar impiannya atau bahkan sampai bunuh diri ? Ada dan bahkan banyak. Terus katanya tidak berputus asa bagi orang yang tidak sesat atau beriman.
Sebelum membahas lebih dalam, kata putus asa tidak sekedar orang yang pasrah terhadap pencapaian keinginannya saja, tapi bisa juga :
1. Sudah tidak percaya apa yang dilakukannya tidak berbuah apapun.
2. Sudah mengerjakan tapi tidak menghasilkan, sedangkan orang yang "diam" mendapatkannya.
3. Malas ... yang berarti sudah tidak mau mengerjakan tapi banyak berharap.
4. Tidak percaya lagi dengan nasehat yang baik untuk terus berusaha.
5. Sudah enggan melakukan koreksi dan perbaikan karena tidak terjadi perubahan.
6. Lebih banyak berharap (dan berdoa) daripada usaha yang seharusnya dilakukan.
7. Lebih yakin dengan perbuatan buruk daripada perbuatan baik.
8. Sering menyalahkan orang di sekitar kita dan lingkungan serta pasrah (tidak melakukan lagi).
9. Kepasrahan yang berujung kepada bunuh diri sebagai salah satu solusi terhadap penantian yang tidak berujung.
Memaknai orang beriman tidak putus asa adalah sebagai muslim yang mempunyai keimanan kepada Allah, yaitu percaya rahmat dan rezeki Allah itu tidak terhitung, maka mari kita nikmati apa yang ada pada diri kita. Bagaimana caranya menikmatinya ? Rahmat dan rezeki yang baik yang datang dari Allah memerlukan cara atau petunjuk yang benar sehingga menghasilkan yang benar pula. Orang beriman mempunyai tugas untuk terus-menerus menyadari rahmat Allah dan mencari tahu bagaimana cara memanfaatkan (amal shaleh) rahmat tersebut. Dan bila ini dilakukan maka tidak ada kata putus asa, why ? karena apa yang kita lakukan (amal shaleh) itu merupakan pekerjaan yang ikhlas.
Sebaliknya orang yang sesat itu, menyadari mereka mendapatkan rahmat Allah, tapi rahmat itu tidak dilakukan dengan cara-cara yang baik (bukan amal shaleh) sehingga hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Kondisi inilah yang membuat mereka menjadi putus asa karena apa yang dikerjakan tidak membuat mereka menjadi nyaman dan terus haus untuk mengerjakannya (bukan amal shaleh). Mereka mengumpulkan banyak uang yang membuat mereka menjadi hampa dalam hidupnya, kondisi ini berbeda untuk orang yang beriman, dengan uang yang diterima bukan untuk dikumpulkan tapi dibagikan sebagai sedekah yang membuat mereka menjadi nyaman dan bahagia.
Jadi salahlah kita yang beriman itu selalu ada putus asa (berhenti beramal shaleh) .... kalau itu terjadi, maka yang perlu kita tanyakan  adalah apakah cara-cara yang kita lakukan sudah sesuai syariat Islam (petunjuk Allah) ?  Bila petunjuk yang kita dapatkan sudah sesuai Allah, maka kita sepantasnya berusaha menyempurnakan perbuatan yang memerlukan waktu dan berproses dari waktu ke waktu.
Ajakan dari ayat di atas adalah untuk terus menyadari rahmat Allah yang ada pada diri kita untuk dicarikan petunjuknya agar dapat dimanfaatkan dengan cara yang benar sehingga kita menjadi bahagia.

Wednesday, August 1, 2012

Memelihara = meningkatkan kualitas

Surah Al Mu'minuun, 23 : 1, 2 dan 9, Beruntunglah orang-orang beriman, yaitu orang yang khusyuk dalam sembahyang, yang memelihara shalatnya. Mari kita pahami kata mememlihara shalat. Dalam keseharian, kata memelihara tanaman ... sebenarnya kita terus berusaha agar tanaman itu tidak sekedar hidup tapi berupaya membuat tanaman itu menjadi tumbuh dan berkembang bahkan berbuah/berbunga. Upaya yang kita lakukan untuk memelihara itu, kita bertanya dan belajar tentang tanaman serta mempraktekkannya (mengamalkannya).
Kalau kita menerapkan kata memelihara untuk tanaman seperti hal diatas, mengapa dengan shalat kita tidak mau mencari tahu ilmu shalat, belajar tentang shalat dan mempraktekkan shalat yang mampu meningkatkan kualitas shalat kita. Sudahkah demkian ? Dalam kesehariannya kita hanya shalat dan shalat. Kualitas shalat (khusyuk) didukung oleh keyakinan yang dibangun oleh ilmu dan amal shalehnya. Begitulah sebenarnya kata memelihara yang dimaksud dalam ayat itu. Disisi lain memelihara mengandung makna konsisten untuk terus melakukannya sampai usia kita.
Bisa dibayangkan keinginan kita untuk menjadi orang yang beriman dengan memelihara shalat, dan dengan shalat yang terpelihara (dengan cara yang benar) yang mampu mencegah yang keji dan mungkar. Kalaulah semangat shalat ini membangun karakter kita, maka begitu  indahnya hidup ini dan tidak memberi ruang waktu bagi kita untuk mengerjakan yang buruk.